Showing posts with label entah. Show all posts
Showing posts with label entah. Show all posts

Saturday, August 31, 2013

pada gerimis.

Ini cuma gerimis. Padahal cuma gerimis. Tapi gerimis tengah malam ini seperti membawa kesedihan saya pelan-pelan luruh ke tanah. Membuat bertumpuk-tumpuk rindu yang saya pendam selama ini rekah. Kepada kamu. Bunyinya rintik-rintik.

...

Thursday, April 04, 2013

Abaikan. Ini cuma ceracauan.

Kamu pernah nggak, Bi, ngerasa exhausting padahal enggak abis ngapa-ngapain.

Aku enggak ngerti Bi, sekarang ini rasanya campur-aduk. Ngeliat Halimah yang hari ini kacau. Kamu tau rasanya harus nenangin orang padahal hati kamu sendiri lagi nggak tenang. Belum lagi bingung gimana harus ngejelasin ke Amel dan yang lainnya. Patah hati, Bi. Aku masih aja heran gimana hati bisa patah berkali-kali tapi enggak mati-mati. Mungkin kayak yang mbak Vira bilang, hati itu kuat, jangan pernah diremehin.

Sebenernya waktu di Plaza lantai 2 itu aku udah pengen nangis. Dari awal dateng juga sebenernya aku udah pengen nangis. Tapi kan nggak mungkin. Gimana caranya aku mau nguatin Halimah kalau akunya sendiri malah keliatan lemah. Jadi ya gitu. Aku sendiri tau kalo Amel sebenernya udah nahan-nahan emosinya waktu duduk di kursi biru itu. Dan aku cuma bisa duduk bisu di sebelah dia. Totally, enggak punya kata-kata. Cuma bisa berdoa aja semoga Tuhan ngejagain hati dia biar nggak meledeak kayak Street Perform kemaren.

Entah kenapa untuk bisa bener-bener senyum hari ini berat, Bi. Aku cuma bisa berusaha untuk pura-pura. Cuma, dan itu pun berusaha. Baru tau kebanting itu kayak gini toh rasanya.

Satu-satunya obat yang aku punya cuma rasa percaya, Allah itu nggak mungkin mensia-siakan kita kan, Bi. Jadi itu yang aku tekanin ke Halimah. Aku nggak tega ngeliat dia sebegitu itunya ngerasa bersalah. Ngeliat dia kayak gitu itu nusuk aku seribu kali karena aku ngerasa enggak ngelakuin apa-apa. Ah. Patah hati, Bi. Sayang sama orang itu ternyata bisa aneh kayak gini ya. Bisa lipatan kali lebih seneng saat orang yang disayang seneng, tapi juga bisa lipatan kali kepingin mati liat yang disayang sedih.

Terus juga Amel. Aku tau banget Bi apa yang dia pikirin. Aku tau gusar macam apa yang dia rasain. Tapi kenapa aku nggak punya kata-kata buat nenangin dia? Nggak tau, aku ngerasa lemah aja. Nggak bisa ngelakuin apa-apa. Sampe akhirnya dia enggak sengaja ngebentak aku sebelum pulang, di deket tangga.  Iya, enggak sengaja. Aku tau Amel pasti enggak sengaja. Rasanya mungkin kayak cowok yang tiba-tiba aku cabutin bulu kakinya. Ngagetin, sakit, harusnya sih aku bisa bereaksi sama kayak cowok-cowok itu, bilang aw kenceng terus nempeleng orang iseng yang nyabutin bulu kaki itu. Tapi aku waktu itu cuma mampu bereaksi "mmm, yauda" dan tampangku pasti bego banget karena Ica sampe bengong ngeliatinnya. Waktu aku enggak sengaja bersitatap sama dia.

Jadi ketika akhirnya Halimah balik lagi ke lantai 2 dengan mata basah. Aku tau sms "mba dimana?" yang baru kubalas itu bukan sms baru nyampe kayak yang aku pikir tadinya. Halimah nyariin aku karena dia butuh bahu, sama kayak alasanku mention zahra di twitter sebelum aku balas sms dia. Allah tahu banget Bi gimana tabiatku. Dia tahu gimanapun juga aku nggak bakal bisa nangis kalo bahu itu enggak ada, jadi dia ngirimin Halimah. 

Jadi ternyata sedih itu ngabisin banyak energi, Bi. Nggak heran orang yang kelamaan sedih bisa sampe mati.

Tuesday, April 02, 2013

No Idea

Kamu nggak tau kan? Ah kamu pasti nggak tau.

Hati aku tuh kayak kertas. Kebeset dikit aja bisa langsung bekas.

:')



Monday, April 01, 2013

Fingers. Like Yours.

Ini Yeobo

Memeluk Yeobo jelas-jelas lebih menyenangkan daripada memeluk bantal. Rasanya hangat dan kedua tangannya besar untuk bisa membalas pelukan. Tapi Yeobo tidak punya jari-jari, tangannya yang hangat dan besar tidak punya kemampuan mengusir gusar. Doesn't like yours.
Cause the spaces between my fingers are right when yours fit perfectly.
Kemudian rasanya seperti ditarik ke belakang oleh kenangan. Ada aku di situ, meringkuk di dalam kegelapan sehabis pulang dengan sela jemari tangan yang seperti terbakar.
Benar, memang cuma di dalam kenangan, apa-apa yang sudah berakhir itu dapat hidup kekal.

***
Tulisan dua puluh empat desember. Entah kenapa hari ini aku merasa bebas dan berani, jadi hari ini aku membuka draft-draft lama yang tersimpan berbulan-bulan itu lantas mengeposkan beberapa di antaranya. Ada proses yang panjang antara saat kita merasa pecah sampai menjadi baik-baik saja. Saat menulis ini, aku pasti sedang merindu setengah mati. Aku ingat dulu-dulu sering datang ke kamar Zahra untuk memeluk Yeobo erat-erat. Berharap kerinduan memang benar bisa diserap.

Tapi sekarang tinggal tertawa-tawa saja. Teringat  ceracauan dengan layar  yang pernah aku postkan. Cuma soal waktu, apapun itu, cuma soal waktu. :D

Monday, February 04, 2013

Tidak apa.

Tuhan mungkin memang begitu romantisnya. Dia mengarahkan kamu yang ingin mencapai suatu tujuan tapi dengan cara berputar-putar. Sampai kamu kelelahan. Dan hal-hal selalu berubah di tengah jalan. Banyak yang terjadi hingga berbagai macam hal menjadi tidak sama lagi. It's because something made you think differently. Dia membolak-balikan keadaan seperti cuaca. Semudah itu saja, dari biasa ke cerah, lalu mendung tiba-tiba. Tidak apa, karena bisa saja nanti cuaca menjadi cerah lagi atau mungkin muncul pelangi. 

Atau ada hal-hal yang tadinya dapat kamu kerjakan dengan mudah, lalu menjadi luar biasa beratnya. Hal-hal yang tadinya biasa, jadi punya efek yang tidak sama. Tidak apa. Dari situ toh kamu jadi banyak belajar.

Kemudian ada juga hal-hal yang seperti ini. Sesuatu yang berkemampuan membuat hati kamu nyeri dan  patah hati berkali-kali. Tidak apa. Lama-lama juga akan terbiasa. Kalau memang tidak kuat ya tinggal pergi tidur saja, karena begitu bangun biasanya kamu sudah akan lupa.



Juga karena sudah pernah kubilang bahwa kadang-kadang hidup itu kurang ajar. Jadi ditertawakan saja, toh kamu tidak bakal hidup selamanya 

Cinta di dalam Kantong

Kamu punya bertumpuk-tumpuk cinta di dalam kantong, tapi kamu juga punya terlalu banyak orang untuk kamu bagi-bagi. Tidak apa. Yang penting sisakan secukupnya untuk dirimu sendiri.

Thursday, January 24, 2013

The Price


Selalu ada harga yang harus dibayar untuk segala sesuatu kan?

Tinggal 9 menit sebelum jam 12 tapi saya nggak bisa tidur. Badan saya lemas dan panas begitu selesai mandi tadi, efek biasa setiap kali habis berenang dan beberapa kali menelan air kolam. Memang selalu ada harga yang harus dibayar untuk segala sesuatunya, kan?  Badan yang panas setelah berenang, tenggorokan yang meradang sehabis makan es krim. Selalu ada efek yang mesti ditanggung. Hanya saja segala hal-hal berefek sakit itu akan tetap dilakukan selama dianggap worthed.

Semestinya sama juga dengan jatuh cinta kan? Betapapun juga sakitnya  adalah kepastian, bukankah setidaknya selalu ada hal-hal yang membahagiakan.

Jadi saya kan tidak seharusnya menerus lari.

Ah, saya juga tidak tahu buat apa saya menulis ini. Mungkin saya sedikit khawatir juga dengan diri saya sendiri. Mendapati saya yang mengambil spasi. Sebegitu takutnya kah saya untuk jatuh? Atau ini cuma akibat merasa sepakat pada keyakinan Cath dalam Bookends, yang terlampau penuh? Bahwa di dalam jatuh cinta, rasa bahagia dan sakitnya seringkali tidak sepadan.

Atau barangkali saya memang merasa tidak aman.

Tapi mungkin boleh-boleh saja mengambil spasi. Karena bukankah dalam segala sesuatunya, yang patut diperhitungkan pertama kali adalah hati kita?




Thursday, January 17, 2013

TAWAR

Saya cuma kepingin tidur begitu pulang. Tanpa amarah, tanpa rasa, cuma tawar saja. Saya tidak menertawakan kebodohan sebagaimana kemungkinan yang paling biasa saya lakukan, tidak pula merasakan penyesalan yang sudah jelas-jelas tidak berguna. Tidak membodoh-bodohkan diri saya sendiri, apalagi melakukan pelarian lewat eskrim dan kopi. Saya cuma mau tidur.

Kadang-kadang sesuatu yang negatif memang perlu ditumpahkan, butuh dikeluarkan, agar tidak mengendap sampai busuk lalu menginfeksi bagian-bagian lainnya. Supaya tidak menyebar. Tapi ada situasi saat kita pada akhirnya cuma bisa diam. Dan segala apa yang bisa kita rasakan cuma tawar. Entah mungkin karena sudah terlalu terbiasa.

Saya mungkin sudah mati rasa.

-

Wednesday, January 02, 2013

satu bulan kemudian,

Uwooow, jadi ini sudah 2013. Sudah berapa lama nggak update blog Mel? Ternyata 1 bulan!
Belakangan menulis di blog menjadi tidak terlalu nyaman. Menulis di laptop juga sama tidak nyamannya, bahkan meskipun itu ditulis dalam microsoft word dan disembunyikan dalam file-file rahasia. Tapi karena selalu ada kata-kata yang siap meledak apabila tidak dimuntahkan, akhirnya aku menulis di kertas banyak-banyak. Menulis dengan tangan dan sangat acak.

Ada alasan kenapa menulis di blog menjadi tidak lagi membuat nyaman. Barangkali semacam trauma. Yasudahlah. Dijelaskan di sini juga entah akan jadi apa efeknya. Yang jelas tiba-tiba rasanya mulai sedikit jengah dengan orang-orang yang mengintip-kutip perasaan dan pikiran yang kumuntahkan di kantong plastik ini. Apalagi selanjutnya mereka berlagak mengerti dan paham. Menyenangkan kalau memang iya, tapi fakta bahwa ternyata mereka tidak, itu membuat pecah. Yasudah, setidak-tidaknya kan kamu belajar, Mel. Untuk tidak membiarkan siapa pun masuk sebanyak apapun mereka mengetuk, selama apapun mereka berdiri di depan pintu. Lalu banyak-banyak lah mengucapkan YASUDAH. Memang begitu cara kerjanya.

Yasudah.

Yak, dan tulisan ini sudah menjadi begitu acak.

Maka, setelah ini banyak-banyak menulis catatan perjalanannya saja. Betapapun susahnya itu tapi masih lebih baik daripada menulisi penyakit yang malah semakin membuat lemah.
Lalu resolusi apa yang ingin dicapai tahun ini? Aku masih belum membuat listnya, tapi yang jelas salah satunya adalah Belgia.

Yang jelas, Selamat 2013. Semoga tahun ini menyenangkan dan tidak kejam.
Salam.

hari ke-2 di januari.
pada saat hari masih pagi.

Sunday, October 28, 2012

semacam testing copper in my mouth

Apa rasanya mengunyah tembaga di dalam mulut? Saya belum pernah coba tapi rasanya pasti nggak enak. Mana mungkin enak. Barangkali rasanya sama seperti membenci kamu yang seperti ini. Yang lebam biru. Yang murung dan kelabu. Yang tidak menyenangkan. Yang lemah dan pesakitan.

Karena membenci seseorang mungkin tidak enak tapi membenci diri sendiri pasti lebih tidak enak. Mengabaikan atau membuang orang lain itu masuk akal, meskipun juga tidak bisa dibilang gampang.
Tapi seberapa pun bencinya kamu, seberapa pun muaknya, kamu tidak mungkin bisa mengabaikan atau pun membuang diri kamu kan? apalagi membunuhnya.

the boy who trapped the sun



Lagu ini menyedihkan. Seperti kamu.
Karena kamu adalah anak perempuan yang terjebak pada malam.

Tapi apa sebegitu masokisnya kah kamu sampai-sampai begitu kecanduan pada udara menggigit tulang? Pada berkeliaran dibawah langit merah menikmati kesepian.
Saking begitu sakit jiwanya.

-setelah 3 malam berturut-turut melakukan ritual lama yang dimulai saat semester 3
dasar pesakit jiwa nggak sembuh-sembuh  :/ *grumbling

Friday, October 12, 2012

Banana Split dan Paperline Kuning


Rasanya udah lama nggak nulis kesurupan macam tadi. Duduk di pojokan sambil masang tampang enggak peduli sama pikiran orang-orang yang terbaca dari cara mereka menatap heran. Ada anak perempuan duduk sendirian di pojokan, kasian.

Ahah, peduli apa? Kadang-kadang orang butuh juga sendirian kan?
Terakhir kali tempat nulis favoritku adalah gubuk kayu di pinggir lapangan hijau belakang balai desa di tempat KKN. Juga di gubuk bambu tepi sawah yang juga berada di tempat KKN. Tapi di jogja ini mencari tempat macam begitu bukan main susahnya. Jadilah, aku menepi di sebuah kedai kopi pinggir jalan kaliurang saja. Menulis membabi-buta.

Friday, June 29, 2012

rindu


Hai, Kak :)

Jadi ini sudah pukul 2 lewat 18 di dini pagi. Tapi saya masih belum mau tidur, belum juga sanggup untuk tidur. Rindu ini terlalu menusuk, Kak. Saya rindu Kakak.

Sudah berbulan-bulan kan?
Kakak apa kabar?
Hari ini ada banyak kangen yang dilayangkan pada saya, Kak. Seorang teman bahkan menelpon saya dua kali karena kangen hari ini. Saya iri pada orang-orang yang bisa merindukan dan menyampaikan rindu itu pada yang dirindukan. Saya pikir, tidak semua orang bisa seberuntung itu. Tidak semua orang bisa seberuntung mereka.

Lalu saya membacai lagi catatan-catatan rindu saya. Ternyata ada banyak, Kak. Dan tiba-tiba saja saya sadar bahwa selama ini saya selalu menahan rindu itu di dalam. Selama ini seperti itu. Iya, selalu seperti itu. Saya jadi tau betapa menyedihkannya saya dalam merindukan. Selama ini saya cuma mampu membuat catatan. Dan bahkan, ketika rindu itu akhirnya sampai pada titik yang paling parah seperti sekarang, saya belum juga punya kemampuan menyampaikan. Saya malah menulis surat. Surat ini, Kak, yang mungkin tidak akan pernah sampai pada Kakak.

Si Zahra tetangga saya itu pernah bilang bahwa seseorang bisa sakit saking merindukan. Saya hampir-hampir tidak percaya. Katanya juga, rindu itu melumpuhkan. Saat itu saya cuma menganggukan kepala, saat itu saya sedang lupa Kak, karena saking sudah lamanya. Tapi sekarang saya ingat, bahwa dulu saya juga sering lumpuh merindukan Kakak.

gambar yang sudah saya pakai berulangkali.
kuranglebih wajah saya tiap kali merindukan itu seperti ini: lumpuh di kasur sambil menimang-nimang hape.
saya jelas-jelas tidak punya keberanian menyampaikan kerinduan, jadi saya cuma diam sambil menunggu nama kakak muncul di layar.

Kita tidak dapat bertahan pada bertahan yang salah, sementara kita juga belum mampu melanjutan, maka saya simpulkan bahwa yang paling mungkin adalah sudah. Saya berusaha menerima itu meski kadang masih berpikir bahwa sudah itu tidak sama dengan berakhir. Tidak sama dengan usai. Tidak sama dengan selesai. Yang ada adalah saya yang berharap sudah itu spasi. Berharapa ada lanjutannya suatu saat nanti.
 Tapi lama-lama yang tersisa adalah saya yang berusaha menerima, dan tidak lagi berpikir apa-apa. Sama sekali. Benar, sama sekali. Dan tidak berpikir sama sekali berarti menyapu bersih. Tidak menulis. Tidak mengenang. Tidak membaca ulang. Tidak berharap. Tidak bermimpi. Tidak menyisipkan Kakak sama sekali. Then, is it works?

Of course!

Sampai kemudian rindu yang saya pendam berbulan-bulan itu muncul lagi, saya tahan hingga berhari-hari kemudian, setidaknya sampai pagi tadi, tapi malam ini ia pecah dalam bentuk ketidakberdayaan, dalam bentuk tangisan di hadapan Alifa. Tidak lama. Saya memang tidak perlu menjadi lemah terlalu lama. Seharusnya saya memang tidak perlu memutar ulang dialog-dialog masa lalu itu: sesi curhat dengan seorang tetangga yang mengandung banyak sekali nama kakak di sana. Seharusnya dari awal saya tidak membacai lagi catatan-catatan rindu itu, tidak iseng memutar lagu-lagu yang menjadi soundtrack setiap kali saya rindu, tidak kepo membuka timeline kakak dan mengutipi seberapa jauh waktu dan peristiwa merentang kata kita menjadi sekedar Kakak dan Saya. Seharusnya saya bisa menahan diri. Seharusnya saya masih bisa memegang kendali.

Tapi Kak, apa lagi yang memangnya bisa saya lakukan ketika rindu itu bahkan sudah sampai pada kerinduan merindukan?


Lucunya, saya bahkan tidak pernah tau apa sebelum ini "kita" itu sungguh-sungguh nyata atau ternyata selama ini cuma kesimpulan saya saja. "Kita" memang tidak pernah punya ketegasan, yang ada hanyalah sesederhana saya yang cuma memercayai apa yang saya rasa ada. Dan sama seperti ketidakmampuan saya dalam menyatakan, saya juga tidak punya kemampuan mempertanyakan.
Lantas, apa lagi yang bisa saya lakukan ketika rindu itu bahkan sudah sampai pada kerinduan merindukan?
pada pagi yang terlalu dini,
semoga Kakak di sana baik-baik saja dan bahagia
 ahiya Kak, sekarang saya mengetik di atas meja :)

Monday, May 07, 2012

Lampu & Kamu

from random search via uncle google

Menemukan alasan kenapa aku menyukai lampu-lampu seperti menemukan alasan kenapa aku menyukai kamu. Atau mungkin tinggal di balik. Ada banyak pilihan pernyataan yang mungkin dapat dijadikan alasan, tapi toh aku jelas-jelas tahu bahwa alasan-alasan itu memiliki lubang, pernyataan yang memiliki celah untuk dicecar, untuk dipertanyakan.

Tentang kamu yang baik.
Ah, di dunia ini jelas-jelas ada banyak orang baik, yang lebih baik dari kamu pun juga ada, yang manis melebihi cokelat, yang seperti dinding, hangat seperti selimut, nyaman serupa rumah. Dan bukankah sudah pernah kubilang bahwa kamu bukan tempat yang nyaman, kamu itu pusat debar, kemilau yang membikin silau. Membutakan. Maka, ini dia lubangnya.

Sama seperti alasan indah untuk bintang dan lampu-lampu itu.
Ada banyak hal indah berserak di atas bumi.
Ada banyak yang lebih rupawan dibanding kamu.
Apalagi?

Kamu mempesona? Sebegitu menariknya?
Baiklah, tapi ini subjektif kan? Tidak rasional. Mana bisa dijadikan alasan.

Maka, selanjutnya aku memilih menjelaskannya dengan cara yang dipakai kak ninda saja. Bagaimana kalau alasan dari semuanya hanya sesimple aku yang jatuh cinta, dan ya, lalu jatuhnya ke kamu.
Iya, sesederhana itu. Sama halnya dengan aku yang begitu menggemari lampu-lampu: bintang-bintang yang berserakan di atas bumi.

Atau mungkin, alasannya hanya tepat mati sama seperti bintang dan lampu-lampu yang aku gemari:
karena kamu berkilau,

dan tidak terjangkau.

malam ini hujan dan aku menontoni lampu-lampu rumah dari lantai 5 gedung pascasarjana
menurutku, lampu dan hujan itu berpasangan
jadi bagaimana kalau kamu jadi lampunya dan aku hujannya?*kedip2 menjijikan

Tuesday, March 27, 2012

Trims :)

Seberapa banyak sebenarnya ungkapan terima kasih bisa dituliskan?
atau diucapkan?
Dan kebaikan itu, sebenarnya seberapa luas?
Sesakti apa sampai-sampai bisa dengan begitu saja membuat sepotong hati jadi hangat?

Intinya adalah, aku masih belum merasa cukup berterima kasih pada orang-orang yang entah bagaimana caranya tidak pernah merasa berat menyediakan kebaikan-kebaikan itu. Kebaikan-kebaikan yang membuat hati hangat itu.

Jadi terima kasih ya,
untuk Zahra dan Yusan. Terima kasih untuk 5 hari yang seperti mimpi kemarin. Untuk saling menjaga hingga merayu dan mengancam dengan berbagai cara hanya supaya aku bersedia diobati lukanya.
untuk Bang Hilmy. Terima kasih sudah sabar menungguku lama hanya untuk dua keping dvd. Untuk jus yang mencair. Untuk 2 butir telur rebus. Untuk mendoan yang terlanjur dingin. Untuk saling menatap yang cuma sekejap.
lalu untuk Angga. Terima kasih untuk es krim yang tidak terduga.

Terima Kasih.
Selamat dini hari :D

Saturday, March 17, 2012

ceracau setengah 2


memangnya kenapa kalo ke wakatobi puasa-puasa? trip sumatera kemaren luntang lantung 9hari sambil puasa aja bisa. abis KKN jadi bistrip kendari-manado ya, mel?

berarti memang mesti pake carrier, biar nggak mampus geret2. biar pun koper memang lebih efektif buat disulap jadi lemari darurat, tapi daripada repot bistripnya.  kalo memang jadinya kebanyakan barang ya mau nggak mau manfaatin teknologi pos indonesia, nanti dipaketin langsung ke manado aja.

berarti juga bawa laptop, mel. kan berat. jadi baju-bajunya dikurangin aja nanti ya, dipaket dari mana kek. pokoknya jgn sampe 10 kilo kayak waktu trip sumatera kemaren lah, kan nggak ada kuli yang bisa ngebantuin ngangkut ngegantiin kak adhi sama bang hilmy. biam aja udah hampir 3 kilo, berarti isi carriermu yang lain maksimal 3 kilo. Tapi nanti ke mawasangkanya, kalo pake carrier, biam ditaroh di mana ya? hehe..

palingan bawa kotak mel, isinya baju2 buat KKN 6minggu, sama buku2, sama tas buat kemana-mana nanti di mawasangka, biam ya ditaroh di carrier lah. mampus juga sih, ngebayangin pas perginya nanti, bawa carrier, bawa kotak, heboh bener. tp kan nanti cuma bakal ditaroh di kapal doang, trus langsung aman di kamar. abis KKN kotak2nya dipaket, sama eiger-mu juga, ntar numpang mandi di mana ya? haduh, repot juga kalo solo, apa ngajak siapa ya?

ntar di kendari hubungin fath, mel. di palopo ada kak andhika. nggak usah ke makassar lah, kan kemaren2 udah pernah ke sana. kemana lagi ya nanti trayeknya? hadu, jadi pengen beli buku sulawesi travel guide terbitan navilla di bookfair kemaren. bulan depan kalo udah ada duit beli aja, mel. kan butuh referensi tempat nginep dan segala macem yang lebih detail. masalahnya sulawesi itu bukan kampungmu, nggak macem sumatera, yang meskipun blur tp paling nggak keraba lah.

tapi mama sama papa pulang kampung ke medan lebaran H- berapa ya? apa aku nekat lebaran di manado aja? GILA! mayoritas nonis begitu. plus-nya, mobil nganggur bisa dipake kemana-mana.nanti bisa ke danau apa itu, yang airnya bisa warna-warni kalo hari cerah, terus ke situs yang belum sempet didatengin kemaren, berburu tarsius, mel macam kak mila. hoahhh seru nih seru.

eh, tapi ngomong-ngomong kamu kan nggak bisa bawa mobil, mel, kalo bawa pake cara dorong sih iya aja.
JERENGG!

Sunday, January 09, 2011

kelak


big grinbig grinbig grin
amiin

*) candid by disha @islamic centre dua minggu yang lalu

Thursday, June 04, 2009

mau jadi calon suamimu, gimana?

kalo ada cowok yang ngomong kayak gitu ke cewek. menurut kalian maksudnya apa?? :D

[a]. si cowok niat ngelamar.
[b]. si cowok pengen jadi suami si cewek.
[c]. si cowok mau jodohin temennya sama si cewek.
[d]. si cowok cuma becanda.
[e]. si cowok.... *tulis diagnosa Anda.


Trims partisipasinya. ;)
UA-111698304-1