Showing posts with label surat. Show all posts
Showing posts with label surat. Show all posts

Tuesday, August 28, 2012

All Those Love Letters

Saya membacai lagi postingan-postingan saya dulu bi. Semua catatan-catatan dari kompensasi rindu yang selalu dan memang selalu hanya mampu saya tulisi untuk sekedar berakhir di sini. Lalu saya ingat bahwa saat ini, belakangan-belakangan ini saya juga sering menulisi tentang rasa rindu yang sama. Menulisi mabuknya saya. Iya, perasaan jatuh tapi terbang itu.

Kemarin malam, Ayam memberikan saya sebuah pernyataan yang membuat saya merasa perlu mencari jawaban. Mencari alasan. Sebuah latar belakang.

Bahwa saya belum pernah sesayang ini pada seseorang.

Benar.
Yang dilontarkannya itu pernyataan tapi entah kenapa lidah saya tahu-tahu menyahut benar. Lantas hati saya meminta jawaban. Kenapa?

Malam ini, pada pukul satu di dini hari, jawaban itu ketemu, bi.

Sebab selama ini, kerinduan saya hanya bisa terpendam. Catatan-catatan cinta saya itu cuma sekedar diketik untuk kemudian terlupakan lalu dibaca lagi kapan-kapan, dan itu pun oleh saya. Namanya kompensasi.

Tapi pada dia bi, segalanya tersampaikan.

Dan terbalaskan.
Entah mungkin setara atau juga berat sebelah, tapi setidak-tidaknya terbalas. Tidak ada kan takaran untuk rasa sayang?  Seperti halnya pernyataan hati tidak memilih dalam perahu kertas, hati saya yang jatuh di atas hatinya itu pun bertahan karena terbalas.

Lantas tidak mampu lepas.



Maka, semoga kita bisa saling menjaga, ya.
Sama-sama belajar caranya menjaga.
Tapi kalau pun akhirnya terlepas, semuanya hanya akan kacau sejenak,
then everything gonna be alright :)).
kan?

Sunday, May 13, 2012

debar

Sekarang rasanya tidak berdebar-debar lagi. Atau ralat, tidak sebegitu berdebar-debar lagi.
Iya, yang saya butuhkan rupa-rupanya memang sesederhana pembiasaan. Kamu cuma perlu sesering mungkin ada di sekitar saya.

Iya, agar saya terbiasa.

Tuesday, February 07, 2012

Waiting For Forever: Will's Love Letter


Dear Emma, 
Those two words, ”Dear Emma”, take me away to another time, when we used to write to each other after Mom and Dad died. I used to tell you about my new friends and my new life. And you used to tell me about the grand time my mom and dad were having in heaven.
Truth is nothing. What you believe to be true is everything.
And the main thing that I used to believe was that I would be with you forever. Forever. The reason it has taken me so long to write to you… is that I see that I have been a fool. I’ve spent my life fooling myself. Every letter I’ve ever written to you has been a love letter.
How could they have been anything else?
I can see now that all of them, except this one, were bad love letters. Bad love letters beg for love back. Good love letters ask for nothing. This, I’m pleased to announce, is my first good love letter to you,  because there is nothing more for you to do. You’ve already done everything. I have enough of you in my head to last forever. So please don’t ever worry about me. I’m peachy. I really am. I have everything. If I had one wish, it would be that your life brings you a taste of the happiness you have brought to me, that you can feel what it’s like to love.

Your friend forever,
Will.

Friday, November 11, 2011

sundial dreams

Saya tau, tahun-tahun di depan ketika saya mendengarkan denting piano ini lagi saya akan dibawa kemana oleh alunan musiknya, kepada siapa iramanya akan membawa saya

:

kamu.

Thursday, November 03, 2011

Nyata-nyatanya saya memang tidak bisa memendam rindu ini untuk berdiam tenang lebih lama di dalam. Menahan-nahannya untuk tidak keluar.

Udara dingin, dan saya menggigil di depan pintu yg terbuka lebar, masih dengan baju lembab akibat dibantai hujan luar biasa deras tadi siang. Sepanjang rute Kampus-Malioboro. Tapi rindu atas kamu nyata-nyatanya lebih menusuk dari itu. Dari dingin yang dibawa angin yang berdesakan masuk lewat celah lebar pintu. Bahkan meski dengan badan penat kelelahan setelah mengajar Mita gerakan tari yang harus ia hapal untuk perform besok di Purnabudaya.

Bahkan itu semua pun tidak mampu juga membuat saya lupa merindukan. Kamu.

Saya rasa kamu harus bertanggung jawab. Atas dialog-dialog sederhana yang kamu cipta. Yang mencandukan macam narkoba.
Tapi yasudahlah, saya rasa juga mungkin kamu memang tidak tahu. Kamu tidak tahu bagaimana belakangan hari ini, tanpa sadar saya mulai mencari-cari. Tentu kamu tidak tahu, sebab kesadaran ini juga baru saya dapat. Dan saya juga tetap sadar bahwa segala yang mencandukan itu tidak sehat.

Saya rindu kamu. Malahan sejak berhari lalu.

Thursday, September 01, 2011

Kamu yang Berulang Tahun Bulan Lalu

Jadi kali ini tentang kamu yang aku temui malam tadi. Seperti kamu yang aku temui dalam perhelatan sama setahun lalu. Masih sama mengagumkan. Masih sama membanggakan. Atau mungkin sudah lebih sekarang.

Mengherankan ya,
ini masa yang sama dari setahun lalu tapi sepertinya kamu sudah melesat begitu jauh. Sudah semakin dekat pada target yang kamu buat. Mengorbankan hal yang satu demi mengejar hal yang lain. Menciptakan banyak hal yang benar-benar kelihatan seperti "sesuatu" yang membanggakan orangtuamu. Sementara aku masih merangkak-rangkak, nyaris kehabisan nafas. Mengorbankan banyak hal juga, tapi belakangan cuma kelihatan konyol di mata mereka dan betul-betul tidak ada apa-apanya.

Benar, kita memang sebegitunya berbeda.

Tapi kamu lihat bagaimana tadi malam aku cuma diam? Itu karena aku sedang meriang. Tapi sebagian memang karena di depanku saat itu ada kamu; mengobrol seru dengan ayahku. Juga senyum milik kamu yang aku tangkapi dengan wajah bodoh dari balik sela kipas angin di ruang tamu itu. Sampai akhirnya kamu menghilang. Setelah bertanya aku sekarang semester berapa dan kujawab sudah semester lima. Lalu sudah.

Jadi begitu saja. Selanjutnya aku harus baik-baik saja dengan hanya sekedar itu.
Dengan aku yang selalu seperti mendapatkan resume setahun kehidupanmu tanpa kamu yang tidak pernah tahu menahu dengan cara seperti apa aku bertahan melewati ketidakramahan-ketidakramahan, tentang apa saja hal-hal menyenangkan yang aku lakukan.
Bahkan kamu juga tidak tahu kan bahwa kita pernah berjarak 5jam di tanah asing pada saat yang bersamaan. Mungkin saja kamu pernah mendatangi taman menenangkan itu juga di suatu waktu. Siapa yang tahu?

Baiklah, tidak apa-apa.
Sampai jumpa saja tahun depan!

dengan aku yang seharusnya sudah lebih mengesankan.
UA-111698304-1