Dari balik kaca jendela yang dingin dan berembun, seluruh dunia tampak tertimbun. Ini tidak seperti hujan salju-hujan salju sebelumnya saat musim gugur yang bagaimanapun adanya tentu tetap mempesona, tapi tanpa passion. Bisakah kubilang tanpa passion? yang indah melayang jatuh ke jalan tapi selanjutnya hilang.
Kamis malam itu, sport klub Pertunmaa yang terdiri dari siswa-siswi (dan segelintir orang tua) SD di Pertunmaa dan Kuortti mengadakan kunjungan ke Lahti dalam rangka trip bulanan mereka. Aku yang sejatinya punya jadwal Suomea Kurssilla nun jauh di Mikkeli akhirnya bolos dan malah ikut trip ke Lahti ini.
Pukul 5 sore, bis yang kami tumpangi berangkat dari Pertunmaan Centrum. Singgah sebentar di ABC Kuortti, untuk mengangkut anggota klub yang tinggal di Kuortti. 15 menit kemudian, Heikki dengan jaket hijau anti air sehari-harinya yang biasa ia pakai baik saat autumn maupun winter langsung maju ke depan bis dan berbicara melalui mic.
"Tervetuloa! xdjfsjfdslakldk....sdfksd idufkcmsl skdfjskjfls. Msjdfksfhncsjhdksdj ..ksdjfklsdjfkd....
kolme euroa sdfjskfjsljfd..Maria,"
Dengan kemampuan bahasa Suomi jongkok, kalimat yang bisa kutangkap hanyalah Tervetuloa yang artinya kira-kira selamat datang atau halo dan sesuatu tentang Maria dan 3 euro. Berlandaskan ilmu terawangan Mbah Marijan aku menyimpulkan bahwa iuran untuk trip ini ialah senilai 3 euro dan bisa dibayar ke Maria. Nggak lama kemudian, Maria bangkit dari tempat duduknya dan mulai ngiter dari ujung ke ujung. Heikki telaten mengikut di belakangnya, dengan buku dan pulpen. Aku menatap mereka dengan perasaan lucu yang bercampur iri. Ah, pasangan ini...
Kira-kira setengah jam kemudian, bis kami masuk ke halaman sebuah bangunan yang kelihatan seperti kauppakeskus atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai mall. Tidak butuh waktu lama sampai bis mencapai parkiran dan seluruh penumpang membeludak keluar. Manusia-manusia haus hiburan.
Tadinya, sewaktu Heikki bilang soal sport club yang akan trip ke Lahti dan menyinggung soal taman bermain di dalamnya, aku membayangkan tempat yang setidaknya sebesar Dufan atau Trans Studio. But....yeah...
At, first! my reaction was like, "Seriously? Ini bahkan nggak seberapa panjangnya," but then, when Heikki told me that I can also play inside it. It's just amaaaaaziiiiinggg *said it like nabiilabee*.
Begitu melepas mantel dan sepatu, beberapa anak sepakat bermain hippa alias play tag. Anak laki-laki ganteng kelas 6 dari SD Kuortti kalah envo (hompimpa) dan terpaksa menjadi it. Serentak, kami semua berlarian memasuki arena bermain sebelum hitungan sepuluh selesai. Di sini lah, akhirnya aku sadar betapa besarnya tempat bermain ini. I couldn't say more, it's just amazing like I'd said before.
i like can find this site . your story is very good . i enjoy read your story . thank you
ReplyDeleteHalo Melyyyyn. Seneng banget ketemu blognya. Seneng ada orang lain yang nulis soal Finlandia juga. Di IG kamu bilang setahun di Finlandia pelajran hidup yang di dapat berlimpah ruah. Trus baca kalimat terakhir di post ini aku juga jadi nyadar, salah satu hal penting yang kupelajari dari hidup di sini ya itu...kesederhanaan, gak butuh hal besar untuk bahagia. I love your writings. Pleaseee, tulis lagi kisah-kisah Finlandia dan India-nya
ReplyDelete