Langit di balik kaca mulai gelap perlahan-lahan, matahari sempurna terbenam. Kami bertiga berkumpul di ruang paling belakang rumah ini, mengelilingi kompor 6 tungku tanpa nyala api. Di atasnya menggeletak penggorengan dengan fillet salmon.
"Papa.. the fish is broken, Papa.." rengek Tika dan Saya, panik dan hampir menangis.
Lelaki 60 tahun di sisi kami tersenyum tenang, "It's okay..it's okay.." katanya berkali-kali.
"The fish is broken Papaa..." rengek kami lagi penuh rasa bersalah. Terbayang wajah Mama yang akan pulang sebentar lagi dari latihan tai chi, kecewa, diamanahi goreng ikan saja kacau bentuknya.
Tapi Papa tidak berhenti menenangkan, "It's okay, It's normal," katanya dengan cara seolah-olah ingin menyampaikan bahwa seluruh fillet salmon di muka bumi ini memang akan berbentuk kacau kalau digoreng, memang begitu kehendak alam
"Noo.. It's not normal, Papaa.." saya membantah cepat.
"Yeah, but it's okay, ikannya juga bakal rusak kalau kita makan. Bukan salah kalian, "
****
"Kalian harus ke Mendel Merseen jam berapa? Astagaa ini udah jam berapa? Kalian udah terlambat,"
*telepon berdering* "lskjfdhfdjkahfn djfhjshfkasjjdlasjfksljf asdckhjvsknvalm..."
"Tuh, kalian udah ditelpon Stephanie,"
"..........."--->sibuk siap-siap
"Nanti kalau kalian dimarahi salahin saya saja ya. Bilang ini salah saya".
".........................................."
****
Anak-anak tim tari akhirnya tiba di tanah air siang tadi. Saya menyambut Dara dengan pelukan hangat sembari meloncat-loncat. Saya betah mendengar dongengan Dara tentang negeri yang jauh itu, tentang kisah perjalanan mereka selama festival, tentang Fatik yang dengan koplaknya masang jemuran di sisi genteng sebab tak effort bayar londri, yang lalu diikuti oleh Rian dan Fadli.
Saya betah dan jadi rindu Oostrozebeke.
Saya kangen Papa Lieven, mantan walikota berwawasan luas itu. Mantan hostdad saya. Beliau yang mengajari saya tentang daun mahkota raja-raja Yunani yang tumbuh di belakang rumah yang bahkan sekarang saya sudah lupa apa namanya, membacakan kami setiap berita di koran pagi, yang tidak segan-segan mengeluarkan buku-buku ensiklopedi untuk menjelaskan lukisan Lamb of Goat lalu membekali kami peta-peta besar untuk berpetualang ke Brugge dan Ghent.
Beberapa hari lalu, Tika wasap saya dan cerita kalau dia mimpi kami jengukin Papa Lieven. Ya Allah, semoga tahun depan saya dan Tika beneran bisa main ke Oostrozebeke jengukin mereka.
Amiin.
No comments:
Post a Comment
Hai hai terimakasih udah mampir dan baca sampai akhir. Silahkan tinggalkan komentar biar aku bisa mampir ke blog kalian juga.
Cheers :D