Love Marriage or Arranged Marriage?
Ini pertanyaan paling umum yang kerap dilontarkan kepada pasangan suami-istri. Umumnya pasangan suami-istri di India memang dijodohkan yang mana dari beberapa aspek nggak sepenuhnya merugikan. Pernikahan yang diatur (
arranged marriage) pada dasarnya dilakukan akibat tradisi pacaran yang masih dipandang tabu bagi sebagian besar komunitas di India, khususnya komunitas muslim. Haram, kalo suami saya bilang, padahal mah dia sendiri juga pacaran :P
Dalam keluarga hindu, sistem perjodohan cenderung lebih saklek karena terkait dengan ilmu perbintangan dalam kepercayaan mereka. Jadi kalo ada perempuan sama laki-laki saling suka tapi ramalan bintang mereka buruk, ya bye-bye deh. Ada juga yang bisa disiasati dengan ritual buang sial, contoh: menikahi binatang atau tumbuhan agar kesialannya jatuh ke suami/istri pertama (si binatang/tumbuhan) baru kemudian si gadis bisa menikahi orang biasa.
Saya nggak tahu banyak kasus dalam keluarga hindu, cuma kayaknya kasus pemberontakan memang lebih jarang. Buktinya lihat aja komunitas hindu-India yang bermigrasi ke Indonesia, rata-rata keturunannya masih dinikahkan dengan orang-orang sesama imigran tanah Hindustan. Berbeda dengan keluarga Islam atau Kristen yang beberapa telah memberi kebebasan memilih pasangan hidup ke anak-anak mereka, contoh terdekat ya keluarga suami saya. hehe..
Meskipun bukan berarti
love marriage itu bisa didapat begitu saja, tentu ada dramanya masing-masing. Haha.. ibarat nonton film shahrukh khan tapi nggak ada adegan bergoyang kan kurang afdol, ye nggak?
Sesama orang Indonesia yang menikahi pria India pasti mengerti banget soal ini, Ada yang awalnya nggak disetujui sampe harus kawin lari. Nikah di negara ketiga dan baru direstui mertua sampe dah beranak tiga.
Adaaa cerita kayak gitu mah.
Belum lagi cewek-cewek Indo yang nangis bombay karena hubungan kandas akibat si cowok India takut nggak dapet warisan keluarga. Nah yang kayak gini sih biarin aja lepas, itu tandanya si cowok emang nggak bener-bener cinta kamu, sis.
Nggak usah jauh-jauh pernikahan
Indian-Foreigner ya, kakak kedua suami saya aja yang nikah dengan sesama india muslim pake acara kawin lari hampir setahun karena keluarga si cowok nggak setuju. Aroma kawin lari juga mulai tercium pada salah satu sepupu Ka Salam yang baru 18 tahun, duh, dek! Belom juga dapet ijazah tapi ortunya udah gencar nyariin dia calon suami.
Nah masalahnya si adek ini udah punya cowok tapi si bapake kurang sreg. Alesannya rumahnya kecil lah, apa lah, ya di satu sisi dapat dipahami, mungkin si Om pengen anak perempuannya hidup enak, karena banyak juga kasus menantu perempuan yang malah di-
abuse dan disuruh kerja banyak sementara mertua santai-santai. Tapi kan di sisi lain, kalau memang mau anaknya hidup nyaman kenapa nggak ortunya aja yang ngurusin? kenapa ngebet buru-buru mau dinikahin?
Nah, lho.
Lah, memangnya kalo udah nikah harus sama mertua ya, Mel? Nggak bisa tinggal mandiri?
Ini satu lagi pertanyaan yang sering saya dapetin, emang harus tinggal sama mertua?
Yah, umumnya sih gitu. Kalau cewek-cewek India sih udah mengerti betul tradisi itu, jadi ya bagi mereka tinggal sama mertua itu ya udah sewajarnya. Kecuali kalau suami mereka kerja di
gulf country (negara-negara timur tengah) dan mereka bisa ikut suami, ya biasa mereka ngikut. Tapi banyak juga kasus
daughter in-law yang tetep tinggal sama mertua sementara suaminya kerja di
gulf.
Loh, kok gitu? Yaiyalah, kan katanya setelah menikah perempuan itu milik suaminya sementara si suami masih milik ibu yang melahirkannya, jadi semisal si kangmas kudu ke negara lain buat cari nafkah, si istri ya tetep sama mertuanya dong. Ye nggak?
Nggak sependapat? Saya juga enggak sih, hehe..
Tapi kan berbeda pendapat bukan berarti harus menyalahkan pendapat yang lain. Nyatanya cewek-cewek India sendiri kebanyakan terima-terima aja, walaupun saya tahu banget beberapa dari mereka menerima itu sebagai
unconveniece circumstances yang harus mereka jalani dengan tabah karena memang sudah "kodrat"-nya. Nggak heran kan, rumah orang India itu besar-besar, ya namanya juga rumah untuk tiga generasi, hehehe..
Walaupun sebenarnya di kultur Indonesia ada juga tradisi yang hampir mirip. Misalnya saja dalam kultur masyarakat batak dimana anak perempuan harus mengikuti keluarga suami sebagai ganti sinamot (mahar) yang telah dibayarkan laki-laki ke keluarga perempuan.
Baca juga: Hari Kartini & Kebebasan Perempuan
Ya tapi kan kalo di India si cewek yang bayar
dowry (mahar) ke cowok, kok kayaknya gitu banget, udahlah habis ratusan juga buat
dowry eh masih harus pisah sama orang tua sendiri. Sedih ya. Ini sumpah saya sedih loh, serius, bukannya nyinyir. Saya mah ngapain nyinyir, orang saya nikah tapi menang banyak. Mau nyinyir pun nggak ada hak.
Kalau pun ada yang mau saya nyinyirin, saya cuma mau nyinyir keputusan mahkamah agung India yang akan mengabulkan tuntutan cerai seorang suami apabila istrinya memaksa tinggal berpisah dari orangtuanya yang lanjut usia. Silahkan cek beritanya di The Hindu:
India grants divorce to man whose wife refused to live with in-laws.
 |
dan keputusan mahkamah agung ini memang terbukti kontroversial kan buktinya yang nyinyirin juga banyak |
Eh tapi ada juga kok yang nggak bayar
dowry dan nggak tinggal sama mertua, contohnya ya kakak ipar saya, padahal setelah dapet restu, mertuanya beberapa kali udah minta dia untuk tinggal sama mereka sementara suaminya kerja di Qatar, tapi si kakak ipar lebih milih ngontrak rumah dan mengabaikan nyinyir para tetangga.
Banyak ibu-ibu Indonesia yang menikah dengan sesama Indian pun begitu. Umumnya mereka memilih hidup terpisah dengan mertua, walaupun ada juga yang nggak masalah tinggal sama mertuanya. Lagi-lagi itu kembali ke pilihan masing-masing. Nggak semua mertua India itu segalak ibunya Baldev di serial Veera ya.
 |
Baldev, Veera dan Bumer nyinyir |