Showing posts with label movie. Show all posts
Showing posts with label movie. Show all posts

Wednesday, January 29, 2014

The Pianist


Saya baru selesai nonton filmnya Roman Polanski yang satu ini. Film yang tadinya saya kira bergenre horror tentang setan penunggu piano akibat cover filmnya yang lain yang dengan horornya memajang barisan tuts piano bersama tangan panjang menyeramkan melayang-layang. Belakangan, saat saya sedang ramai-ramainya riset tentang Nazi dan WWII, saya baru tahu kalau film ini bercerita tentang yahudi polandia yang berhasil melarikan diri dari ghetto warsawa. Saya udah pernah bilang kan kalau belakangan saya memang sedang keranjingan hal-hal berbau Polandia khususnya Warsawa. Selain The Pianist, saya juga seluncuran mencari download-an filem The Courageous Heart of Irena Sendler yang sumpala susah banget dicarinya, dan beberapa hari lalu saya juga baru selesai nonton The Diary of Anne Frank versi The Whole Story yang diambil dari buku biografinya Anne Frank: The Biography oleh  Melissa Müller. Iya, setelah filem The Book Thief yang juga based on the novel by Markus Zusak yang saya tonton beberapa minggu sebelumnya.

Saya cuma sedang tergila-gila.

Bahkan meskipun saya percaya betapa cerita-cerita holocaust itu sesungguhnya dibesar-besarkan dan jumlah korbannya tidak sebanyak yang diberitakan.

Saya cuma sangat keranjingan pada filem-filem berbau perang dunia kedua itu lantas tersedak sendiri oleh kesadaran betapa ego manusia mampu menciptakan kerusakan yang sedemikian hebatnya. Kemudian menyaksikan luka yang bertebaran seperti debu-debu itu, seluar-biasa apa perjuangan mereka untuk bertahan hidup menjalani masa-masa sulit itu, entah kenapa saya merasa lebih bersyukur pada hidup yang saya jalani sekarang. Betapa pun sulitnya, betapa pun kerasnya.

Bahkan di saat-saat sulit semasa perang itu pun masih ada orang-orang yang rela membantu dengan taruhan keselamatannya sendiri di antara orang-orang yang hatinya menjadi keras akibat peperangan. Menemukan bahwa masih ada cinta kasih di sela-sela dunia yang berlumur benci, saya jadi selalu yakin bahwa bagaimana pun juga hal-hal baik tidak akan pernah terhapus di dunia ini, setidak-tidaknya di hati kita sendiri.


quick posting disela waktu menunggu reda hujan
bersiap untuk datang latihan.

Friday, May 18, 2012

SILENCED : dan jari tengah pun mengacung


iya, jari tengah, bukan ibu jari

Setelah sekitar nyaris setengah jam memikirkan kata apa yang tepat untuk membuka postingan ini, akhirnya kata yang kuputuskan untuk dipakai adalah "SUPERB!"yang mana untuk sekali ini, secara seenaknya kuputuskan merupakan akronim dari frasa superbangsat. Faktanya, inilah film dimana banyak sekali terdapat bangsat-bangsat memuakan di dalamnya. Jadi bagi Anda yang belum tahu bangsat itu seperti apa, sangat direkomendasikan menonton film ini.

Film ini diangkat dari sebuah novel berjudul Dokani yang ditulis oleh Kong Ji-Young dan diterbitkan pada tahun 2009. Konon, ceritanya terinspirasi dari sebuah insiden nyata yang menimpa anak-anak bisu tuli di sebuah sekolah berkebutuhan khusus di daerah Gwangju, Korea Selatan.

Di bagian awal film, kita mungkin akan dibuat sedikit bosan dengan alurnya yang terkesan lambat. Cerita dimulai dengan kedatangan Kang In-Ho ke sebuah kota kecil bernama Mujin sebagai guru seni di sekolah berkebutuhan khusus bernama Jae-Ae. Sekolah ini merupakan sekolah binaan pemerintah yang didirikan untuk memberikan pendidikan dan rumah kepada anak-anak bisu-tuli yang miskin maupun yatim piatu. Dalam perjalanan ke sekolah, Kang In-Ho bertemu dengan Yoo Jin, perempuan kasar namun penyayang yang bekerja di Mujin Human Rights Centre. Mereka dua inilah salah dua orang dewasa yang tidak bangsat yang dapat kita temukan dalam film ini. Jangan berharap ada kisah percintaan di antara mereka, karena itu sia-sia. Silahkan juga mengantuk karena gambarnya yang bernuansa abu-abu dimana-mana karena selanjutnya, begitu sampai pada adegan Kang In-Ho menemukan Yoo-Ri duduk menggantung di ambang jendela, mata yang tadinya mengantuk akan melek semelek-meleknya. Kita akan lupa pada rasa ngantuk yang tadinya mendera. Lalu selanjutnya, (kalau bukan istighfar dan masya allah) yang keluar dari mulut kita adalah sumpah serapah. Aku sendiri memilih yang kedua.

Film ini mengaduk emosi. Sungguh!

Bayangkan saja anak bisu tuli yang dipukuli sampai berdarah-darah bahkan di hadapan para guru. Anak perempuan manis yang kepalanya ditenggelamkan di mesin cuci lalu rambutnya diguntingi. Lalu Yoo-Ri si bisu-tuli-terbelakang mental yang selama bertahun-tahun diperkosa berkali-kali di atas meja lalu diikat dengan lem, tangannya.

Cuma binatang kan yang bisa-bisanya melakukan itu?

Sewaktu Yoo Jin meminta pertanggung jawaban ke Dinas Pendidikan dan Balai Kota, keduanya lepas tangan begitu saja. Pihak Balai Kota mengatakan peristiwa tersebut merupakan tanggung jawab Dinas Pendidikan karena terjadi di lingkungan sekolah, sementara Dinas Pendidikan menolak dengan alasan peristiwa tersebut terjadi seusai jam sekolah dan Sekolah Ja-Ae berada dibawah pengawasan Balai Kota. Kepolisian? Jangan diharap, mereka menolak menangkap. Masalah sebenarnya ialah karena para petinggi di sekolah Ja-Ae ini merupakan orang-orang kuat, pejabat di mata masyarakat, sosok yang bahkan sampai mendapatkan piagam gubernur karena dianggap berjasa. Sementara Yeon Doo, Yoo Ri dan Min Soo bukan siapa-siapa, cuma anak-anak bisu-tuli-terbelakang mental yang bahkan tidak punya orang
tua untuk melindungi mereka.

Ketika akhirnya kebenaran tragis ini berhasil diangkat ke pengadilan. Kita akan menemukan berbagai usaha penyuapan yang memuakkan. Bagaimana Kang In-Ho yang saat itu memang sedang kesulitan keuangan disuap dengan uang dan jaminan-jaminan kehidupan yang menyenangkan. Di sinilah dilema itu jelas-jelas terasa. Rumah Kang In-Ho di Seoul sudah dijual demi membayar tuntutan 50 juta won supaya ia bisa mengajar (aneh memang, orang mau ngajar malah disuruh bayar). Anak perempuannya, Sol-Yi yang masih kecil dan sakit-sakitan tinggal bersama ibunya yang cerewet ampun-ampunan sementara saat itu di Mujin, Kang In-Ho sudah tidak punya rumah dan pekerjaan sehingga dia terpaksa tinggal di kantor Yoo Jin.

Ada satu kutipan yang menjadi favoritku, ketika akhirnya ibu Kang In-Ho datang ke Mujin dan memaksanya kembali ke Seoul demi anaknya. Si ibu mempertanyakan keputusan Kang In yang lebih memilih anak-anak bisu tuli dibanding bersama Sol-Yi, anaknya sendiri. Saat itu, sambil menggandeng Yeon Doo, Yoo Ri dan Min Soo, dengan penuh kepedihan Kang In-Ho mengatakan, aku ada di sana saat peristiwa itu terjadi. Tapi aku tidak berdaya. Kalau sekarang aku berhenti di tengah jalan. Aku tidak tahu dapat menjadi ayah yang baik untuk Sol-Yi.

Damn!






Tuesday, July 26, 2011

in beastly



Having A Coke With You
Having a coke with you
is even more fun than going to San Sebastian,
Irún, Hendaye, Biarritz, Bayonne
or being sick to my stomach on the Travesera de Gracia in Barcelona
partly because in your orange shirt you look like a better happier St. Sebastian
partly because of my love for you
partly because of your love for yoghurt
partly because of the fluorescent orange tulips around the birches
partly because of the secrecy our smiles take on before people and statuary
it is hard to believe when I'm with you that there can be anything as still
as solemn as unpleasantly definitive as statuary when right in front of it

in the warm New York 4 o'clock light
we are drifting back and forth between each other like a tree breathing through its spectacles

and the portrait show seems to have no faces in it at all
just paint
you suddenly wonder why in the world anyone ever did them
I look at you
and I would rather look at you than all the potraits in the world
except possibly for the Polish Rider occasionally and anyway it's in the Frick
which thank heavens you haven't gone to yet so we can go together the first time
and the fact that you move so beautifully more or less takes care of Futurism
just as at home I never think of the Nude Descending a Staircase or
at a rehearsal a single drawing of Leonardo or Michelangelo that used to wow me
and what good does all the research of the Impressionists do them
when they never got the right person to stand near the tree when the sun sank
or for that matter Marino Marini when he didn't pick the rider as carefully
as the horse

it seems they were all cheated of some marvelous experience
which is not going to go wasted on me which is why I am telling you about it

Wednesday, June 08, 2011

Wedding Dress


Jang So-Ra merupakan sosok anak kecil tipikal mawar. Cantik menggemaskan namun berduri tajam. Tumbuh dengan hanya dibesarkan oleh seorang ibu yg sibuk bekerja membentuk So-Ra menjadi anak yg mandiri di usia dini, manja tapi dewasa sekaligus juga keras kepala dan tukang membantah.

Seo Go-Eun, ibunya sangat mirip dengan ibu Ji-Suk di Film A Long Visit yg kutonton tempo hari. Barangkali tipikal ibu-ibu korea memang seperti ini. Sangat penyayang dalam tingkatan yg keterlaluan terhadap putri mereka sehingga menyebabkan anak-anaknya tumbuh menyebalkan dan terkesan tidak sopan.

Di sekolahnya, So-Ra tidak memiliki teman, bahkan cenderung bermusuhan dengan seorang anak bernama Gina. Ketidak-akuran mereka berawal ketika Gina meminum tanpa izin air minum So-Ra.

So-Ra merupakan representasi sempurna dari orang-orang yang beranggapan bahwa berbagi sendok ketika makan, berbagi gelas serta mencampurkan makanan dalam satu piring merupakan hal yang jorok dan menjijikan. Langsung saja, ketika air minumnya diminum Gina, So-Ra merampas botol air minumnya dan menyebut Gina pengemis. Gina yang merasa terhina selanjutnya mengambil sikap memusuhi So-Ra.

Sementara itu, Go-Eun yang diam-diam ternyata menderita Kanker Lambung stadium awal mulai lebih banyak meluangkan waktu untuk So-Ra.Ia membelikan apapun yg So-Ra inginkan dan menghabiskan semalaman membuat kimbab untuk bekal piknik So-Ra. Sesuatu yg sejak dulu tidak pernah dilakukannya.

Suatu hari, Gina kembali mencari gara2 dengan So-Ra. Anak itu meminum separuh jatah jus pisang makan siang So-Ra kemudian menyuruh So-Ra menghabiskan sisanya. Tidak tahan dengan itu, So-Ra dengan berani mendatangi tempat duduk Gina dan menumpahkan separuh jus pisang yg Gina sisakan kedalam makanan Gina dan menyuruh anak itu menghabiskannya. Ini adegan yg paling kusuka sekaligus alasan kenapa mnyebut So-Ra bocah tipikal mawar, cerdas dan tahu cara membela diri. Atas kejadian ini, Go-Eun dipanggil ke sekolah.

Ibu Guru memberitahu Go-Eun bahwa S0-Ra tidak memiliki seorang pun teman. Anak itu selalu menyendiri. Selain itu, Go-Eun kemudian tahu bahwa selama ini So-Ra tidak pernah masuk kelas balet. Alasan So-Ra tidak lain karena disitu ada Gina. Mendengar ini, Go-Eun menyuruh So-Ra mengundang teman-temannya ke rumah mereka pada hari ulang tahunnya.

Pada hari ulang tahun So-Ra, tak seorang pun temannya menampakkan muka. Go-Eun kemudian berinisiatif mengajak So-Ra belajar bersepeda. Disana mereka bertengkar kemudian berbaikan. Ketika akhirnya So-Ra berhasil mengendarai sepedanya, Go-Eun yg berlari mengejar di belakang malah jatuh kelelahan. Sesampainya di rumah, So-Ra melihat ibunya meminum banyak obat dan terlihat begitu kesakitan.

So-Ra anak yang cerdas, ia tahu bahwa obat yg banyak, rumah sakit besar serta ibunya yg seringkali tampak meringis kesakitan merupakan bukti2 kuat yg menyatakan bahwa ibunya sakit parah. Kekeras-kepalaannya akhirnya berhasil membuat bibinya memvalidasi hal itu. So-Ra meminta kepada bibinya untuk jgn menyampaikan kepada ibunya bahwa dirinya sudah tahu. Sampai disini, segalanya sudah akan membuat kita terharu.

Paginya, So-Ra bangun dengan kesadaran bahwa segalanya tidak lagi bisa disikapi sama. Dirinya tidak boleh lg bersikap manja. Pagi itu, So-Ra menyisir rambutnya sendiri dan dengan ceria memilih pergi sekolah sendiri sementara ibunya muntah-muntah menahan sakit di kamar mandi.

So-Ra sering menangis diam2 karena tidak tahan melihat ibunya kesakitan, tapi So-Ra harus tetap berpura-pura ceria untuk meyakinkan ibunya bahwa dirinya baik-baik saja, agar ibunya tidak perlu mengkhawatirkan apa2.

Sampai suatu hari, penyakit ibunya tidak bisa lagi diajak berkompromi. Pada akhirnya, Go-Eun kembali jatuh dan benar-benar harus diopname.

Selama ini So-Ra memang anak mandiri yg selalu mampu mengerjakan semuanya sendiri, tapi bagaimanapun Go-Eun sadar, tidak ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar mampu hidup sendirian. Disamping hidup sendiri itu juga menyedihkan. Jadi, ketika So-Ra bertanya tentang hal yg paling diinginkannya, Go-Eun bilang bahwa ia sangat ingin melihat So-Ra bermain dgn teman2nya dan menari balet. Sejak saat itu, hidup So-Ra hanya berputar pada satu arah; permintaan ibunya.

Film ini benar-benar membuatku kehilangan kontrol menahan isakan ketika menontonnya di kali pertama. Melihat anak sekecil So-Ra dan mengingat sebelagu apa ia dulu tiba-tiba menjadi sosok yg mampu mengorbankan sesuatu. Dan akting Kim Hyang Gi, pemeran So-Ra dalam film ini, benar2 menjadi sepotong pisau kecil yg menggoras-gores hati penontonnya. Membuat retakan-retakan kasat mata kemudian meremukkannya sempurna. Tepat di titik akhirnya.

Film ini membuatku teringat lagi pada pikiran yg tiba2 melintas di atas sebuah bis malam.
tidak ada duka bagi orang yang meninggal. yang luka itu mereka yg ditinggalkan.

Ahs! kenapa orang Korea jago sekali bikin film beginian!

Tuesday, June 07, 2011

that's what Beth's Dad said

Sayang, Kau tidak bisa belajar dari kesalahanku.
Kau harus keluar dan membuat kesalahanmu sendiri.
Mungkin Kau akan patah hati, atau
menjalani kisah cinta terhebat di dunia.

tapi Kau takkan tau tanpa mencoba.

*from when in rome

Sunday, April 24, 2011

A Long Visit

seorang ibu tahu segalanya. seorang ibu tahu kalau anaknya sedih. jika anak sedih, hati ibu juga merasa.
seorang ibu, tahu segalanya...

rasanya lucu sekaligus terharu melihat seorang ibu dengan anak perempuannya yang sama-sama keras kepala terlibat pertengkaran dan saling tidak mau kalah. bagaimana saling berteriak menjadi cara mereka saling mengungkapkan cinta. namun pada akhirnya, seorang ibu pasti selalu mengalah, melepaskan egonya. tidak lantas berhenti memanggil anaknya untuk turun makan meski hatinya sedang kesal. tidak lantas berhenti membuatkan makanan meski terkadang tidak jarang anak-anaknya merengek-rengek minta makan di luar.

Bisa jadi, Ji-Suk merupakan anak perempuan paling beruntung. Ibunya begitu bangga dan mengasihinya, selalu berkata dengan lembut dan kelihatan penuh cinta. bahkan pun ketika mereka sedang bertengkar, ibunya akan segera sadar kemudian membujuk anak perempuan kebanggaannya itu dengan penuh kelembutan.
Ibu Ji-Suk sendiri merupakan representasi dari perempuan desa pada umumnya. sederhana, kikuk dan mak irit sekali. tongue melihat Ibu Ji-suk tak ubahnya seperti melihat kakak Ayah saya yang tinggal di sebelah rumah, sangat perhatian meskipun sering repot dengan hal-hal remeh temeh yang di mata lelaki seringkali dianggap mengganggu sekali. tipikal perempuan yang akan membawa banyak sekali barang ketika berpergian dan membuat orang-orang merasa sesak nafas demi melihat betapa repotnya dia.

sewaktu Ji-Suk harus ke Seoul untuk melanjutkan kuliah, ibunya membekalinya dengan banyak barang bawaan. diantaranya manisan buah kaleng kesukaan Ji-Suk yang sebenarnya dapat dibeli di tempat tujuan. Tapi begitulah Ibu Ji-Suk, tidak akan rela melihat anaknya repot meski hanya untuk membeli buah kaleng kesukaan untuk dirinya sendiri. Tidak mengapa dirinya repot asal anaknya bisa hidup tenang sejahtera. dan di salah satu tas diantara 2 tas dan 1 koper itu, ibunya menitipkan surat.

hati saya sudah gerimis sampai disini. menyaksikan Ji-Suk yang seringkali mengeluh malu ketika menemani ibunya ke pasar dan gontok-gontokkan hanya untuk memperjuangkan 10 sen lebih murah harga tauge menangis memeluk kertas dan kemudian menemukan di dalam tas itu tersimpan ratusan 10 sen yang diperjuangkan ibunya untuk Ji-Suk. 10 sen yang seringkali Ji-Suk herankan, "apa gunanya menawar sekuat itu hanya untuk 10 sen saja?"

dan semenjak itu, Ji-Suk selalu tahu, bahwa betapapun aneh ibunya, perempuan itu selalu berjuang untuknya.
"kapanpun aku sedang susah ibu akan selalu menghiburku. jika aku menangis, ibu akan menangis lebih dariku. saat aku sedang sedih hatinya juga pasti ikut sedih. Itulah seorang ibu." -JiSuk-
dan benar. Itulah seorang ibu.

buku yang saat ini ingin saya baca, buku petir-nya dee, dengan alasan penasaran baru selesai membaca akar. ;p
"Diikutkan dalam Kita Berbagi yang di selenggarakan Cyber Dreamer" (http://cyberdreambox.blogspot.com/2011/04/kita-berbagi.html)

Friday, November 19, 2010

babies



film ini hasil dari ngerampok profesor irfan beberapa minggu yang lalu. semacam film dokumenter yang mendokumentasikan aktifitas 4 bayi yang enggak saling kenal satu sama lain. Ponijao, Mari, Bayar dan Hattie, dari mulai lahir sampai udah mulai bisa jalan. yah, disini aku lihat gimana lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
ponijao yang tinggal di pedalaman namibia sana, harus puas dengan masa kecil bertelanjang ria bermain tanah dan berebut perhatian dengan saudara-saudaranya yang banyaknya bikin guling-guling takjup itu. barangkali ini, yang bikin ponijao jadi bayi paling toleran di mataku. bayangkan, di saat dia baru belajar merangkak, dia udah punya sodara berbelas-belas yang selisihnya enggak terpaut jauh.

kalau bayar lain lagi, di mataku dia sabar dan dewasa.
bayar punya kakak laki-laki yang menurutku sungguh kekanakkan dan agak kejam.
kejam? sebenarnya ini kata yang muncul akibat ibu mereka yang terlalu sibuk dan agak pemarah.
kakaknya bayar ini, yang aku enggak tau namanya ini, cuma kurang perhatian aja.
mungkin ini yang bikin dia punya pikiran untuk ngiket leher kucing pake tali terus diseret-seret keliling rumah, yang juga bikin dia naroh bayar di kereta bayi untuk diletakkin di luar rumah dekat kandang hewan ternak mereka, serta beragam kejahatan-kejahatan lain yang bikin dia kelihatan kayak psikopat kecil.
bagi kakaknya bayar, barangkali menyiksa sesuatu yang hidup itu merupakan hal yang menyenangkan. kasihan!

yang paling seneng itu kayaknya mari, dia lahir sebagai anak pertama dari pasangan jepang yang masih muda. bener-bener disayang banget kayaknya. diikutin klub bayi itu ini, di les-in senam bayi, dan ayahnya, dari sejak mari bayi udah ngenalin mari teknologi.
yahaa.. lucu sekaligus miris juga liatnya. disaat si ponijao menghabiskan waktu senggangnya dengan menggigiti tulang berlumur tanah, bermain dengan gigi anjing dan memerhatikan lalat, mari di jepang udah megang laptop, CD, hp dan dikenalkan macam-macam hewan di kebun binatang.

jadi, kalau mau cari ikon bayi bahagia yang kayaknya enggak pernah susah ya si mari.
beda sama hattie yang kayaknya sering kesepian. dia lahir sebagai anak satu-satunya dari orangtua yang udah agak tua. sewaktu lahir, hattie juga kayaknya enggak terlalu sehat.
kenapa kubilang hattie kesepian?
hehe.. cuma perasaanku aja sih. soalnya ini film tanpa dialog yang enggak ada alurnya yang mesti diartiin sendiri sama penontonnya. mungkin kalian bisa dapet kesan yang sama kalau nonton filmnya.

yang jelas, semua bayi itu tumbuh dengan unik dan punya karakteristik sendiri-sendiri. dengan semua kekurangan dan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan ke mereka. hattie dengan kekurangannya itu ternyata bisa bicara (yah, paling nggak mengucapkan kata yang ada artinya) serta berjalan lebih cepat dari yang lain. dan bayar, yang kelihatan paling miserable karena kakak laki-laki nya yang agak psikopat aku yakin kelak dia akan jadi bayi paling tangguh, setidaknya diantara mereka berempat.

kadang aku merasa, dalam beberapa hal anak bayi itu bisa lebih dewasa dari orang dewasa sendiri.
ahh, aku jadi rindu sepatu bulu dan dress renda itu..


selesai ditulis pukul 13:31 kamar 14 mahendra bayu
setelah dipending pagi tadi karena harus berangkat kuliah
big grinbig grinbig grin

Sunday, February 15, 2009

buat om kab sama umi rin.

mengingat banyaknya request dari beberapa pengunjung mengenai review film Persepolis yang masuk ke redaksi saya (ghayak..!!!), akhirnya saya putuskan untuk membuat reviewnya. yah, sekalian belajar ngereview.

***
persepolis bercerita tentang masa kecil Marajane Setrapi (marji), pasca keruntuhan syah Iran dan mulai bergeloranya revolusi republik Islam Iran.



Marji kecil tumbuh sebagai gadis yang selalu ingin tau dan memiliki daya imajinasi tinggi.





sama seperti gadis remaja seusianya saat itu, Marji tidak terlalu suka dengan aturan syariah islam yang berlaku di negrinya pasca revolusi.


selain itu marji juga sangat kritis. hal inilah yang menyebabkan orangtuanya akhirnya mengirimkannya ke Vienna untuk ngungsi sementara. di Vienna, Marji merasa sangat berbeda dan tak nyaman. Dia memang terbebas dari aturan wajib tutup aurat seperti yang berlaku di tanah airnya. Namun di Vienna banyak orang meremehkannya hanya karena dia seorang Iran.

Setelah beberapa waktu, akhirnya Marji mulai terbiasa. Pertemuannya dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta mulai membuat segalanya berbeda. Marji bahkan rela memberikan segalanya demi pria tersebut. Namun, suatu kali Marji menemukan kekasihnya tidur dengan wanita lain.

Disini, dia sangat terpukul. seluruh hidupnya kacau. Tanpa uang Marji pun mulai hidup menggelandang di jalanan. Sampai akhirnya dia ditemukan pingsan dan diagnosis menderita bronkitis. di rumah sakit itu Marji menumpang menelpon keluarganya di Iran dan menyatakan ingin pulang.

orangtuanya pun setuju dan pulanglah ia.
sesampainya di Iran, Marji menjadi sosok yang berbeda.
dia bukanlah Marji yang sama dengan Marji yang dahulu pergi ke Vienna. semua orang menyadari itu. Patah hatinya membuat dia kehilangan semangat hidup.

sampai di suatu ketika, Marji sadar bahwa dia tidak bisa hidup berlarut dalam dukanya.
maka marji memutuskan untuk melanjutkan hidup. Dia masuk universitas dan bergaul dengan teman2. Dikampus, Marji bertemu seorang pria yang menarik hatinya, Reza.
mereka pun membina hubungan (di indonesia dikenal dengan istilah pacaran) dan kemudian memutuskan menikah setelah tertangkap basah berpegangan tangan di dalam mobil padahal mereka belum kawin.

setelah beberapa lama kawin, eh, maksudnya menikah. Marji mulai merasa tidak lagi mencintai suaminya. Akhirnya diapun memutuskan untuk bercerai.

sampai disini saya agak lupa kelanjutannya, kayaknya sih filmnya udah sampai sini aja.
hehe..maap yah kalo reviewnya kurang memuaskan.
maklum, namanya juga masi belajar. (hehe.. belajar ngeles juga.)

Sunday, January 11, 2009

kura-kura bisa terbang

Aku baru aja n0nt0n film "turtles can fly" di metro tv.
Meskipun aku ga terlalu ngerti jalan ceritanya dan ga paham apa hubungan antara judul dan keseluruhan cerita, tapi aku pikir film ini bener2 luar biasa mengesankan dan mengharukan.

Walaupun aga sedikit aneh memang.
Tapi paling ga dari film ini aku dapat pencerahan untuk lebih mensyukuri hidup. Lewat film ini aku liat gimana usaha2 anak2 korban perang untuk bisa bertahan. Di film ini aku liat pemberani2 cilik yang harus menjalani kehidupan mereka yg berat. Bagaimana setiap hari mereka harus mempertaruhkan nyawa, mengumpulkan ranjau2 di ladang orang.

Di film ini aku bisa liat orang2 menjalani kehidupan mereka yang berat diantara pilihan2 yg juga berat.

Aku lantas berpikir betapa sulit ketika setiap pagi kita dihadapkan pada pilihan untuk tetap hidup atau mati mengakhiri derita.

Dan puncaknya adalah ketika aku merasa kembali tertampar. Terpikir bhwa mungkin saja akan ada anak2 lain yg bermasadepan sama seperti Heng0v, Satelite, Agrin, Pashow dan Shirq0oh di dunia ini.

Disinilah, untuk beberapa saat, dengan cara yang tak mampu aku jelaskan, tiba2 saja aku merasa muak pada dunia..
UA-111698304-1