Showing posts with label senang:). Show all posts
Showing posts with label senang:). Show all posts

Saturday, July 13, 2013

Sendang Ngembel, Kuburan dan Hal-hal random lainnya.



"Mending kamu langsung nyebur aja, terus tangkepin ikannya,"
"Susah, mbaakk"

"Di sini bisa berenang nggak sih?"
"Bisa, kok"
"Kamu nggak berenang?"
"Udah tadi,"
"Oh, dalem nggak?"
"Enggak,"
"Seberapa?"
"Segini," *nunjuk leher*
"Itu namanya dalem, Odong."

Jadi hari sabtu di minggu yang lalu itu tiba-tiba Azhar minta ditemani ke Sendang Ngembel. Sendang Ngembel? mendengar sebutannya saja seumur hidup belum pernah, dari namanya saja sudah kedengaran seram. Aku pikir tadinya Azhar mengajak ke sana untuk menemui dukun biar skripsinya lancar atau malah biar segera dapat pacar, haha.. berbagai spekulasi bertebaran antara aku, Zahra dan Alifa.

"Jangan-jangan lo mau ditembak, Mel di sana," Alifa berspekulasi. Aku mengernyitkan dahi, "Iya kali aku ditembak pake senapan beneran terus dilelepin ke air kolam,"

Akhirnya, atas dasar saudara Azhar yang baru saja berulangtahun dua hari sebelumnya, aku mengiyakan juga ajakannya meski yang bersangkutan setiap kali ditanya mau ngapain disana malah sok-sok rahasia. Setengah 12 siang aku dijemput Azhar dan kami pun berangkat. Apa banget emang main berdua doang sama si Azhar, tapi berhubung Alifa jadi penerima tamu di Purna Budaya dan Zahra malah pergi sama Abang Bije otomatis ajakan Azhar yang aneh dan misterius itu sebenarnya memberikan solusi daripada cengo di kosan. Kurang lebih satu jam perjalanan kami memperbincangkan tentang topik-topik terkini di Mahendra Bayu.

Di semester-semester pertengahan dulu, Azhar mungkin satu-satunya makhluk berjakun yang mau-maunya ikut kami main kemana-mana dan tidak merasa kapok. Di saat laki-laki lain biasanya merasa cukup dan akan melayangkan no thanks untuk ajakan kedua, Azhar tetap setia.

Padahal ya kalo main kami suka rusuh dan bikin malu, padahal Azhar biasanya suka disuruh jadi tukang poto, padahal dulu waktu ulang tahun Fanny, Azhar terpaksa lari, tawaf kompleks untuk menyelamatkan diri dari tetangga depan kosan yang murka akibat kami mengganggu ketertiban umum, lari tawaf komplek sambil bawa kue sampe jaketnya disemutin, haha...dan karena sering main itulah, akhirnya secara tidak resmi Azhar terdaulat sebagai juru kunci segala kebusukan kami. Jangan pernah bermimpi bisa punya gebetan dari kalangan teman-teman Azhar, malah kalau bisa segenap pacar maupun calon pacar mari bawa jauh-jauh dari Azhar, bagaimana caranya mereka tidak boleh saling kenal. Azhar mengarsip lengkap segala kehinaan kami, Fannya yg A, Zahra yg B, Alifa yg AB, Azka yg O, Onye yg X, Melyn yg double O.

Begitu juga dengan kutukan-kutukan yang senantiasa kami panjatkan beramai-ramai untuk para mantan, segalanya tersimpan rapi di telinga Azhar. Oh, tapi jangan bayangkan Azhar itu laki-laki separuh yang sedikit-sedikit suka ngondek karena sering bergaul dengan cewek-cewek menye ya, Azhar itu anak Antropologii.. eh apa arkeologi yak? haha.. badannya tinggi besar, rambut keriting gondrong terus kumis dan jenggotan, cuma beda dikit sama buto ijo. Hahak,

jangan bayangkan juga Azhar itu tipe cowok ganjen jd seneng main sama cewek.
Azhar itu pendiem yang banget-banget sampe2 bisa2 dikira nggak bisa ngomong,
bisanya cuma nyengir sama ketawa-ketawa doang.

Well, sekian soal Azhar. Balik soal Sendang Ngembel (baca huruf e-nya kayak bilang beli sama elang), usut diusut ternyata Sendang Ngembel adalah nama kolam buatan di Bantul yang dipakai untuk irigasi pertanian. Sekilas tempatnya memang agak klenik tapi sebenernya cuma tempat buat mancing, berenang sama naroh sajen doang :P

Waktu aku dan Azhar sampai, kebetulan ada dua bocah laki-laki yang lagi mancing di sana, namanya Aji sama something siapa gitu aku lupa, haha.. dan begitu sampai disana terkuaklah maksut Azhar sebenarnya yang ternyata mau hunting foto. Jadi beginilah si Azhar ini saudara-saudara, kesibukannya kalo nggak bolak-balik ketemu dosen pembimbing skripsi ya main ke tempat-tempat klenik sambil nenteng kamera. Mungkin Azhar mengajakku karena mau hunting foto ini juga, mengingat anak Mahendra Bayu yang tersohor soal kebringasan mereka dalam menjadi objek foto di setiap kesempatan. Padahal yang namanya Melyn cuma banci kamera kalo bareng anak Mahendra Bayu aja kan ya, kalo sendirian mah kalem =D #pencitraandulu.


Setelah Azhar mengaku puas mengambil foto-foto kami memutuskan pulang. Padahal belum ada satu manusia pun yang berhasil aku bujuk untuk menceburkan diri ke dalam kolam. Tidak Aji dan temannya yang sedang memancing di pinggir sendang padahal sudah kurayu dengan permen lolipop milkita. Tidak juga Azhar.

Di jalan pulang, Azhar membelokkan motornya memasuki sebuah kompleks pemakaman yang terkenal di daerah tersebut. Orang-orang menyebutnya makam sewu alias makam seribu. Di kompleks pemakaman ini terdapat makam ulama-ulama dan pejuang kemerdekaan yang ramai diziarahi oleh masyarakat sekitar pada hari-hari tertentu. Sejatinya niat Azhar berbelok ke kompleks makam ini adalah hendak menumpang kencing, namun karena rasa penasaran kami ternyata berjodoh akhirnya kami memutuskan untuk naik ke bukit yang terletak di sebelah kiri belakang mesjid. Makam sewu.






 

Ternyata di atas bukit isinya makam! *DIGEBOKIN* wkwkw.. Kompleks pemakaman sepi karena menurut penuturan salah satu warga yang sebelumnya kamu jumpai karena nyasar, baru satu hari yang lalu dihelat ziarah besar-besaran ke makam sewu.
Azhar naik sampai ke paling atas bukit sementara aku terheran-heran menakjubi pohon di tengah-tengah makam yang bagaimana caranya kah bisa tumbuh begitu besar? Padahal ranting-rantingnya seperti mati. Padahal daun-daunnya tidak ada lagi.


Jadi itulah hari yang random bersama saudara Azhar Rachman. Pelajaran hari sabtu ini adalah berhati-hati kalau diajak Azhar pergi lagi karena kemungkinan tempat-tempat klenik macam beginilah yang akan kamu datangi. =P

Salam dukun ceria ;)

Sunday, March 17, 2013

Langit Malam Musim Kemarau

Hari ini, setelah hujan yang turun setiap pagi pada dua hari berturut-turut kemarin, akhirnya aku menemukan langit malam ini bersih. Mungkin ini sudah mulai masuk musim kemarau, awan-awan yang biasa mengapung itu mulai ditiup angin muson timur, terbang dari Australia ke benua Asia.
Lalu yang tersisa adalah pecahan-pecahan permen fox yang bertebaran di kelambu biru tua. Hijau, kuning, orens dan merah, dengan kilau yang aku selalu suka.

Maka musim kemarau adalah musimnya berjalan kaki, musimnya menenggak es teh manis dingin di jalan sebelum pulang, lalu berhenti sebentar di tengah lapangan. Sesekali boleh juga menyempatkan diri duduk-duduk di bawah tiang lampu, mengangumi langit tenggara dalam udara yang membuat ngilu. 

:) Tidak apa-apa. Yang macam begitu sudah jadi ritual yang menjadi candu :)


02:45 dini hari
Hari minggu pagi ini padahal diajakin Aldo mblusukan kesini.
Tapi aku bahkan belum juga tidur jam segini :(

Thursday, January 10, 2013

Semacam Post Pembuka

Jadi ini beberapa gambar yang saya ambil selama KKN. Dibandingkan teman-teman serumah, saya merupakan orang yang paling sering merasa takut akan mati bosan jika harus berada di rumah seharian. Tidak seperti para anak lelaki yang cukup mampu membunuh waktu dengan hanya tiduran  di hadapan laptop dan bermain game, ataupun seperti beberapa lainnya yang memilih melewatkan waktu santai dan merasa cukup  terhibur dengan menontoni Zoey Deschanel dalam serial New Girl, saya lebih suka berjalan-jalan keluar masuk perkampungan. Meet peoples, play with childrens, and take a lot of pictures, itu senjata saya agar tidak mati bosan. Maka inilah, yang membuat saya dikenal sebagai anggota keluarga yang doyan kabur-kaburan. 

Hari ini saya membuka-buka lagi album foto saat KKN dan tiba-tiba sadar bahwa sepertinya saya mulai merindukan banyak hal. Bisa jadi ini bagus karena itu berarti hati saya perlahan-lahan sudah mulai bersih dari kejadian-kejadian tidak mengenakkan saat KKN. Mungkin memang sudah saatnya :')

Hari ke-2 di tempat KKN saya berkenalan dengan anak-anak ini. Saya penasaran dengan bola-bola yang  mereka buat dengan tangan untuk kemudian dengan itu mereka saling lempar. Kata Ardi, biasanya bola-bola itu isinya air seni. Ew!

Ini lapangan tepat di belakang Balai Desa. Setiap siang, ramai anak-anak main bola.
Saat itu saya jadi penjaga gawang :D

Entah kenapa di sana saya paling suka memotret langit dan pohon kelapa. Gara-gara itu saya jadi terinspirasi bikin kisah cinta tragis antara pohon kelapa dengan langit.

Ini saya ambil di taman bunga yang entah sedang dalam perbaikan atau malah pembuatan di dekat puskesmas.  Saya suka ngegodain mas-mas yang sepanjang pagi dan siang mengerjakan taman bunga ini sendirian. Puasa-puasa dan panas terik pula, saya sering kasihan. Bodohnya, sekian lama ketemu tiap hari dan saling ledek-ledekan kami malah nggak kepikiran saling tuker nama :(
Kalau dipikir-pikir aneh juga, kamu bisa kenal sama seseorang, ngobrol dan ketawa-ketawa bareng tiap hari sama orang itu, tapi nggak tau dia itu siapa, namanya apa dan rumahnya di mana.

Diambil di tumpukan semak dan tanaman bunga yang tumbuh di samping SD dekat rumah. Suatu siang saya kebosanan setengah mati, eh pas lagi kabur jalan-jalan ternyata saya enggak sengaja diliat sama Ardi. Sejatinya mau foto si lebah, eh tapi takutdigigit nggak dapet fokusnya. hahah.. 
Sore masih muda, tapi di langit sudah ada bulan.
Siang itu, saya lagi jalan-jalan sendirian mau nyari batas desa. Hahah iya, saya memang sebegitu isengnya.
Saya jalan jauh sampe perkampungan paling belakang balai, dan kemudian nyasar di pekarangan rumah orang :P

Daaan inilah dia sekolah. Tepatnya SD negeri 5, sekolah ini cuma punya 3 kelas, kelas 4,5 dan 6 sementara kelas 1, 2,dan 3-nya ada di SD negeri 3, jadilah kedua SD ini saling titip-menitipkan murid. Aneh ya? Jangan heran, ini karena kekurangan tenaga pengajar. Kedua SD ini saling bersebelahan, cuma terpisah sebatang sungai.
Haha, jadi ceritanya saya mau ke SMP tapi gaya sok-sok mau potong kompas lewat sawah. Bisa ditebak kan gimana ending-nya? Saya nyasar di ladang orang dooong. <=== Orang gila. Nyasar malah bangga.
Mata pencaharian penduduk di desa tempat saya KKN, sebagian besar penderes. Ini alasan kenapa pekarangan setiap rumah hampir pasti isinya pohon kelapa.




Ini gubuk bambu favorit saya. Letaknya di pinggir lapangan rumput belakang balai desa. Setiap tengah hari  2-3 bapak-bapak tua rutin mengangon kerbau-kerbau mereka. Menulis di sini bikin betah, gambar-gambar di atas itu alasannya :)

Selain di sini saya juga suka nongkrong di gubuk tengah sawah. Cuman akses ke sana lebih susah, harus meniti pematang dan resiko berpapasan dengan anjing-anjing penjaga ladang. Jalan pulang malah lebih ekstrem lagi, turun ke sungai lalu menerabas hutan kopi. Selain itu juga riskan ketemu ular, jadi saya cuma pergi ke sana kalo bener-bener lagi nggak pengin ketemu orang-orang.
Lagi main di pantai, eh ketemu ular. Padahal biasanya mah cuma ketemu kulitnya  doang.
H-sekian sebelum pulang. Saya ke pantai pandansari ini bareng anak-anak SMP yang kelasnya selama 3 minggu secara rutin satu jam seminggu 4x saya masuki
Saya sudah mulai lupa nama-nama mereka. Padahal di minggu-minggu terakhir KKN kami melakukan banyak hal-hal menyenangkan. Ada hal-hal yang ingin saya lupakan dari KKN tapi jelas-jelas bukan mereka. Karena mereka itu bagian berharganya :'(

Jadi sebenarnya saya cuma butuh waktu untuk membiarkan hati saya benar-benar sembuh. Sampai rasa muak saya hilang. Lalu saya bisa menceritakannya dengan cara sebagaimana nanti saya ingin mengenang masa KKN ini, merindu yang menyenangkan dan terasa ringan. Dan seperti yang saya tulis pada judul, ini hanya post pembuka. Masih ada banyak hal dan peristiwa yang mesti saya tulis sebelum lupa.

Saleum :)

setengah 10 malam sebelum belajar untuk ujian

Monday, November 26, 2012

Selamat :)


AAAA... saya sebegitu senangnya sampe kepingin jumpalitan.

Telapak tangan saya sekarang biru-biru dan nyeri. Kaki saya sebagian juga ikut biru lebam. Tulang rusuk saya serasanya sudah remuk di dalam akibat saya menghentaknya terlalu keras dengan tangan. Tapi yang jelas hati saya kepingin meledak kesenangan. Maka, Selamat :)

Saya masih ingat bagaimana menenangkan Amel dan Sinta di belakang panggung waktu itu. Memeluk mereka satu-satu, mengalirkan pada mereka sebanyak mungkin ketenangan dan rasa tak acuh. Meremas bahu Sinta ketika airmatanya sudah memenuhi pelupuk dan tinggal menunggu jatuh, lalu saya tatap matanya dalam-dalam, kuat-kuat menanamkan sugesti bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan.
Saya mengerti ini kompetisi pertama mereka, saya kan juga melihat sebesar apa mereka panik dari air muka yang pucat pasi dan pancaran mata yang merasa ngeri. Dada mereka gempar, meskipun saya tenang. Tapi menyaksikan itu saya jadi ikut cemas juga, bukan terhadap lawan, tapi karena mental rekan-rekan. Saya tahu Hanip juga sama cemasnya karena alasan yang sama.

Hingga kemudian datanglah Abe dengan kata-katanya yang seperti mutiara.
Penggendang paling bagus itu Mas Hanip. Syech yang suaranya paling oke itu Ica. Penari paling keren itu rampoe. Cowok-cowok paling ganteng di dunia ini itu anak rapai. 
Meskipun saya tahu kata-kata itu tidak sepenuhnya benar, tapi saya menyimpannya sebagai mutiara yang menenangkan. Namanya nasionalisme.

Lalu tahu-tahu saya sudah berlari masuk panggung dan disambut dengan sorak-sorai menggelegar. Ah, dan kami juga punya pendukung-pendukung paling setia di dunia. Jadi memangnya harus mencemaskan apa?

Maka begitulah, saya tampilkan senyum paling manis yang selama perjalanan FIB-Purnabudaya tadi saya latih di depan kaca. Merapatkan tangan, lalu potongan-potongan emas dari kertas yang  Neng Ana dan 2 orang lainnya genggam berjatuhan. Menampilkan aksi panggung yang tidak biasa-biasanya. Sekumpulan massa itu melenguh, senyum kami melebar karena berhasil memberikan variasi yang baru. Dan pertunjukan pun dimulai.

Saya ingat-ingat kata-kata Afel di backstage tadi. Tempo lambat.. pake tempo lambat.. jangan egois dan akhirnya jadi kecepetan sendiri. Senyum saya menang, pikiran saya tenang, tapi tangan-tangan ini menghentak binal. Semua gerakan harus disajikan total! Saya bahkan tidak peduli kalau akhirnya jantung dan paru-paru saya mencelos ke belakang saking kuatnya saya memukul-mukul dada. Saya tahu sedang memperebutkan apa. Panggung ini tidak asing, karena kami tampil di sini sudah sering, tapi apa yang kami perebutkan kali ini berbeda. Precious.

lalu ketika akhirnya kami diminta tampil kembali karena berhasil meraih juara pertama, saya tahu itu untuk mereka. :'"*

Sebab penggendang paling bagus itu Mas Hanip. Syech yang suaranya paling oke itu Ica. Penari paling keren itu rampoe. Cowok-cowok paling ganteng di dunia ini anak rapai. -dan kami punya pendukung-pendukung paling setia di dunia. Saya menyebut ini nasionalisme, bukan kata-kata kesombongan. Dan Belgia itu nyata! Semoga selanjutnya segala sesuatunya semakin dipermudah. Amiin :')

Saleum.

Saturday, November 17, 2012

The Birthday Girl

ternyata ini ulangtahun saya yang ke-21. saya baru tau ini dari alifa
Pagi ini saya bangun pukul 9 lewat dengan mata bengkak namun perasaan yang ringan. Iseng-iseng membuka fesbuk di pagi buta ternyata berhadiah nangis kejer semaleman tepat di hadapan layar akibat membaca message yang mama kirimkan. Seumur-umur belum pernah saya nangis sesegukan begitu cuma karena kepingin pulang. Maka, jadilah.. hari itu saya baru bergerak tidur bertepatan dengan muadzin yang mengumandangkan adzan ngajak subuhan.

Dan seperti yang sudah saya bilang, pagi itu saya bangun dengan perasaan ringan. Lengkap dengan mata bengkak dan merah akibat mata yang kembali meradang. Sewaktu pulang dari mengamen saman saya memang agak membandel, ngebut membawa motor dan tidak menutup kaca helm.

Lalu satu-satunya hal yang ingin saya lakukan adalah berjalan-jalan. Kepinginnya sih, saya ke stasiun dan membeli tiket kereta jurusan manapun yang jadwal keberangkatannya paling dekat. Tapi sore ini masih harus latihan dan besok performe di GSP. Mustahil meninggalkan Jogja saat ini sementara Ica sedang dalam perjalanannya kembali dari Solo demi performe kali ini. Maka, akhirnya saya berjalan saja seperti biasa. Menyetop bis yang lewat paling pertama, lalu duduk di dekat jendela. Kemudian baru menyusun jadwal hari ini mau kemana. Tadinya saya memutuskan melarikan diri ke Solo. Kangen rasanya memanjakan kaki menelusuri sepanjang jalan Sriwedari, lalu mengintip sebentar ke toko buku Gramedia yang sangat berarsitektur Belanda. Makan eskrim dan serabi kemudian menyapa bapak-bapak di pos polisi, baru setelah itu menaiki damri untuk ke kebun binatang.

Tapi akhirnya, klasik seperti biasa, saya malah turun di daerah taman pintar. Berniat membeli eskrim langganan, tapi mungkin abang-abangnya sedang jum'atan. Karena lapar, akhirnya membeli es cendol saja, lalu melahapnya sambil mendengarkan ceramah jum'at dari mesjid di taman pintar. Pembicaraan tentang Gaza belakangan ini sedang hangat-hangatnya. Saya mendengarkannya sambil diam. Sambil juga berpikir-pikir, saya ngapain di sini dan mau ngapain sebenarnya hari ini. Kemudian saya ingat Noura dan kostum putih yang akan dipakai besok. Mumpung nggak ada kerjaan kenapa nggak ke rumahnya saja sekalian mencoba-coba trayek transjogja yang saya belum pernah. Setelah itu, saya bisa ke gembiraloka.

Maka, begitu saja, keputusan serta merta dibuat. Tapi entah kenapa tumpukan buku-buku di pertokoan shopping di hadapan saya begitu memikat. Lalu entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja saya sudah terdampar di salah satu toko. Begitu saja berjongkok dan dengan betah melucuti satu persatu tumpukan buku yang paling dekat dengan koridor tempat orang-orang lewat. Rupa-rupanya di sana saya telah begitu lama sampai akhirnya Noura mengsms menanyakan kak Melyn sudah sampai mana. Saya membalasnya sembari nyengir dan merasa bersalah. Untunglah, ternyata si Noura berniat ke taman pintar juga, maka janji pertemuan pun berubah. Saya menunggunya di sini saja.

Siang itu perasaan saya ringan. Hal-hal yang mengganggu pikiran dapat saya abaikan dengan gampang. It's my day, jadi hari ini saya yang jadi bossnya, jadi jangan harap ada seorangpun yang bisa merusak hari ini dengan seenak-perutnya. Hari ini saya yang mengatur sendiri mood saya. Pokoknya satu hari ini saya cuman bolehnya merasa senang saja =D

Hasil berjam-jam di shopping, saya berhasil membawa pulang 6 buah buku dengan harga sangat miring. Haha.. tapi tetap saja kalau mama tahu saya menghabiskan 140ribu hanya untuk membeli buku, beliau pasti marah-marah. Mama selalu berpikiran, bahwa anak perempuan seharusnya lebih banyak membeli baju dibandingkan membeli buku. Tapi kan bukan Melyn namanya kalo nggak ngeyel, anggap saja keenam biji buku ini papa yang membelikan sebagai kado ulangtahun spesial untuk anaknya yang tersayang. Kado ulang tahun itu kan harus yang bisa membuat yg berulangtahun senang =P

Kemudian, apalagi yang dilakukan gadis yang berulang tahun hari ini selain membaca salah satu buku yang baru dibelinya sembari menontoni anak-anak bermain air dan menyeruput es teh rasa merkisa? Siang itu mendung tapi gerimis belum juga turun, lalu mendadak saya kepingin nonton di planetarium. Sisa seat tinggal 2 ketika saya membeli tiket untuk pertunjukan yang akan diputar 10 menit lagi. Jadilah, saya berjalan tergesa sambil menahan nyeri di pergelangan kaki. Luka di kaki saya itu memiliki sifat sedikit mirip dengan hantu, kadang-kadang sembuh tapi kadang-kadang kambuh. Tadinya saya menitip doa pada seseorang, tapi ternyata boro-boro, jangankan bersedia dititipi doa, menanyakan saya minta didoakan apa saja dia tidak sudi. Padahal saya cuma kepingin didoakan bisa lebih pintar dan tidak penyakitan. :/

Tapi yasudah, saya berjalan sendirian dan terpincang-pincang, tapi yang terpenting hati saya tidak kesepian. Pertunjukkan di planetarium tadi indah. Sore itu saya dihadiahi menontoni langit Jogja tanggal 16 November pada pukul 7 malam nanti (yang sebenarnya selalu sama dan tidak berubah setiap harinya), yang spesial adalah langit Jogja kali ini tanpa polusi. Maka, baru di sana itu saya berhasil mendapati lagi langit mewah yang cuma bisa saya lihat di tempat KKN. Dengan kilau cahaya terang-benderang dan tebaran rasi bintang. Dengan Mars di sebelah barat dan Uranus, Jupiter yang baru menggantung di atas kepala ketika malam beranjak tua. Lalu hujan meteor :))


Pertunjukkan selesai dalam 30 menit kemudian lampu-lampu dinyalakan. Saya menyaksikan pasangan-pasangan keluar sambil berpegangan tangan. Itulah yang biasanya para lover lakukan, kan? Mereka pergi bertamasya dan nonton hujan meteor bersama. Saya melirik kursi kosong di sebelah saya yang tetap kosong dari awal hingga akhir pertunjukkan itu, sebelum akhirnya memutuskan tak acuh. Yang namanya manusia bisa-bisa mati kalau terlalu lama hidup dalam ekspektasi. Maka, saya bangkit dengan rasa tidak peduli. Di luar hujan besar, jadi saya punya waktu yang cukup untuk membuat beberapa catatan. Di kanan-kiri saya duduk pasangan-pasangan. Tapi saya toh sudah terlanjur nyaman dengan sendirian. :)

And this is my day.

Pukul setengah 4 sore saya memutuskan pulang. Saya harus latihan. Jalanan lembab dan becek tapi sebuah sapaan dari bapak tukang parkir yang tidak saya kenal dengan suksesnya membuat hati saya bertambah nyaman. Betapa baiknya Allah sampai-sampai mengutus orang yang tidak saya kenal untuk menghadiahi saya senyuman. :))

Lalu saya pulang menaiki bis jalur 2, kembali duduk di dekat jendela, lalu menghabiskan sepanjang perjalanan dengan membaca. Di luar, langit hitam dan kelihatan penuh, gerimis kembali turun satu-satu. Tiba-tiba saya ingat perkataan Hanip 2 malam lalu. "Apapun itu, yakinkan bahwa keputusan kamu benar. Bahwa kamu memang benar."

Saya melangkah di jalan aspal yang kelihatan licin dengan perasaan ringan. Finally, it's over, and I'm over you, boy. Dengan cara sesimpel-simpelnya cara.

Friday, June 29, 2012

yang sweet itu ya yang seperti ini


Abang saya itu, sedang dalam masa berbahagia-berbahagianya.
Saya turut senang, abang.

-adikmu-

Sunday, July 17, 2011

03.10 di malam nisfu

akhirnya saya bisa nonton tangled sampai selesai tanpa harus merasa khawatir tentang keharusan beraktifitas begitu pagi esok hari. tanpa harus berlagak seperti pencuri waktu di tengah keriuhan dalam sekre yg mulai terasa seperti rumah itu.

yap! seminar internasional bahasa arab IMLA ketujuh selama tiga hari ini akhirnya selesai.

saya senang.

tapi,
entah bagaimana caranya melepas pembiasaan-pembiasaan tiga hari kemarin sementara saya sudah mulai menerima sempitnya masa yang mengacau rutinitas mandi pagi saya yang biasanya memakan waktu lama. bagaimana rasanya kelak kehilangan dorongan entah dari mana yang menegakkan tubuh saya setiap paginya, memaksa untuk memulai hari secepatnya. bagaimana melepas posisi asisten mas abe yang tiba-tiba melabel dengan sendirinya itu.

sejujurnya, saya memang belum mau kehilangan bermacam-macam hal seru dalam masa rusuh itu. segala keriuhan dalam petak 3 kali 3 meter yang menghadap convension hall dan sejajar dengan ruang operator. keriweuhan menghadapi orang-orang arab yang keras wataknya, bahkan meski hanya mendengar ceritanya saja, saya ingin menikmati itu lebih lama.

saya merasa belum cukup banyak belajar betapa juklak/juklis itu benar-benar diperlukan dalam setiap kegiatan. betapa instruksi yang jelas kepada panitia lapangan itu perannya sungguh-sungguh signifikan. dan yap! betapa mengingat jobdesc masing-masing itu sebegitu penting.

saya merasa belum banyak belajar dari kepanitiaan yang susunan acara penutupannya saja tidak jelas durasi waktu per-sesi nya ini. yang koordinatornya saja bisa salah memberikan instruksi. yang, data jumlah panitianya saja ternyata tidak lebih lengkap dari data peserta.

saya perlu merasakan rusuh itu lebih lama, menganalisa agar kelak dapat menghindari situasi kurangnya konsolidasi, koordinasi dan mis-intruksi semacam ini.

dan ahh.. saya juga belum banyak belajar tentang sabar dan merelakan. saya rasa saya memang perlu lebih banyak hal-hal seperti ini lagi.

bagaimana mengikhlaskan pekerjaan yang membuat pegal itu untuk tidak jadi dipakai. barangkali saya memang perlu untuk diminta membuat begitu banyak salinan kwitansi untuk menjadi mengerti bahwa tidak dipakai tidak berarti kerja keras kita kehilangan harga.

saya memang jadi belajar sabar dari tugas keroyokan membuat nomor meja itu. ketika kak fahmi yang membuat desainnya ternyata tidak makan waktu sampai berjam-jam, pakdhe yang buat bentuknya bahkan hanya memakan waktu sebentar, tapi kenapa saya yang begitu sial mendapat jatah mengetik tulisan yang mesti di revisi berkali-kali macam orang bikin skripsi, bahkan ketika nomor meja itu sudah benar-benar jadi.

barangkali saya memang perlu merasakan itu lagi hanya agar mampu melewati itu tanpa harus merasa kesal dan terganggu.

tapi setidaknya saya sudah merasakan rasa syukur atas setiap senyuman langka yang bisa ada dengan ajaibnya. saya jadi bisa tahu bahwa pak masruhi itu ternyata bisa lucu juga, dan mas abe ternyata bisa kehilangan senyumnya. saya belajar memperlakukan hati saya agar tahan terhadap bentakan, mengabaikan perlakuan-perlakuan tidak menyenangkan yang disebabkan emosi pada masa rusuh-rusuh itu.

saya memang merasa belum cukup menikmati eksotisnya orang-orang arab itu. menikmati sorban-sorban dan gamis putih membaluti tubuh besar tinggi yang kata mbak laila berkemampuan membikin ngeri novia kolopaking sampai ia turun panggung tepat begitu lagu selesai. saya memang belum puas mengagumi kecantikan perempuan bercadar dengan gamis warna langit pagi hari itu, yang dari dua matanya saja sudah memancar cantik yang luar biasa.
tapi setidaknya saya jadi tahu ada orang arab yang seunik kak hanan. setidak-tidaknya saya sudah berkenalan dengan rezvan dan menemukan sendiri bahwa ternyata ada orang-orang yang bisa tidak menyukai ahmadinejad di iran.

setidaknya saya sekarang sadar betapa ternyata agama saya sudah menyediakan pintu keramahan yang lebih hangat dari sekedar senyuman; salam. sesuatu yang pelan-pelan mulai membuat saya ketagihan dan semoga dapat dibiasakan. =)

dan masa-masa rusuh itu ternyata memang sudah berlalu, saya harap semua orang bisa menemukan pembelajaran mereka juga, meski hanya satu.
dan semoga, segala kerja keras yang pernah ada itu barakah dan jadi pahala.

sudah dekat jam 4.
semangat malam nisfu sya'ban.

Tuesday, May 10, 2011

*05: pantaaai banzaiiii.. =D

aku masih terheran-heran bagaimana bisa Tuhan begitu gampangnya mengabulkan doa. dua postingan ke belakang sebelum postingan ini, aku masih ingat betapa inginnya aku main ke pantai. dan kalian tahu? aku baru pulang dari pantai.

rasanya udah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku melihat pantai. pantai terakhir itu namanya bira. oke, ralat: pantai bagus terakhir itu namanya bira! iya benar, pantai yg postingan liputannya belum selesai-selesai itu. haha.. tapi nama pantai bagus kali ini lain lagi, namanya menganti, kalo bang hilmy menyebutnya PANTURA, pantai utara australia. kalo kak adhi menyebutnya PANTURA juga, pantai australia utara, tapi aku, menyebutnya pantai float vanilla tongue

seperti soft es krim vanilla depan shopping centre yang meleleh-leleh menumpahi karang


Hari minggu kemarin total senang-senang, menjelajah betul-betul mirip bolang. euforianya masih terasa. histeria ketika akhirnya mendapati horizon antara bumi dan langit itu juga belum kulupa, laut! aku bahkan kepingin nangis saking senangnya. rasanya betul-betul rindu.

ini kali pertama aku ketemu laut bagus di pulau jawa. pantai yang kontennya bukan cuma sekedar pasir, angin dan ombak besar mematikan. di aceh dulu, aku bisa ke pantai kapan pun aku mau. seringnya malah hampir tiap minggu. pelabuhan ulhelhe cuma beberapa kilo jaraknya, ditambah lagi gampang aksesnya. mau ke lhoknga palingan enggak sampai 30 menitan. yang aku tahu, di jogja pun banyak pantai bagus. sundak yang direkomendasi kak adhi faktanya memang sekalipun belum pernah kujelajahi. yang pasti nanti. tapi yang jelas, hari minggu kemarin sampai juga aku ke menganti.

kami bergerak dari rumah kak iftin sekitaran pukul 10an. perjalanan ke menganti memakan waktu sekitar 40 menitan dengan medan tanjakan dan turunan yang curam, mengingatkanku pada jalan menuju nol kilometer di pulau weh yang berpagar jurang dan hutan-hutan, beberapa bagian jalan bolong dan becek akibat hujan besar tadi malam. untungnya, tukang ojek yang aku tumpangi seperti sudah hapal jalanan menganti, aku menyebutnya bang hilmy Rolling

pemandangan langit-laut biru diantara dua bukit menjadi tanda kami hampir sampai. seandainya bisa melonjak-lonjak girang diatas upa yang sedang berjalan, pasti sudah kulakukan. sayangnya tidak bisa, jadinya aku cuma menjerit-jerit senang saja Head Spin. dan di atas sebuah tanjakan tempat kak adhi berhenti demi menunggui kami, ada venue yang betul-betul mantap kali, sayang kami enggak berhenti. perjalanan tetap dilanjutkan sampai akhirnya kami sampai di sebuah tempat dengan plang pelelangan ikan. perahu-perahu biru berjejer-jejer memenuhi pantai di sebelah kanan.

aku membaui amis ikan yang membikin kepingin muntah itu dengan rakus. aroma nya lebih tajam dari bau pelelangan ikan manapun yang pernah aku datangi, rasanya senang sekali. begitu memarkir motor dan singgah sebentar ke toilet dekat parkiran demi memenuhi panggilan alam, kami berjalan menuju mercusuar. matahari siang itu sedang terik-teriknya, kami berjalan kaki melewati jalanan menanjak itu dengan susah payah. di sebelah kanan ada semacam terasering yang sedang ditanami tumbuh-tumbuhan. kata bang hilmy, ini tanaman pace, tapi kata ibu penjaga warung yang kami datangi sebelum pulang, kalau tidak salah dengar itu tanaman nyemplungan, semacam tanaman yang memabukkan, mendengar itu aku langsung melirik kak adhi, kemudian menambahi, "kalau di aceh mungkin semacam ganja." Devil



oiya, kak adhi teman bang hilmy ini adalah orang yang akan meramaikan trip jawa-sumatera kami. dia udah pernah beberapa bulan tinggal di aceh pasca tsunami. railfans dan bismania juga, bisnonekonomimania ding peace sign. haha.. kubayangkan diriku nanti jadi semacam putri salju yang dijagai oleh dua kurcaci raksasa. cihuilah!

begitu sampai mercusuar, kami langsung bikin kaplingan dibawah bayangan tiang yang agak teduhan. pemandangannya mantap jaya, ngobralngobrol kesana kemari dihela angin sepoi-sepoi, efek sycamore tree itu datang lagi, maunya selamanya disini, enggak pulang-pulang lagi. angin kencang, asin pantai, suara ombak yang menyambar-nyambar, kesemuanya menyegarkan dan membuat nyaman. komposisi terbaik untuk tidur siang. konon, dari puncak mercusuar pemandangannya lebih spektakuler, sayang kemarin itu keberanianku melesap lenyap demi melihat anak-anak tangga besi yang mesti kurayapi, teringat film sanctum yang kutonton tempo hari. dan sekarang rasanya menyesal, pokoknya, kalau ada lain waktu aku ke menganti lagi, harus naik ke puncak mercusuar. tidak ada alasan!
di bukit tempat mercusuar itu, juga banyak muda mudi yang bertingkah kayak sepasang kucing keracunan lem kanji. yang kerap kali bikin aku merasa geli sendiri.





ibarat sholat idul fitri, jalan pulang mesti beda sama jalan pergi. turun dari mercusuar kami memilih jalan alternatif merintisi ilalang dan karang. sampai disini, ombak serasa begitu dekatnya menyambar-nyambar, seperti rakus ingin melahap orang. karang-karang yang berderet di pantai warnanya hitam pekat, seperti hajar aswad. di atasnya banyak binatang kecil-kecil menempel di batu, semacam microsiput air asin. ada juga kepiting hitam berukuran sedang sampai kecil-mungil ngegemesin. di tengah jalan dalam rimbunan batu karang, ada spot yang agak rendah dan tergapai ombak, seorang kakek mendatangi kami dan memeberitahu bahwa beberapa hari lalu disitu ada tiga orang yang terseret masuk laut, tepat di titik kak adhi berdiri membelakangi ombak untuk di foto bang hilmy. mendengar itu, aku langsung cepat-cepat bergerak berpindah tempat.

pantai menganti adalah jenis pantai berpasir putih, tapi kalau kubilang, pantai ini berpasir serpihan kulit kerang. ombak yang besar menyeret kulit-kulit kerang yg sudah terhantam karang sampai ke pantai. kata seorang bapak yang ditemui bang hilmy, akan ada pertandingan surfing tanggal 18 nanti.
selama ini, menganti dikenal sebagai pantai yang belum padat oleh wisatawan, bukan seperti pantai karangbolong dan beberapa pantai lain yang berada di garis pantai yg sama dengan letak yang lebih dekat dan jalanan yang tidak terlalu rusak. tapi sekarang ada jalan yang akan dibuat untuk akses ke mercusuar. naga-naganya, setelah jalan itu di aspal, pantai menganti akan lebih ramai.

ngeri membayangkan akan seperti apa pantai menganti nanti, ramai, penuh, suram dan banyak sampah. menurutku, pantai selalu bisa lebih indah tanpa terlalu banyak tangan manusia.


model iklan poccari sweat - model iklan extra joss Idiot




by the way, poto2 keren ini diambil oleh bang hilmy dan kak adhi.
UA-111698304-1