Showing posts with label gambar. Show all posts
Showing posts with label gambar. Show all posts

Tuesday, October 07, 2014

Silly Faces.


kalo rame kayak gini, kamar saya rasanya jadi hangat.
Or should I say, I eat children to make my mood better?
:)

Nähdään!

Thursday, January 30, 2014

katanya,


Apa? Apa? Mau protes kah?
Saya juga nggak tahu ini apa, yang jelas malam ini saya menemukannya. Disela hati rusuh akibat kamu yang tidak lepas menempeli pikiran saya, yang membuat saya malam ini belum juga bisa memejamkan mata bahkan meski sudah jam dua.

Saya mengambil kata-kata ini sebagai mutiara yang menentramkan hati. Membuat mood saya kembali cerah ceria. Tenang saja, saya tidak pernah punya doa khusus untuk mempertahankan kamu.
Saya hanya percaya bahwa Tuhan punya maksud khusus membuat kita bertemu.

I just have a faith on you.

Friday, March 29, 2013

ZKCNSUIECFNSLDKSH

Tadinya pengen bahas soal street perform, ritual rutin tiap malem sabtu-malem mingguku selama 4 bulan terakhir ini. Aku baru sadar aja rutinitas street perform dimulai pada malam sebelum ulang tahunku, yang artinya juga satu hari sebelum aku putus.


Lucunya kadang-kadang aku ngerasa in relationship sama street perform. Secara tiap malam minggu, agendaku ya cuma satu itu. Pernah, waktu om pujo lagi di sini, aku nemenin mereka kemana-mana seharian tapi malemnya tetep ngotot nyamperin malioboro buat street perfom. Kan kan kan, kayak anak muda yang bela-belain pengen malem mingguan sama pacar. Istilahnya, apapun yang terjadi, malem mingguku ya pada street perform ini. Dan selama 4 bulan itu pula, setiap ada orang yang ngajak janjian setiap jumat dan sabtu malam, jadwalku udah kekunci mati buat street perform seorang. Eh nggak cuma malem minggu aja ding, di hari-hari suci para muda-mudi macam tahun baru *sejak kapan tahun baru jadi hari suci?* kami juga street perform. Nahkan, udah aja kayak pacaran beneran.

Haha dan ternyata udah lumayan panjang aja curcolan soal street perform. Ini cuma lagi pengen nulis aja kok. Postingan soal street perform benerannya besok lah. Sekarang udah lewat jam satu dan maaghku udah mulai kambuh. Aus, tapi bosen daritadi ngangkatin botol aer satu setengah liter sementara ausnya nggak ilang-ilang. Capek. Pengen tidur. Tapi juga pengen makan banana split yang kayak di tumblr-nya mbak Anyin ini.

Gak cuma aku kan yang kalo maagh-nya lagi kambuh kepinginnya makan es krim vanila stroberi.

Thursday, February 07, 2013

Jepit di antara Sela Buku Saja

Jadi,
Apakabar hati yang tidak pernah dibela?
Apakabar cinta yang tidak pernah diperjuangkan?

baiklah,
dijepit di antara sela buku saja.  =|

Monday, February 04, 2013

Saat Temanmu Patah Hati, Lalu Kamu Ajak Galau Main di Pantai

Katanya, segala sesuatu yang hidup itu memiliki partikel-partikel yang saling mentransfer satu sama lain. Giving and taking


Maka itu lah yang kulakukan begitu menerima sms Kak Nadia. Malam sudah nyaris pukul setengah 11 dan di luar baru saja hujan deras. Menyenangkan rasanya menghirup udara luar setelah seharian bertapa di kamar. Hujan masih belum selesai, malioboro lengang. Lagu We are young-recover Alex Goot yang kuputar di kamar seharian tadi kunyanyikan sekeras-kerasnya. Membelah jalanan. Tidak ada yang mendengar dan itu rasanya menyenangkan. Jalan raya serasanya cuma kamu yang punya. Memangnya siapa yang mau repot-repot keluar pada malam hujan sebegini larut? Tentu saja orang-orang lebih memilih menghangatkan diri di dalam selimut.

Kemudian apa?
Aku menjemput Kak Nadia dan kami memutuskan pergi ke Kedai Kopi. Memesan kopi paling kuat yang tertera di menu, menyeruputnya tanpa gula. Aku menyumpah serapah, tapi kata Kak Nadia itu menyadarkannya bahwa masih ada yang lebih pahit dari cinta. Meskipun menurutku gak ada yang mengalahkan pahitnya cinta. #Eaaa...

Pukul setengah 3 dini hari dan kami sudah siap-siap akan diusir oleh pegawai Kedai Kopi. Tapi Kak Nadia bilang ia tidak mau pulang, jadi aku ajak saja main ke pantai. :))

Di Pantai, gelap dan menakutkan. Ombak menghantam pantai dengan suara besar menyeramkan, sesekali di langit ada kilat yang melesat. Lalu bulan kemerahan yang bersiap tenggelam di sebelah barat.


Tapi kemudian terang muncul  pelan-pelan. Pantai yang sepi perlahan-lahan ramai. Kereta-kereta yang ditarik kuda, juga ATV-ATV yang boleh disewa. Langit yang hitam menjadi biru. Dua orang anak lelaki dengan ugal-ugalan memacu ATV lalu terjungkal di aliran sungai dekat pantai. Dalan keadaan terbalik, mesin ATV mereka meraung tidak mau berhenti, wajah mereka pucat pasi.

Anak laki-laki memang selalu seperti itu, berlagak berani dan merasa mampu melakukan apa saja padahal sebenarnya masih belum apa-apa. Padahal kalau kalah berkelahi masih menangis dan mengadu ke ibunya.


Begitu terang, Kak Nadia memutuskan berlari pagi sementara aku duduk di pantai dengan pikiran yang tidak bisa diam. Sampai akhirnya jam menunjukkan nyaris pukul setengah 8, barulah kami memutuskan pulang.

Pagi itu cuaca luar biasa indah. Awan  yang  begitu putih mengapung di langit yang begitu biru.
Matahari cerah menyinari bumi. Menghangatkan pipi, menghangatkan hati.


Lalu di jalan pulang, kepalaku memutar ulang kata-kata Kak Nadia yang ia lontar pasca tangisnya.
Di antara ribuan kata dalam obrolan panjang kami yang mengular kemana-mana.

Wednesday, January 09, 2013

In The Middle Of Gelantungan

"Kok bisa sih pohon tumbuh di batu-batu?"
"Ini ya yang namanya aer tanah?"
"Jadi turun gak nih?"
"Eh. alatnya kurang? Kasian Kak Feby sama Yayan :("
"Turunnya nanti gimana?"
"Ini karton buat apa sih? Friksi? Apaan friksi?"
"Tuhan yang nanem pohonnya."
"Sial banget kamera ketinggalan di atas"
"Eh, Auto-stopnya gak mau jalan"
"Yayaaaann, kamu pake safety duluuu"
"Kaki aku tuh enggak settle"
"Aaa.. maaf aku nginjek tali."
"Udah lo sama si Yayan aja sih, Mel"
"Jangan mengambil apapun selain foto. Jangan meninggalkan apapun selain jejak"
"Si Yayan lupa pulang. Si Yayan lupa pulang."
"Aduh maaf, foot loop-nya keinjek lagi :'("
"Udah Kak, gak usah. Nanti capek."
"Meeell, lo betah amat berduaan di atas?"
"Si Yayan kok nggak naik-naik?"
"Sorry ya Mas,"
"Yang namanya foot loop mah, kagak papa kalo keinjek, Bolooot."
"I'm doing fineee.. i'm doing greeaaaat."
"Itu namanya simpul playboy."
"Mel, betah amat nungguin Yayan, lo gak naik?"
"Ini kah yang dibilang hutan tropis dalam gua?"
"Ini naiknya nanti gimana? Pake jumper? Make-nya gimana?"
"Gue di atas gak ngapa-ngapain, kambing"
"Ebuset, safety gue diiket Yayan di simpul tali. Gak bisa naik. Nunggu Yayan balik."
"Kak Feby jangan dengerin mereka Kak"
"Nih, buat friksi, aku lempar ya."

Jadi ceritanya, beberapa hari lalu aku, Fanny dan Alifa melakukan petualangan ke Goa Jomblang. Goa ini merupakan Goa vertikal dengan diameter 50m yang berada di kawasan Semanu, Gunung Kidul. Untuk mencapai goa ini diperlukan kemampuan Single Rope Technique (SRT) yaitu teknik menelusuri gua vertikal dengan satu tali sebagai lintasan untuk naik-turun pada medan-medan vertikal, dan iniiiii, betapa sungguh pengalaman yg luaaarrr biasa. Maka, terima kasih untuk Kak Feby, yang mana adalah teman tapi mesra-nya Fanny, to made this happened.

Kata Goa Jomblang, pertama kali kudengar sekitar awal semester lalu. Waktu itu, entah darimana aku menemukan sebuah gambar siluet beberapa orang dibawah lubang yang memancarkan cahaya, yang katanya cahaya surga. Namun sejatinya gambar itu bukanlah Goa Jomblang saudara-saudara, melainkan Goa Grubug, goa kecil lain yang terletak sekitar 500m dari Goa Jomblang, pengetahuan ini sejatinya baru aku dapatkan dari pemaparan Kak Feby di sela-sela kesibukannya menyiapkan alat untuk instalasi.

Di lahan bagian atas Goa Jomblang, terdapat sebuah resort milik seorang anak Mapala dari Universitas Atmajaya. Resort ini menyediakan fasilitas menelusuri Goa Jomblang dengan biaya 450k per-orang. Teknik yang dipakai tentu bukan SRT melainkan teknik tinggal-merem-taraaahh-gak-kerasa-udah-dibawah, yang mana dilakukan pada jalur dengan ketinggian 80m dan menggunakan tenaga sekitar 20 orang laki-laki. Tadinya aku merasa biaya 450k per-orang itu kelewat berduit dan memangnya siapakah yang sudi membayar sebesar itu untuk masuk ke dalam gua. Tapi setelah melihat sendiri adegan 20 lelaki setengah mati menarik tali, aku pikir harga sebesar itu wajar, meskipun kalau disuruh memilih, aku jelas tetap lebih menyukai teknik masuk goa dengan SRT.
Helm dan Coverall ini semestinya kelihatan cupu macam pekerja pabrik semen, tapi entah kenapa dipakai saat itu kok terasa keren


 

Pernah? membayangkan menggantung hidup cuma pada satu tali, alat, dan Allah? Aku baru nyoba sekali itu, dan benar-benar luarbiasa. Kuncinya cuma satu: believe, dan untuk percaya sama selembar tali itu menakutkan, untuk percaya sama sepotong alat itu nggak main-main memang. Sama kayak untuk percaya sama pacar. Susah, tapi kalau kita nggak percaya, ya nggak bisa. Auto-stop nggak bakal jalan kalau kita nggak ngasih tegangan penuh ke tali lewat beban, tapi untuk itu, kita harus lebih dulu ngeyakinin diri kita bahwa kita nggak bakal jatuh.

Bahkan rasanya masih amaze, gimana kemarin gelantungan dikelilingi dinding-dinding batu yang dingin dan licin. 2 kali terayun dan terantuk batu karena pijakan kaki yang enggak settle. Beberapa kali berhenti di tengah untuk cek auto-stop dan mempersilahkan caver lain lewat. Teriakan-teriakan "Meeelll.. are you okay," yang diteriakin Kak Feby dari bawah dan diselingi celetukan eciyee ihir-ihir dari Alifa dan Fanny. Juga Yayan yang separuh kesel separuh nggak tega ninggalin cewek SRT amatir gelantungan sendirian. Tapi kuncinya memang cuma satu: believe! Bahwa selembar tali dan alat logam ini nggak bakal mengkhianati kamu.

Bahwa kamu nggak bakal jatuh.

nyaris pukul 4 di musim UAS.
dini hari ke-9 di tahun 2013. 

Monday, November 26, 2012

Selamat :)


AAAA... saya sebegitu senangnya sampe kepingin jumpalitan.

Telapak tangan saya sekarang biru-biru dan nyeri. Kaki saya sebagian juga ikut biru lebam. Tulang rusuk saya serasanya sudah remuk di dalam akibat saya menghentaknya terlalu keras dengan tangan. Tapi yang jelas hati saya kepingin meledak kesenangan. Maka, Selamat :)

Saya masih ingat bagaimana menenangkan Amel dan Sinta di belakang panggung waktu itu. Memeluk mereka satu-satu, mengalirkan pada mereka sebanyak mungkin ketenangan dan rasa tak acuh. Meremas bahu Sinta ketika airmatanya sudah memenuhi pelupuk dan tinggal menunggu jatuh, lalu saya tatap matanya dalam-dalam, kuat-kuat menanamkan sugesti bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan.
Saya mengerti ini kompetisi pertama mereka, saya kan juga melihat sebesar apa mereka panik dari air muka yang pucat pasi dan pancaran mata yang merasa ngeri. Dada mereka gempar, meskipun saya tenang. Tapi menyaksikan itu saya jadi ikut cemas juga, bukan terhadap lawan, tapi karena mental rekan-rekan. Saya tahu Hanip juga sama cemasnya karena alasan yang sama.

Hingga kemudian datanglah Abe dengan kata-katanya yang seperti mutiara.
Penggendang paling bagus itu Mas Hanip. Syech yang suaranya paling oke itu Ica. Penari paling keren itu rampoe. Cowok-cowok paling ganteng di dunia ini itu anak rapai. 
Meskipun saya tahu kata-kata itu tidak sepenuhnya benar, tapi saya menyimpannya sebagai mutiara yang menenangkan. Namanya nasionalisme.

Lalu tahu-tahu saya sudah berlari masuk panggung dan disambut dengan sorak-sorai menggelegar. Ah, dan kami juga punya pendukung-pendukung paling setia di dunia. Jadi memangnya harus mencemaskan apa?

Maka begitulah, saya tampilkan senyum paling manis yang selama perjalanan FIB-Purnabudaya tadi saya latih di depan kaca. Merapatkan tangan, lalu potongan-potongan emas dari kertas yang  Neng Ana dan 2 orang lainnya genggam berjatuhan. Menampilkan aksi panggung yang tidak biasa-biasanya. Sekumpulan massa itu melenguh, senyum kami melebar karena berhasil memberikan variasi yang baru. Dan pertunjukan pun dimulai.

Saya ingat-ingat kata-kata Afel di backstage tadi. Tempo lambat.. pake tempo lambat.. jangan egois dan akhirnya jadi kecepetan sendiri. Senyum saya menang, pikiran saya tenang, tapi tangan-tangan ini menghentak binal. Semua gerakan harus disajikan total! Saya bahkan tidak peduli kalau akhirnya jantung dan paru-paru saya mencelos ke belakang saking kuatnya saya memukul-mukul dada. Saya tahu sedang memperebutkan apa. Panggung ini tidak asing, karena kami tampil di sini sudah sering, tapi apa yang kami perebutkan kali ini berbeda. Precious.

lalu ketika akhirnya kami diminta tampil kembali karena berhasil meraih juara pertama, saya tahu itu untuk mereka. :'"*

Sebab penggendang paling bagus itu Mas Hanip. Syech yang suaranya paling oke itu Ica. Penari paling keren itu rampoe. Cowok-cowok paling ganteng di dunia ini anak rapai. -dan kami punya pendukung-pendukung paling setia di dunia. Saya menyebut ini nasionalisme, bukan kata-kata kesombongan. Dan Belgia itu nyata! Semoga selanjutnya segala sesuatunya semakin dipermudah. Amiin :')

Saleum.

Thursday, November 01, 2012

then talk to the kite


Lagi-lagi berasa kayak layangan.
Diterbangin tapi dari bawah diteriakin. Diadu ke sana ke mari, diumpat kalau kalah. Kemudian putus dan dikejar-kejar, lalu nyangkut di dahan.

So, because u treat me like a kite, i decided to act like a kite.
Sunyi.

November Wish


Saya cuma berharap bisa lebih banyak baca buku, lebih banyak jalan-jalan, lebih banyak berbahagia, lebih banyak nulis tapi lebih sedikit nangis, lebih banyak menabung. Semoga ada lebih sedikit hal-hal nggak penting yang musti saya pikirin jadi saya punya cukup banyak ruang untuk mulai memikirkan hal-hal lain yg lebih penting.

Semoga saya bisa sedikit lebih bermanfaat buat orang lain.
amiin :""")

Sunday, October 28, 2012

ketika kamu kabur dari rumah lalu menemukan rumah


Saya lagi kangen sama rumah dan menemukan gambar-gambar ini.
Lucu, gimana saat itu saya yang sebenarnya sedang berusaha kabur dari rumah karena menghindari orang-orang di kampung akhirnya dapat merasa homey di rumah yang lain, bahkan bersama orang-orang yang bagi saya asing. Anehnya adalah, saya merasa hangat.


bersama haura
yang pake belt merah di sebelah saya itu mbak beby. saya kangen mbak beby :'")

lebaran 2012 di rumah Zahra
saya bersyukur lebaran waktu itu saya kabur ke tempat yang tepat :')

antara Senja, Sukab dan Alina

pict from here
Maka, seperti inikah senja yang kau kirim pada Alina, Sukab? Senja jingga pada pantai yang airnya seperti lelehan tembaga. Dengan nyiur, pasir, burung berkepak dan langit yang ungu.
Ataukah ini lebih mirip senja yang engkau potong dari dunia dibalik gorong-gorong? Yang kemudian kau pakai untuk mengganti senja yang hilang dan dengan gempar setengah mati dicari orang-orang?

Kata Alina, dunia ini fana Sukab, sejatinya sama seperti senja. Tak peduli sebagus apapun ia, kepastiannya adalah selesai dan menjadi malam dengan kejam. Tidak peduli sekeemas-emas apapun ia, takdirnya adalah menuju keremangan dan berakhir pada kegelapan. Karena segala sesuatu di dunia ini pasti berakhir, Sukab. Segala sesuatu berubah. Perasaan juga sama.


-semacam kerasukan sepotong senja untuk pacarku
dini hari minggu,  02:41

Thursday, October 25, 2012

then i'm speechless and in love.




superthanks to you :'''')))

setelah ini saya akan sholat dzuhur lalu tidur. punggung saya hangat oleh salon pas. perut saya nyaman dengan aroma vicks yang menenangkan. lalu kamu akan pulang dan demam saya akan begitu saja hilang.

dan rasa terima kasih saya, tidak akan pernah bisa dengan pas kamu terima karena memang tidak ada kata-kata yang mampu menampungnya.

Terima Kasih yang sangat banyak :)

Friday, June 01, 2012

then we got blue and orange


File foto-foto ini saya namai sesi gale galau. 
Bermula dari kegalauan tingkat akut yang mendera seorang  Nurjannah Melynda sehabis melakukan aksi pengkepoan terhadap seseorang yang dulunya pernah menjadi inti pembicaran dari beberapa tulisan-tulisan galau yang dipostkan di kantong plastik ini. Akhirnya aku iyakan juga ajakan si Zahra Aulianissa Agoes ke Mall Galleria.


Niatnya, kami ke Galleria itu ialah untuk fotobox bersama. Kebetulan, baju kiriman online shop yang dibeli Zahra 2 hari lalu datang tepat sebelum kami berangkat. Maka begitulah, aku dan Zahra keluar kosan dengan baju kembar. Semacam cara menjadi pusat perhatian tanpa perlu bersusah payah. Taraaahh..

 

Very Hell, ternyata fotobox yang ada di Mall itu tutup. Tulisan yang ada di sana sebenarnya "Mohon maaf, istirahat sebentar." Tapi akhirnya, setelah gentayangan lumayan lama di TimeZone yang ada tepat didepan mesin untuk fotobox-an, aku dan Zahra memutuskan percaya bahwa kata istirahat sebentar pada mesin fotobox itu adalah istirahat hingga lebaran 13 januari tahun depan (emang taun depan lebaran di bulan januari? *nanya ke rumput)

Hingga akhirnya, kami berdua memutuskan mendatangi Yusan yang sedang terkapar tidak berdaya dalam rangka galau skripsi di area tempat makan di lantai 3 juga. Kondisinya saat itu lumayan mengenaskan: kepala   menggeletak di meja, laptop terbuka di depannya. Horrific!

Tapi, mataku yang jeli tidak terpengaruh pada pemandangan yang memilukan hati itu. Aku melihat potensi yang tersia-sia pada laptop yang terbuka. Dan begitulah...
Maka, yang selanjutnya terjadi adalah apa yang dapat disebut sebagai naluri alamiah remaja galau+patah hati mesin fotobox tutup tatkala melihat laptop berwebcam nganggur. :D

 
semacam burung hantu kembar yang tertukar xP

Special Thanks buat Kak Yusan yang sudah sudi mencet tombol oke webcam laptopnya untuk hampir seluruh foto. It's such our luck to found u there, kak :)

dan sekarang, mari doakan Kak Yusan masuk surga juga cepat kelar skripsinya.
Ameen..
Salam Burung Hantu.

Sunday, March 18, 2012

but at one point or another

~

"A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will fall for each other.. maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe forever..."
-500 days of summer-

just move


Aku memberitahukan pada dua orang temanku bahwa airmata itu ternyata hangat. Salah satu dari mereka bilang bahwa yang jelas air mata itu asin. Yang satu lagi malah tidak percaya.

Sejujurnya, aku juga baru tahu kalau ternyata airmata hangat. Hari ketika terasa ada yang retak dan yang bisa kulakukan cuma menggeletak. Memutar lagu Better That We Break-Maroon5 keras-keras, lalu lumpuh dengan kepala kosong.




Tapi itu hari yang lalu.
Titik ketika apa yang pernah melintas di pikiranku dulu ditagih. Pada diriku sendiri, aku pernah bilang bahwa aku mungkin akan berhenti ketika waktunya tiba, dan sekarang waktunya. Sejujurnya ini yang paling membuat patah. Aku merencanakan menyukai orang itu paling tidak untuk dua belas bulan kedepan. Hanya suka saja, diam-diam, tersimpan, lalu sudah. Kenyataan bahwa semuanya harus dicut tiba-tiba dan bahkan dengan paksa pula ternyata melumpuhkan, atau ternyata perasaan itu tumbuh  diam-diam melebihi apa yang selama ini kuperkirakan.

Kak Nadia menghiburku, bilang bahwa aku tidak harus berhenti sekarang kalau memang masih ingin melanjutkan. Mungkin menurutnya ini patah hati yang tidak perlu, jenis patah hati yang dapat dengan gampang dikomentar "kamu sendiri yang mau". Tapi bagiku, masih lebih baik memilih patah hati sekarang daripada luka yang muncul nanti-nanti. Retak besar yang sekarang bisa langsung diobati dan kubalut dengan baik, lalu sembuh. Sedangkan tetap melanjutkan dengan situasi yang sekarang, sama saja dengan mengundang retak-retak kecil di kemudian hari yang tidak bisa diprediksi. Dan ketika retak kecil itu hampir sembuh, retak yang lain akan muncul satu-satu.

Tapi ini sama sekali bukan soal menyukai dan minta disuka balik seperti yang Kak Nadia pikirkan. Aku jelas-jelas tahu betapa apa yang kupendam jelas-jelas tidak punya masa depan. Tidak ada arahnya, tidak tau mau dibawa kemana. Aku memutuskan berhenti karena aku harus berhenti.  Karena ada luka masa depan yang harus disingkirkan. Persis konsep memilih yang pernah kami diskusikan pada suatu malam. Bukankah orang-orang memilih apa yang mereka paling tahan? Ada orang-orang yang merasa sakit ketika bertahan, tapi tetap memilih itu karena melepaskan ternyata lebih sakit.
Ada orang-orang yang merasa sakit ketika memilih bercerai, tapi bisa jadi, bersama bagi mereka jauh lebih sakit dan sulit.

Di tempatku tinggal, aku belajar arti kata move on dari seseorang yang menurutku telah mencintai dengan hebat, jelas-jelas tidak punya harapan, berusaha keras untuk lepas, sedikit demi sedikit, tapi tetap tidak bisa melepas sepenuhnya karena memang dia tidak bisa. Dia cuma tidak mampu memilih itu. Untuk kasusku semuanya tinggal dibalik saja. Aku mengakhiri karena memang harus aku yang mengakhiri, karena dia tidak pernah memulai. Dari awal ini adalah apa yang disebut orang-orang sebagai sebelah tangan. Aku tidak memilih bertahan atau melanjutkan karena memang aku tidak mampu memilih itu. Cut! tanpa Ctrl+V! Aku punya diriku sendiri yang harus aku bela, karena kalau bukan aku, memangnya akan siapa?

Kemarin, aku tersadar lagi lewat kata-kata Alifa yang ia lontarkan dengan rasa heran sewaktu aku menceritakan tentang orang itu setelah beberapa hari berada dalam fase plis-nama-itu-jangan-dulu-disebut!
"Kok lo seneng banget, mel? Memangnya lo nggak sedih?"

Aku kembali ingat pada airmataku yang hangat itu.

Aku memercayai bahwa airmata adalah rasa sedih yang meleleh dari hati. Pertanyaan Alifa membuatku berpikir bahwa jangan-jangan kesedihan-kesedihan itu sudah leleh sepenuhnya, meleleh jadi airmata. Hangat mengalir dari mata. Lalu aku move on.


maka sekarang, apa yang aku janjikan dalam kertas dan pena itu bisa nyata, kan?

Wednesday, January 11, 2012

Selasa

Langit hari ini minta dipeluk.

Hari ini aku berjalan pulang dari kampus-kosan sambil tersandung-sandung entah berapa kali. Aku tau bahwa seseorang harus memperhatikan langkahnya setiap kali berjalan, tapi langit cerah pagi tadi betul-betul susah diabaikan. Bagaimana bisa sesuatu bisa kelihatan begitu luas dan begitu membuat nyaman. Seperti minta dipeluk!

Setiap kali lihat langit, aku ingat kak nadia. Bukan, ini bukan karena Kak Nadia seperti langit. Cuma, kakakku itu memang suka langit. Dia jatuh cinta sama langit.

Ulangan komposisi II hari ini bisa dibilang lumayan. Walaupun ada beberapa materi yang sudah susah payah kuhapal tapi ternyata enggak keluar. Kalau dulu mungkin aku akan mengutuk kesal karena sudah capek-capek belajar. Rasanya juga tetap nggak enak kali ini, tapi masih lebih baik daripada enggak bisa jawab karena nggak belajar sama sekali.

Begitu pulang ujian aku langsung ke Bank. Kemarin Mbak Reni nelpon lagi, katanya ada surat yang perlu ditandatangani. Aku enggak tau kalau ternyata ngurus ATM yang hilang itu bisa seribet ini; bolak-balik ke Bank sampai 4 kali :(

Niatnya, hari ini aku mau ngerjain lanjutan tugas UAS Kritik Sastra, tapi apadaya waktu pulang-pulang singgah di kamar zahra, nengokin dia, ternyata dia lagi nonton film bridesmaid. Yaudahlah, akhirnya aku ngadem di kamarnya sambil balas-balas sms sampe enggak berasa filmnya selesai. Padahal tahun ini targetku cuma boleh nonton film 10 kali, siisanya harus nulis, nulis, dan nulis. Iya, memang kayaknya mustahil, tapi harus begini kalau mau target-targetku tercapai semua. Lagian kan juga udah janji sama Kak Adhi, Kak Nadia, Bang Hil (abis UAS aku fokus kelarin proyek deh, kak. Beneran!)

Agenda ngerjain tugas Kritik Sastra pun terpaksa mundur dari abis pulang kuliah ke abis makan siang, lalu mundur lagi dari abis makan siang ke abis shalat ashar, dari abis shalat ashar ke nanti malam, dan dari nanti malam ke entah kapan.

Hehe, klasik!

Gara-garanya ialah anak-anak-kos-tengah-UAS-yang-pada-frustasi-dan-gelap-mata-karena-besok-nggak-ada-ujian tiba-tiba merusuh menginvasi kamar. Dan selanjutnya memang berlangsung dengan klasik, diskusi tidak terarah dari mulai operasi plastik korea yang fenomenal, rezim Dinasti Kim Korea Utara dengan politik luar negeri tertutupnya, stalking FB si ini dan si itu, ngemeng-ngemeng soal KKN, cerita itu ini sampe mabok dan sebagainya dan sebagainya..

Kerusuhan sebenarnya baru terjadi waktu Azka mencetuskan ide untuk nonton film yang menurutnya paling goblok sedunia "Euro Trip", mengacaukan niat "abisinimaubelajar" aku-Mita-Zahra yang mulia. Mita bilang besok aja, karena agendanya malem ini mau belajar, tapi aku bilang terlanjur basah, kalau memang mau ya sekarang. Mulai besok pagi aku merencanakan kamarku terkunci dan enggak kenal mereka sama sekali :P

kamar rusuh
enggak tahu kenapa kamarku sering diiri2in disebut paling luas (aku rasa ini tergantung hati penghuni ;p). Konsekuensinya ya harus selalu sabar setiap kali kamar dijadiin tempat mandi cuci kakus, haha.. enggak ding, emangnya MCK? jadi tempat makan-gosip-rusuh sih iya.



biam jadi berlumuran nasi. Kasihan kamu, biam :'(





Jadi agenda rusuh tadi malam ialah masak (pake kompor listrik Mita yang diangkut ke kamar), makan, ketawa-ketawa, ngorol (termasuk curhat colongan dan hina-hinaan), nonton dan kutex-an. Dan percayalah semua dilakukan dengan rusuh dan barbar. Tapi filmnya nggak meaning banget sebenarnya, tentang 4 orang remaja baru lulus SMA yang trip ke Eropa, filmnya agak jorok, kocak juga menurutku biasa aja. Jadi ya dibanding fokus nonton aku lebih fokus ngutex-in Azka (tentu saja dengan berbagai komplain bernada prihatin dari yang bersangkutan), ngefotoin candid dan ngegilirin piring (termasuk suap-suapan karena 10 kuku jari tangan yang masih basah sama kuteks merah).

Total kerusakan akibat kerusuhan malam itu memakan korban 3 bungkus mi instan (1 punya mita, 1 punyaku dan 1 punya Azka), beberapa butir telur puyuh punya Mita, 3 botol kuteks & removernya, setoples keripik lampung rasa mocca, kecap Bango, 1 sendok makan & 1 garpu, 3 buah piring berjenis 1 piring plastik, 1 piring normal dan 1 piring penjara, beberapa liter air galon serta berlembar-lembar tissue.

Aku tahu, yang begini ini memang kelihatan waste dari luar. Ngobral-ngobol dan mewarna-warnai kuku hanya untuk dihilangkan dalam 10 jam ke depan. Tapi memang menyenangkan sekali punya saudara-saudara perempuan seperti ini yang bisa diajak berbagi apa saja dan melakukan banyak hal menyenangkan beramai-ramai. Yang selalu bisa membuat tertawa sesusah apapun rasanya kita. Seperti buku novel anak kos dodol punya mba dedew-rieka yang enggak bosen-bosennya aku baca. Kurasa aku menemukan tempat seperti itu. Di sini, di Mahendra Bayu.

Dan nanti adalah yang seperti ini kan yang akan terus diingat dan jadi kenangan. Terima kasih ya untuk menutup hari ini dengan menyenangkan :)

Tapi sekarang waktunya belajar.
dengan biam
di kamar 14 setelah jejak-jejak rusuh hilang

Wednesday, November 16, 2011

serial four siblings

sketsa kak Nadia

Sudah dapat dipastikan ini akan jadi bacaan favoritku melebihi komik miiko yang aku gilai itu. Aku baru baca seri pertamanya, dan betul-betul tidak sabar menanti kemunculan seri selanjutnya.

Bagiku, ini semacam kado ulang tahun paling keren sedunia. Aku bahkan sampai nangis beneran waktu baca bagian kak nadia dan bang hilmy diculik. Bukan! Sebenernya bukan karena disekapnya mereka tapi lebih karena mimpi nyaris tidak mungkinku selama ini ternyata bisa terwujud juga *dilempar upil sama Bang Hil ;p
Meskipun cuma fiksi. Tapi sungguh, aku bener-bener merasa jadi bungsu. Iya, bungsu, bener-bener keren kan? punya 2 kakak laki-laki dengan sifat berlawanan dan seorang kakak perempuan yang kerennya ampun-ampunan. Apa lagi?
Ini impianku sejak jaman dahulu kala. Menjadi bungsu.

Tanya kenapa?

Karena bungsu akan selalu paling disayang saudara-saudaranya, bagaimana pun juga. Lagipula, pada buku-buku cerita yang sering kubaca, bungsu selalu saja kebagian peran jadi anak baik. Anak berbakti. Lihat saja cerita Cinderella, cerita 3 anak babi, bahkan pada cerita al bintu wal asad dalam buku telaah teks arab 4.

Jadi, kak Nadia, terima kasih ya. Meskipun kedengaran terlalu keGRan menganggapnya kado ulang tahun, tp biar saja ini kuanggap kado ulang tahun.

Yang paling keren dari apapun!

*peluk kak nadia dan lempar tinggi-tinggi sampai luar angkasa.

p.s: Aku rasa ini sungguh cara paling menyenangkan merayakan ulang tahun, kak. Menyambut penambahan usia tanpa perlu diingatkan tentang bertambah tua. Ini bukan soal keriput atau soal semakin dekat mati, kak. Tapi aku ingin tetap hidup, dan tetap menjadi muda.
a lot of trims sissy :)

masih tanggal 16
10 menit sebelum hari ini berganti
selamat ulang tahun, mel! :)

Monday, November 14, 2011

Obat Berlembar-lembar


Aku menemukan satu lagi obat yang sama efeknya dengan berjalan kaki, yang dengan ajaibnya entah kenapa selalu bisa merenovasi suasana hati dari tidak baik-baik saja menjadi sudah tidak kenapa-kenapa. Sesuatu yang kusebut efek larutan gula. Seperti air hangat yang menyulap gula tiba-tiba lenyap. Yang kemampuan melegakannya kurang lebih sama seperti tangisan, namun jelas lebih hebat karena tidak membuat mata bengkak =p.

Fakta sebenarnya ialah karena aku sudah cukup merasa bersalah membiarkan segala macam hal meluap tanpa kendali di blog ini. Juga tentang ketergantungan itu, yang aku tulis tanpa dipublish dan sekarang menjadi salah satu penghuni dalam list draft itu. Jadi sebenarnya obat yang satu ini lebih merupakan aksi dari solusi tentang apa yang kupikirkan sembari ngantuk tadi malam.

Obat berlembar-lembar :)

Sunday, November 06, 2011

3 Idul Adha =)

Hey-hey, selamat hari raya! :)

Enggak kerasa lagi-lagi udah Idul Adha, dan ini udah kali ketiga.

Aku ingat pertama kali aku lebaran Idul Adha di Jogja jauh dari keluarga. Jauh dari moment sholat hari raya bersama terus makan sop kuah daging dengan kaki-kaki sapi yang di sendi-sendinya masih ada daging sejumput-sejumput, iya, yang sumsum di dalam tulangnya selalu jadi rebutan untuk diseruput-seruput :9.

Idul Adha pertama, aku gagal ikut sholat hari raya. Aku belum kos di mahendra bayu waktu itu jadi Tika masih jadi nomaden mobilitas tinggi yang nginep di tempatku hampir tiap hari lalu baru balik ke kosnya pagi-pagi. Malam sebelum hari raya kami baru tidur sekitar jam 3, entah mengobrol apa, tapi yang kuingat, kami baru bisa tidur setelah bersusah payah memaksakan diri untuk saling menutup mulut masing-masing karena tahu betul besok pagi kami harus sholat id.

Besoknya aku bangun jam 5. Cepat-cepat mandi lalu sholat shubuh sembari masih meneriaki Tika yang susah bangun macam biasa. Setengah jam kemudian kami udah kelayapan dari kos lamaku ke kos Mahendra Bayu dengan sudah memakai mukena macam orang asmara subuh-an di bulan puasa, cuma bedanya, hari ini kan hari raya :)

Sesampainya di kamar nomor 15 kos Mahendra Bayu dalam jeda waktu menunggu Tika ganti baju, ternyata Ara kepingin ikutan sholat juga, tapi belum mandi katanya. Jadilah, kami yang sebenarnya udah siap berangkat karena Tika juga udah kelar ganti baju menyepi di kamar Tika lagi dengan dalih nunggu Ara selesai mandi.

Tapi mata yang baru dipejamkan 2 jam waktu itu bener-bener susah diajak kompromi. Apalagi dibiarkan berdekatan dengan kasur dan bantal serta udara pagi yang masih basah dirintiki hujan. Aku dan Tika pun sibuk saling mendukung bahwa tidur ayam sambil duduk enggak membatalkan wudhu. Maka, akhirnya, daripada nungguin Ara enggak ada kerjaan, lebih baik kami mengisinya dengan tidur ayam-ayaman, dengan seluruh badan berselimut mukena, dan dalam keadaan duduk tentu saja. Selanjutnya, klasik seperti yang sudah bisa langsung ditebak dengan mudah. Bangun-bangun langit udah terang dan suara takbir udah enggak kedengaran.
Yep! Kami kesiangan!

Tapi yang lebih ngenes itu ialah ketika akhirnya mencari-cari saudari Zahra Aulianissa di kamarnya.
Dia enggak ada saudara-saudara! Pergi sholat sendiri dengan begitu tidak tahu diri. *kujukkujuk ke kamar Ara minta Sari Roti untuk ganti rugi ;p

Idul Adha kedua jatuh tepat bersamaan dengan ulang tahunku. Gerimis pagi-pagi, dan rindu rumah semakin menjadi-jadi. Berlebaran sendirian saja, atau ulang tahun jauh dari rumah saja seharusnya sudah cukup menyedihkan. Kenapa keduanya harus jatuh disaat bersamaan?
Di At-Taqwa aku ketemu 2 orang teman sekelasku dan sorenya ada Mas Abe, Tika, Kak Zamzam, Mba Cindy sama Pakde yang ngasih kue untuk ulang tahunku. Aku senang karena setidaknya ketemu orang-orang dan bisa sejenak seru-seruan.
Tapi bagaimana pun juga, itu semua bukan rumah. Masih jauh dari rumah.
Seenggaknya bukan rumah yang aku rindui dan bikin mataku bengkak karena nangis kangen 2 hari.

Tapi Idul Adha ketiga itu hari ini!
Sabtu kemarin aku nyampah seharian di kamar dan jadi mendadak hilang dicariin orang-orang macam yang udah pernah. Bangun dengan panik jam setengah 6pagi setelah digedor Mita dengan pertanyaan "mau ikut sholat di maskam, nggak?"
Mandi rusuh grabak-grubuk tapi juga enggak bisa mengabaikan keinginan untuk cuci rambut.

Dan sekarang, baru aja, kira-kira sekitar 10 menit yang lalu, aku baru balik dari kamar ifa sehabis rusuh-rusuhan sama Azka, Ara, dan Ifa karena rebutan rawon yang dibuat putri dari jatah daging untuk kosan ini. *a lot of thanks to putri yang udah ngasih makan perempuan-perempuan perindu daging di kos ini. gyahahhaha... xD

Enggak kerasa ini udah Idul Adha ketiga. Ada banyak hal yang berubah tapi aku masih Melyn yang sama. Masih Melyn yang senang jalan, berumur belasan dan masih belum punya pacar.

Tapi yang terpenting ialah pelan-pelan semuanya mulai kelihatan lebih ramah.
Happy Idul Adha :)


percaya atau enggak, ini rasanya enak =9




di maskam tadi rame anak kecil yang lucu-lucu ngegemesin xP
poto-poto waktu sholat tadi, ngerampok dari Mita ;p

UA-111698304-1