Showing posts with label retak. Show all posts
Showing posts with label retak. Show all posts

Tuesday, June 19, 2012

kontemplasi

Tapi saya tidak perlu merasa harus membalas.
just keep calm and nice :)

Saya juga enggak tahu sejak kapan saya menjadi sebegini pendendam. Yang saya tahu, saya yang sudah cukup berpengalaman diperlakukan orang-orang dengan buruk, belum pernah sampai pada titik hati yang sedemikian busuk. Semestinya saya tidak membenci karena jelas-jelas membenci itu tidak baik.Saya seharusnya tidak boleh marah karena ini adalah hal yang saya sudah terbiasa. Yang seperti ini sudah berkali-kali saya alami, saya mestinya sudah ahli. Saya toh selalu mampu menutup telinga, selalu bisa berpura-pura semua baik-baik saja. Maka seharusnya saya bisa tahan, seharusnya saya sudah kebal.

Tapi yang tidak saya kira adalah luka itu justru ada karena mereka yang istimewa. Andai saja bagi saya mereka bukan apa-apa.

Lalu kemudian, ini jadi seperti kemarahan setiap kali mengepak koper sebelum kembali pulang ke perantauan. Ketika papa tiba-tiba datang dan mengacaukan semua barang yang sudah saya tata. Saya paling benci dirusuhi di saat terakhir. Kenapa tidak dari awal saja papa turun tangan mengepakkan koper untuk saya bawa pulang? Sama seperti sekarang.


Kenapa mereka tiba-tiba datang setelah membiarkan saya -setelah sekian lama- melawan dan bertahan sendirian? Kenapa mereka justru datang di saat-saat terakhir? Ketika saya sudah terlanjur terbiasa dengan kesepian?


Ketika saya sudah terlanjur baik-baik saja dengan diabaikan.

Tuesday, June 12, 2012

-

Keong Putih bilang dirinya tidak boleh iri, Keong Jingga tahu betul soal ini, iri itu penyakit hati. Tapi apa yang bisa ia lakukan ketika segala hal dalam hidupnya jelas-jelas harus ia bagi bahkan sejak ia baru 2 bulan ada di bumi? Rasa iri menjadi penyakit yang bagaimana pun juga tidak bisa ia hindari.
Keong Jingga cuma ingin diperlakukan adil. Dirinya sudah terlalu lelah terus menerus mengalah atas nama lebih tua. Siapa yang mau menjadi yang lebih tua? Dirinya tidak mau, sekalipun tidak pernah mau.
Kesalahan apa yang memangnya ia lakukan sampai-sampai harus merelakan diri terus menerus diperlakukan menjadi nomor sekian? Bahwa tidak apa-apa apabila ia tidak pernah diprioritaskan? Kenapa bisa ada hal yang baik-baik saja dilakukan para jantan sementara dirinya dikecam? Karena ia betina? Karena ia lebih tua makanya ia selalu dituntut untuk senantiasa berbuat sempurna?

Maka, persetan.

Malam ini ia memilih cepat-cepat tidur saja. Matanya masih basah. Hatinya jelas-jelas telah patah. Retak kecil-kecil yang sejak dulu ia tambal sulam lagi-lagi berantakan. Untuk kali pertama dalam hidupnya, Keong Jingga berharap ia mati muda.

sembari menelungkup di lantai dingin
12 Juni 2012. 21:53
tapi kamu, harus tetap hidup, Mel. 



Friday, September 30, 2011

Entah dari siapa pertama kali aku mendengar ini, bahwa retak yang diakibatkan oleh orang-orang yang kita sayang bisa beberapa kali lebih menyakitkan.

Kenapa?

Tidak tahu! Tahu-tahu rasanya memang sudah seperti itu.
Misalnya saja seperti menerima alasan-alasan seorang adik perempuan yang menolak ajakan kita untuk pergi ke suatu tempat. Katakan saja misalnya, salah satu alasannya, sakit pinggang. Awalnya tidak ada masalah. Kita menerima, dan pergi sendiri setelah berdoa semoga sakit pinggangnya cepat sembuh. Tidak ada masalah meski sebenarnya, di hati kita, ada gores tipis disana. Setuju atau tidak, aku percaya bahwa sesedikit apapun, penolakan pasti membuat bekas. Sementara hidup adalah tempat dimana meng'iya'kan dan men'tidak'kan saling berpacu, beradu, menggores, mengompres. Dan setuju atau tidak, dalam hidup kita memang tetap harus menolak, juga terkadang kita harus tetap menerima.

Tapi retak sebenarnya ialah ketika kemudian kita menemukan sebuah foto yang diambil disaat bersamaan dengan ajakan kita untuk pergi ke suatu tempat. Dan seorang adik perempuan itu ada disana, yang katanya sakit pinggang dan ingin di rumah saja, ia ada disana. Begitu saja ada di sana.

Apa rasanya?
Sudah pasti patah hati. Tanpa kata-kata, tanpa wajah, tanpa maaf, cuma lewat selembar foto.

Saat ini rasanya juga seperti itu.
Patah hati seperti itu. 
Dan karena kali ini lagi-lagi karena kamu.

Untuk pertama kalinya, aku akan memilih merasakan saja, tanpa ingin mencari-cari sebabnya.
UA-111698304-1