Showing posts with label sarab. Show all posts
Showing posts with label sarab. Show all posts

Monday, November 26, 2012

Selamat :)


AAAA... saya sebegitu senangnya sampe kepingin jumpalitan.

Telapak tangan saya sekarang biru-biru dan nyeri. Kaki saya sebagian juga ikut biru lebam. Tulang rusuk saya serasanya sudah remuk di dalam akibat saya menghentaknya terlalu keras dengan tangan. Tapi yang jelas hati saya kepingin meledak kesenangan. Maka, Selamat :)

Saya masih ingat bagaimana menenangkan Amel dan Sinta di belakang panggung waktu itu. Memeluk mereka satu-satu, mengalirkan pada mereka sebanyak mungkin ketenangan dan rasa tak acuh. Meremas bahu Sinta ketika airmatanya sudah memenuhi pelupuk dan tinggal menunggu jatuh, lalu saya tatap matanya dalam-dalam, kuat-kuat menanamkan sugesti bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan.
Saya mengerti ini kompetisi pertama mereka, saya kan juga melihat sebesar apa mereka panik dari air muka yang pucat pasi dan pancaran mata yang merasa ngeri. Dada mereka gempar, meskipun saya tenang. Tapi menyaksikan itu saya jadi ikut cemas juga, bukan terhadap lawan, tapi karena mental rekan-rekan. Saya tahu Hanip juga sama cemasnya karena alasan yang sama.

Hingga kemudian datanglah Abe dengan kata-katanya yang seperti mutiara.
Penggendang paling bagus itu Mas Hanip. Syech yang suaranya paling oke itu Ica. Penari paling keren itu rampoe. Cowok-cowok paling ganteng di dunia ini itu anak rapai. 
Meskipun saya tahu kata-kata itu tidak sepenuhnya benar, tapi saya menyimpannya sebagai mutiara yang menenangkan. Namanya nasionalisme.

Lalu tahu-tahu saya sudah berlari masuk panggung dan disambut dengan sorak-sorai menggelegar. Ah, dan kami juga punya pendukung-pendukung paling setia di dunia. Jadi memangnya harus mencemaskan apa?

Maka begitulah, saya tampilkan senyum paling manis yang selama perjalanan FIB-Purnabudaya tadi saya latih di depan kaca. Merapatkan tangan, lalu potongan-potongan emas dari kertas yang  Neng Ana dan 2 orang lainnya genggam berjatuhan. Menampilkan aksi panggung yang tidak biasa-biasanya. Sekumpulan massa itu melenguh, senyum kami melebar karena berhasil memberikan variasi yang baru. Dan pertunjukan pun dimulai.

Saya ingat-ingat kata-kata Afel di backstage tadi. Tempo lambat.. pake tempo lambat.. jangan egois dan akhirnya jadi kecepetan sendiri. Senyum saya menang, pikiran saya tenang, tapi tangan-tangan ini menghentak binal. Semua gerakan harus disajikan total! Saya bahkan tidak peduli kalau akhirnya jantung dan paru-paru saya mencelos ke belakang saking kuatnya saya memukul-mukul dada. Saya tahu sedang memperebutkan apa. Panggung ini tidak asing, karena kami tampil di sini sudah sering, tapi apa yang kami perebutkan kali ini berbeda. Precious.

lalu ketika akhirnya kami diminta tampil kembali karena berhasil meraih juara pertama, saya tahu itu untuk mereka. :'"*

Sebab penggendang paling bagus itu Mas Hanip. Syech yang suaranya paling oke itu Ica. Penari paling keren itu rampoe. Cowok-cowok paling ganteng di dunia ini anak rapai. -dan kami punya pendukung-pendukung paling setia di dunia. Saya menyebut ini nasionalisme, bukan kata-kata kesombongan. Dan Belgia itu nyata! Semoga selanjutnya segala sesuatunya semakin dipermudah. Amiin :')

Saleum.

Saturday, September 01, 2012

kangen kangen kangen :))

Hari jum'at kemarin akhirnya aku ke kampus juga setelah sekian tahun lamanya :P. Dari tanggal 27 sampai tanggal 31 seharusnya aku KRS-an manual, tapi entah kenapa belom ada desire. Slip pembayaran SPP yang baru bisa dikirim tanggal 3 jadi alibi untuk menutupi malas-malasan. Aku sama sekali enggak rindu kampus, belom rindu kampus.

Untuk berangkat ke FIB buat latihan rampo kemarin pun juga rasanya malas-malasan. Tapi jum'at sore minggu depan 13 orang dari kami akan pergi ke cirebon, ada undangan tampil di nikahan kakaknya Neng Ana di Kuningan. Targetku jelas: kapan lagi bisa jalan-jalan gratisan :D

Dan ke kampus lagi setelah jeda yang cukup lama itu.. asing. Memang selalu rasanya asing. Tapi aku mendapati diriku ternyata berbinar-binar juga menyeberangi jalan yang memisahkan FEB dan FIB. Itu antusiasme yang tidak disangka-sangka. Menemukan kembali anak-anak rampo: Afel, neng Ana, Nike, Ica, Sinta, Desty, Amel, dan Dian. Juga Hanip! Keberadaanku di lantai Margono itu pasti bukan hal yang disangka oleh Hanip. Bodohnya padahal aku udah dadah-dadah antusias semenjak mengenali kemeja merah muda yang ia pakai. Dan Hanip masih seperti biasa, terlalu berambisi mencubit pipi. Katanya, sekarang aku semakin besar. Sialan!

Tapi sekarang Hanip udah punya pacar. Cantik! Heran kenapa si Hanip selalu bisa punya pacar yang cantik-cantik. Dunia pasti udah jungkir-balik :P

Daaan apalagi yaa?
Aku senang miss list yang aku buat selama KKN tergenapi satu-satu. Mister Chicken, Chocomelt, roti boy, breadtalk, anak-anak rampo, dan ternyata diam-diam aku juga kangen pada Hanip dan Angga.

Hari ini aku buka lagi group angkatan dan menemukan foto spektakuler Dhoni ini. Gak nyangka ternyata rasanya menyenangkan membacai komentar-komentar anak kelas di bawahnya.
Lalu tiba-tiba aku jadi kangen mereka. Ini sesuatu yang baik karena efeknya aku juga jadi kangen kuliah,

dan Melyn kangen kuliah itu bukan cuma sesuatu, tapi sesuatu banget. Ahak!

Oh, dan membaca sebuah thread yang dipost  Mas Abe juga bikin aku kangen Mas Abe. Pake banget kangen Mas Abe.

Sekarang rasanya setengah nggak sabar menanti-nantikan waktu masuk kuliahan. Karena aku baru tahu kalau ternyata jurusanku juga memberlakukan masuk kuliah tanggal 10 seperti sebagian besar jurusan-jurusan lain di FIB rasanya sekarang jadi separuh senang separuh nggak sabar.

Selesai latihan kemarin malam aku juga makan bareng Angga, Nike, dan neng Ana. Pulang bareng Angga lagi setelah sekian lama dan itu menyenangkan. Aku bersyukur ternyata jeda panjang selama KKN enggak lantas membuat hubungan kami jadi canggung. Rasanya banyak yang kepingin aku ceritain tapi untuk saat ini Angga punya terlalu banyak kesibukan untuk bisa ndengerin. Yaudah gakpapa, mungkin emang nggak semua hal bisa dilunasi disaat bersamaan. Padahal aku juga kepingin tahu perkembangan pendekatan dia sama cewek cantik yang itu. Uhuk! :P

Aaaa yang jelas rasanya senang sampe kepingin bakar petasan. *bakar petasan *ctar ctar ctar :*


pagi agak siang di hari Sabtu
dan merasa kangen itu harusnya memang seperti itu,
menyenangkan,  bukan melumpuhkan
*senyum*

Tuesday, November 08, 2011

#Kamis

Pagi ini aku bangun dengan perasaan sakit yang menjengahkan. Dibangunkan Tika. Kesiangan lagi. Ternyata masih pakai baju pink garis-garis lengan panjang yang lembab semalam. Masih pakai celana jeans basah-berpasir yang warnanya jadi lebih gelap dari warna aslinya. Tergeletak diatas kasur yang dibentang asal melintangi kamar.

Nyaris setengah 7.

Kasur berseprai hijau tanpa bantal ini rasanya masih nyaman. Masih enak untuk dipeluki. Masih belum mau merelakanku pergi. Badanku rasanya ngilu, tapi rindu itu rupa-rupanya sudah ikut hilang bersamaan dengan kata-kata dalam surat yang kulepas tadi malam.

Hari ini ujian Balaghah.

Tadi malam aku sudah belajar sebenarnya. Setidaknya sudah mencoba untuk belajar. Tapi salah siapa kalau ternyata Balaghah itu memusingkan? Melampau jauh diatas daya jangkau otakku yang tadi malam sudah terlalu beku untuk dimasukkan sesuatu. Semakin dipelajari semakin tidak mengerti. Semakin dibaca, semakin tidak teraba. Yasudah,

Jadi hari ini aku bolos matakuliah pertama. Melewati pagi ini dengan mengutipi penjelasan-penjelasan tentang tasybih, isti'arah dan majaz mursal yang kutunda tadi malam. Berusaha menerjemahkan huruf latin berderet-deret mirip cakaran ayam melintang pukang yang dengan maksa kusebut catatan.

Hari ini bolos Metode Penelitian Bahasa,
lagi.

Sebelumnya perlu kutegaskan dulu bahwa ini bukan alasan yang dibuat asal-asalan tapi kenyataannya memang aku betul-betul lupa matakuliah pertama Metode Penelitian Bahasa. Iya, yang sudah tidak kuikuti 4 kali itu. Yang selalu hambar tapi bikin frustasi itu.

Rasa-rasanya hari ini segala sesuatu bergerak dengan cara tidak seharusnya. Dimulai dari keputusan yang diambil sembari ngantuk. Seharusnya aku tahu bersenang-senang di masa-masa UTS begini cepat atau lambat akan menyulitkan diri sendiri. Siapa suruh tadi malam menonton rapai tampil dan lanjut mengajar Mita sampai jam 10 lebih? Sementara badan sudah penat latihan gila-gilaan dengan baju basah kehujanan? dan siapa pula, yang bertahan tidur dengan baju lembab bersama celana jeans yang berpasir pula?

Tapi penampilan Rapa-i Geleng kemarin memang spektakuler! 11 orang penari-pembawa rapai dengan 2 orang syech dan suporter 3 angkatan yang menjerit-jerit beringas.


Rapa-i Geleng tanggal 2

Maka, sekitar jam 10an aku keluar dengan badan lemas. Berjalan ogah-ogahan sempoyongan, bersusah payah menyeret badan. Nyaris terjatuh berkali-kali karena asal melangkah. Berlama-lama berjalan di bawah pohon nangka sarat buah di depan taman kehutanan untuk mendapatkan alasan boleh tidak ikut ujian; tertimpa buah nangka yang jatuh dari pohonnya.

Tapi nyatanya tidak ada buah nangka yang jatuh. dan aku tetap harus mengikuti ujian balaghah dan kelas terjemah. Mau tidak mau. Suka tidak suka.

Sampai akhirnya ujian balaghah itu lewat juga dan aku mendadak bergairah karena akan tampil dalam penutupan Korean days hari ini. Mau bagaimana? Terkadang memang ada hal-hal yang kita tidak bisa memaksakan untuk menyukainya.

perform Rampoe tanggal 3

Si Biru Udah Ketemu

"Mahasiswa Sastra Arab rajin-rajin ya, bawa kamus kemana-mana"

Ini komentar Lia yang sudah berkali-kali kudengar hingga hampir bosan yang kebetulan diulangnya lagi saat kami jalan pulang dari kampus hari ini.

Sebetulnya kalau mau jujur, bukan soal rajin nggak rajin kenapa tiap hari aku kuliah bawa kamus. Alasan pertama bisa jadi sama rata dengan sebagian besar teman-teman sekelasku; kamus munawwir tebal yang potensial untuk nimpuk makhluk hidup sampe benda mati itu lebih mending dibawa-bawa daripada kena omel Bu Uswah yang menusuk tapi mengundang tawa. Yang kedua, karena memang butuh dan ditunjang lagi dengan rasa tahu diri bahwa kamus setebal itu belum mampu dihapal luar kepala.

Untukku pribadi, keberadaan kamus ini seperti sudah dipaketkan dengan rasa aman yang aku butuhkan untuk melewati kelas Komposisi Arab 2 dan Terjemah. Jadi, membawanya lebih terasa seperti membawa rasa aman itu. Yang aku butuhkan itu.

Memasuki semester 5 membawa kamus ini sudah tidak lagi seberat biasanya. Barangkali sudah menjadi sesuatu yang harus ada dan harus dibawa. Bagaimana pun juga!

ini dia, 2 kamus Al-Munawwir yang fenomenal itu. Kalau lagi sial banget, 1 hari mesti bawa dua-dua nya.

Hari Kamis tanggal 3 kemarin, Al-Munawwir biru yang sengaja kubawa untuk masuk kelas Terjemah 1 resmi hilang. Prediksiku awalnya ia tertinggal di salah satu ruang transit Purna Budaya sewaktu tampil di Korean Days 5 hari lalu. Otak kiri bilang, kamus SEBESAR-setebal itu bagaimana mungkin bisa tertinggal? Sementara Otak kanan bilang, untuk sesuatu yang selalu dibawa kemana-mana semacam itu, bisa sampai tertinggal itu sudah resiko, berbeda jika hanya dibiarkan berdiam tak tersentuh di rak buku.

Tapi terlepas apa yang dikatakan oleh otak kanan maupun otak kiri, fakta bahwa kamus biru itu sudah raib tidak bisa lagi dipungkiri. Maka, ketika papa menelpon kemarin dalam rangka mengomeli anaknya gara-gara nomor yang tidak dapat dihubungi ketika idul adha (kali disangkanya aku pergi ngelayap kemana gitu, main-main ke luar kota yang agak jauh) aku pun dengan polosnya mengadu tentang kepentingan beli kamus baru (sebenarnya ingin mengalihkan tapi ternyata ini pengalihan yang fatal dan salah total karena mengakibatkan prosesi kena omel jadi 2kali lebih panjang).

Rencananya aku mau beli kamus baru itu Hari Minggu kemarin, lalu mundur jadi hari Senin, dan kemudian mundur lagi jadi entah kapan. Tapi di Bonbin tadi waktu mau sarapan, aku yang saat itu lagi sama Tika ketemu salah satu anak 2011 yang mengaku membawa pulang kamus Munawwir biruku. Ternyata eh ternyata si kamus aku tinggal di bangku cokelat waktu buru-buru ke purna bareng Neng Ana. Si anak 2011 ini yang rambutnya keriting dan enggak kutahu siapa namanya nemu tu kamus biru lantas dibawa pulang kerumah.

Alhamdulillah *pake gaya syahrini* enggak jadi tekor 100ribu untuk beli kamus lagi. Besok-besok janji mesti lebih aware sama barang sendiri. :)

Thursday, October 27, 2011

Metodologi Penelitian Bahasa

Saya tahu bahwa selalu ada tahap-tahap frustasi yang tidak bisa dihindari.

Tetapi kalau saya bisa mendekam di kamar berhari-hari karena matakuliah komposisi dan pada akhirnya menemukan tema proposal penelitian yang selanjutnya malah dikategorikan sebagai salah satu yang layak dilanjutkan untuk skripsi, saya juga pasti bisa melewati ini.

Meski saya sudah mangkir hampir 3minggu dari deadline yang dijadwalkan.
Kenapa sampai bisa sejauh itu?
Yang saya tahu, tahap-tahap mencari ide memang sebegitu menyiksa sehingga -mungkin- secara tidak sengaja alam bawah sadar saya menolak memikirkannya. Terus-menerus.
Tapi sekarang tidak boleh mangkir lagi karena mau tidak mau, suka tidak suka, seseorang memang harus mulai menghadapi dan tidak boleh lari lagi.

Perlu saya tegaskan bahwa saya bukannya tidak melakukan apa-apa. Hanya saja apa yang ingin saya kerjakan sudah ada pada disertasi supra tebal milik seseorang yang dengan egoisnya menggarap fenomena neologisme itu dari segala aspek sampai-sampai saya kelimpungan mencari-cari perspektif lain untuk saya soroti.

Iya. Saya sudah terlanjur tidak bisa melepasnya.
Tapi saya tahu, di suatu sudut pasti ada celah yang bisa saya angkat tanpa harus dicela sebagai plagiat. Dan saya juga tahu, begitu saya menemukan sudutnya, semuanya akan menjadi mudah dan menyenangkan seperti masa-masa membuat bab awal proposal penelitian pada matakuliah komposisi di semester 2 itu. Klasik serupa itu.

Jadi kamu CUMA harus lekas menemukan, mel.
Sudah hampir 3 minggu.


tapi untuk menemukan itu, kamu perlu bersusah-payah mencari-cari dulu.

menunggu subuh
masih wangi sehabis mandi jam setengah 2 tadi
selamat kamis pagi!
hari ini saya tidak akan bolos kelas MPB lagi, apapun yang terjadi!

Wednesday, October 19, 2011

SINAU

Ini kata yang sering didengung-dengungkan salah satu dosen kesayanganku di setiap mata kuliahnya. Sinau. Dengan huruf U dibelakang yang dibaca bukan seperti bangau, tapi lebih seperti ingin mengatakan mau dengan semangat berkobar. Aku tidak juga bisa mengabaikan aroma kocaknya setiap kali kata ini kudengar sampai di telinga. Sama seperti aroma tanggung jawab yang melengketinya yang tidak juga dapat kuabaikan begitu saja.

Sinau. Sinau.

Mendengar ini lagi, di mata kuliah komposisi arab II kemarin nyaris terasa seperti tamparan di pipi. Bersamaan dengan kehormatan menjadi seseorang yang dihabiskan tanpa sisa, begitu teman-teman menyebutnya. Meski menurutku, penggunaan sebutan itu tidak benar-benar tepat sebetulnya. Bu Uswah cuma menginginkan kami menjadi pedang setajam mungkin, dan untuk menjadi pedang seperti itu kami memang harus ditempa dulu. Dibakar lebih lama, dihantam sekuat tenaga.

Sebetulnya aku enggak keberatan menjadi "seseorang yang mendapat kehormatan" lebih sering daripada yang lain, seandainya itu tidak berkemungkinan memiliki efek samping membuat Bu Us merasa gagal dalam mengajar, dan sejujurnya, melihat senyum Ibu Dosen ini ketika aku dapat dengan lancar membaca rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang kelihatan seperti menempel pada dinding yang disoroti cahaya proyektor itu sebenarnya jauhh lebih menyenangkan.

Dan sekarang aku harus mulai membayar hal-hal yang aku kesampingkan akibat membolos 3 hari ini. Belum terlambat untuk merecall semangat, untuk menanamkan kembali sugesti yang mulai mengabur akibat terus menerus tidak melihat kampus selama nyaris 1 minggu.

Aku belum juga bisa menemukan kenapa seseorang harus terjatuh di lubang yang sama berulang-ulang dan juga tidak dapat paham. Membolos berhari-hari lalu tahu salahnya tapi kemudian membolos lagi. Kenapa tidak terjatuh sekali saja, lalu sudah?Kenapa harus terus ada fase bertapa di petak 3x(nyaris)3, berhari-hari lamanya dan tetap tidak mendapatkan apa-apa selain sia-sia.

Dan sekarang, kembali lagi pada sinau.
Kupikir ini dari bahasa arab, tapi ternyata bukan,

dan artinya belajar.



mengerjakan tumpukan tugas Komposisi dan Terjemah yang ternyata susah
orang gila mana yg dulu berpikiran bahwa ini dapat diselesaikan dalam sebentar (doh!)

Sunday, July 17, 2011

03.10 di malam nisfu

akhirnya saya bisa nonton tangled sampai selesai tanpa harus merasa khawatir tentang keharusan beraktifitas begitu pagi esok hari. tanpa harus berlagak seperti pencuri waktu di tengah keriuhan dalam sekre yg mulai terasa seperti rumah itu.

yap! seminar internasional bahasa arab IMLA ketujuh selama tiga hari ini akhirnya selesai.

saya senang.

tapi,
entah bagaimana caranya melepas pembiasaan-pembiasaan tiga hari kemarin sementara saya sudah mulai menerima sempitnya masa yang mengacau rutinitas mandi pagi saya yang biasanya memakan waktu lama. bagaimana rasanya kelak kehilangan dorongan entah dari mana yang menegakkan tubuh saya setiap paginya, memaksa untuk memulai hari secepatnya. bagaimana melepas posisi asisten mas abe yang tiba-tiba melabel dengan sendirinya itu.

sejujurnya, saya memang belum mau kehilangan bermacam-macam hal seru dalam masa rusuh itu. segala keriuhan dalam petak 3 kali 3 meter yang menghadap convension hall dan sejajar dengan ruang operator. keriweuhan menghadapi orang-orang arab yang keras wataknya, bahkan meski hanya mendengar ceritanya saja, saya ingin menikmati itu lebih lama.

saya merasa belum cukup banyak belajar betapa juklak/juklis itu benar-benar diperlukan dalam setiap kegiatan. betapa instruksi yang jelas kepada panitia lapangan itu perannya sungguh-sungguh signifikan. dan yap! betapa mengingat jobdesc masing-masing itu sebegitu penting.

saya merasa belum banyak belajar dari kepanitiaan yang susunan acara penutupannya saja tidak jelas durasi waktu per-sesi nya ini. yang koordinatornya saja bisa salah memberikan instruksi. yang, data jumlah panitianya saja ternyata tidak lebih lengkap dari data peserta.

saya perlu merasakan rusuh itu lebih lama, menganalisa agar kelak dapat menghindari situasi kurangnya konsolidasi, koordinasi dan mis-intruksi semacam ini.

dan ahh.. saya juga belum banyak belajar tentang sabar dan merelakan. saya rasa saya memang perlu lebih banyak hal-hal seperti ini lagi.

bagaimana mengikhlaskan pekerjaan yang membuat pegal itu untuk tidak jadi dipakai. barangkali saya memang perlu untuk diminta membuat begitu banyak salinan kwitansi untuk menjadi mengerti bahwa tidak dipakai tidak berarti kerja keras kita kehilangan harga.

saya memang jadi belajar sabar dari tugas keroyokan membuat nomor meja itu. ketika kak fahmi yang membuat desainnya ternyata tidak makan waktu sampai berjam-jam, pakdhe yang buat bentuknya bahkan hanya memakan waktu sebentar, tapi kenapa saya yang begitu sial mendapat jatah mengetik tulisan yang mesti di revisi berkali-kali macam orang bikin skripsi, bahkan ketika nomor meja itu sudah benar-benar jadi.

barangkali saya memang perlu merasakan itu lagi hanya agar mampu melewati itu tanpa harus merasa kesal dan terganggu.

tapi setidaknya saya sudah merasakan rasa syukur atas setiap senyuman langka yang bisa ada dengan ajaibnya. saya jadi bisa tahu bahwa pak masruhi itu ternyata bisa lucu juga, dan mas abe ternyata bisa kehilangan senyumnya. saya belajar memperlakukan hati saya agar tahan terhadap bentakan, mengabaikan perlakuan-perlakuan tidak menyenangkan yang disebabkan emosi pada masa rusuh-rusuh itu.

saya memang merasa belum cukup menikmati eksotisnya orang-orang arab itu. menikmati sorban-sorban dan gamis putih membaluti tubuh besar tinggi yang kata mbak laila berkemampuan membikin ngeri novia kolopaking sampai ia turun panggung tepat begitu lagu selesai. saya memang belum puas mengagumi kecantikan perempuan bercadar dengan gamis warna langit pagi hari itu, yang dari dua matanya saja sudah memancar cantik yang luar biasa.
tapi setidaknya saya jadi tahu ada orang arab yang seunik kak hanan. setidak-tidaknya saya sudah berkenalan dengan rezvan dan menemukan sendiri bahwa ternyata ada orang-orang yang bisa tidak menyukai ahmadinejad di iran.

setidaknya saya sekarang sadar betapa ternyata agama saya sudah menyediakan pintu keramahan yang lebih hangat dari sekedar senyuman; salam. sesuatu yang pelan-pelan mulai membuat saya ketagihan dan semoga dapat dibiasakan. =)

dan masa-masa rusuh itu ternyata memang sudah berlalu, saya harap semua orang bisa menemukan pembelajaran mereka juga, meski hanya satu.
dan semoga, segala kerja keras yang pernah ada itu barakah dan jadi pahala.

sudah dekat jam 4.
semangat malam nisfu sya'ban.

Friday, June 10, 2011

Just Another Random Story =p

Aku baru saja menghabiskan mi rebus terlarangku hari ini. Ternyata sakit menusuk-nusuk itu tidak cukup kuat menghalau godaan makan mi instan akibat film jepang yg kutonton barusan.

Hari ini, aku melakukan beberapa kebodohan. Berhari-hari belakangan, aku selalu membawa-bawa buku Meusyen-Raisa dkk kemana pun, mau latihan, mau ngaji, mau guling-guling. buku itu mendadak menjadi benda yg diharuskan ada di sebelahku. Niatnya, buku itu mau aku jadikan objek editan untuk tugas akhir matakuliah penyuntingan, dan yah.. akhirnya semalaman tadi aku tertidur-bangun menyelesaikan penyuntingan buku itu.

Tadi pagi aku jalan ke kampus sambil terantuk-antuk di jalan enggak rata karena ngotot mengedit ulang. Yep! aku jalan kaki dari kosan ke kampus dengan buku terbuka di tangan dan spidol merah yg siap membenarkan kesalahan editan. Aku sampai di kelas 15 menit lebih awal dan kemudian mendapat fakta bahwa seharusnya, buku itu baru boleh diedit selama ujian.
"Kan kata ibunya, pas ujian bukunya dibawa dalam keadaan bersih tanpa coretan, jadi kita ngeditnya waktu ujian,"
gyahahah.. kata bersih dari kalimat Mia ini sukses bikin aku merinding tadi pagi. Dalam keadaan bersih tanpa coretan! sementara bukuku udah macam kertas kebakaran. Baiklah..baiklah! Ini akibat tidak memaksimalkan fungsi telinga.

Untungnya, sebelum berangkat ke kampus jam setengah 9 tadi, aku memasukkan 2 buku ini tanpa sedikitpun berpikir dulu tentang apa gunanya. Dua buku karya mahasiswa sastra arab angkatan atasku dalam rangka tugas ujian akhir semester matakuliah Menulis Kreatif tahun lalu. Karena kriteria buku yang dikumpulkan harus diatas 200 halaman, jadilah aku mengumpulkan buku yg dicover biru.

Aku engga tahu kenapa aku selalu begitu mudah terjebak dalam pekerjaan yg terlihat sia-sia macam begini. Hal-hal yg akan dengan mudah membuatku mengutuk-ngutuk 'betapa bodohnya!'

dulu,

Well, ini udah berbulan-bulan sejak aku memutuskan bahwa tidak ada yg perlu dikutuki dari sebuah kesiaan yg sudah terjadi dan tidak dapat dirubah lagi. Tepat beberapa hari setelah pikiran-perasaan tak tertahan itu menumpah disini.

Pada faktanya, selalu ada sesuatu tak kasat indera yg menyisip dalam kesiaan itu. Selalu!

Akhir cerita dari ujian Penyuntingan tadi ialah, semua buku yang kami bawa akhirnya dikumpulkan untuk kemudian disebar secara acak.

Buku yang sampai di tanganku adalah buku bawaan Sahara yang berisi tips dan trik bagaimana bisa menikmati hidup dengan enjoy dan bahagia (well, aku lupa judulnya ;P). Sebuah buku produksi penerbit di Jombang yg penggunaan tanda baca dan EYD nya minta ampun parah kali. Yang bahkan udah bikin aku memenuhi 50 target suntingan di halaman ke 8. Buku malang
yg sampai di tanganku itu pun kebakaran parah sampai halaman 18 dengan jumlah suntingan sekitar 150an. Wohohoh.. tidak perlu merasa senang, aku sadar kok bakat menyuntingku separah apa xD.

Belakangan, setelah aku pelan2 pikirkan. Anggap saja segala apa yg kusebut sia-sia itu bagian dari ikhtiar juga. Anggap saja 327 halaman buku Meusyen-Raisa adalah harga yg harus dikorbankan untuk berlatih menyunting sebuah buku sekaligus ganjaran atas segala sok-tahu dan tidak mau tanya-tanya dulu, konfirmasi dulu, validasi dulu.

Ini kebiasaan berbahaya yg sulit hilang dan rupanya tidak kenal jera.

Oiya, menyinggung sedikit tentang Menulis Kreatif. Beberapa hari yang lalu, dalam rangka bersenang2 setelah segala ricuh pembuatan novel keroyokan yg sudah selesai. AraPena (nama yg kami pilih untuk menamai 13 penulis novel Keping Mimpi ini big grin) mengadakan perjalanan bersenang2 ke pantai. Yang paling menyebalkan adalah tentu karena aku engga ikutan.

Yep! aku yang paling girang dalam segala hal apapun yang menyangkut bersenang-senang kali ini engga ikutan karena satu alasan. Baiklah tidak perlu marah, itu pantainya engga bagus juga, air kelapanya kayaknya engga enak, dan poto2nya gelap semua. apa yg seru dari bersenang2 macam itu? *gyahahahh.. orang ngiri menghibur diri jadinya ya begini ini =P

Oke, sebelum postingan acak ini jadi lebih acak lagi dgn penghiburan-penghiburan yg malahan akan membuat iri ku semakin kelihatan. Ada baiknya mulai kusudahi saja.
Hmm.. bagaimana caranya ya? weheheyy... aku memang selalu kesulitan setiap kali ingin menutup postingan. Begini saja, bagaimana kalau kuakhiri dengan memamerkan 4 buku yang akan kami terbitkan untuk tugas UAS matakuliah Menulis Kreatif tahun ini.

Well, chek this out! wayahaww..




btw, kalo ada yang mau pesen boleh loh ;P

dalam gelap di kamar yang biasa
sebelum mandi sore =D

Sunday, March 27, 2011

jadi ceritanya aku baru pulang habis ujan-ujanan. aku senang meskipun sebenernya enggak cukup puas sm ujan yg lagi2 cuma turun sebatas deras. aku pengen ujan gede kayak waktu aku sama tika pulang dari mirota menantang badai dengan rok-baju-kerudung warna kembar yg bikin kami berdua otomatis jadi pusat perhatian sepanjang jalan. atau seperti hari-hari hujan lain sewaktu aku sampai kosan dengan air hujan menetes-netes dari ujung2 baju dan sepatu. seperti satu malam waktu aku nemenin azka nyari kosan dan tiba2 turun ujan besar di tengah jalan. tapi gakpapa, sekali ini, ujan cukup deras jadi bisa dibilang aku nggak cuma mainan gerimis doang kayak tiga hari belakangan. rasanya sudah cukup menyenangkan membiarkan rambut dan mukaku benar2 basah dan merasakan asam air hujan menyentuh lidah. walaupun yg sekarang baru aku sadar, dibandingkan sendirian hujan2an bersama teman seribu kali lebih seru.

beberapa hari ini rasa2nya lebih biru dari biasanya. sensitifitasku sedang dalam masanya berjaya. jadilah belakangan2 aku lebih sering kesal sekaligus jadi lebih sering bertingkah menyebalkan. ergh!
dua hari berturut2 aku ke kampus di hari libur untuk mengerjakan tugas KELOMPOK malah tidak membawa pulang apapun. tidak menemukan siapapun. (ini yg paling bikin aku kesal lebih dari apapun)
sudahlah, menyinggung ini moodku jadi rusak dan aku tidak berselera menuliskan apapun lagi. haha.. kesenangan habis bermain hujan tadi langsung mental lagi.
aku tau, perasaan buruk semacam ini harus segera dimuntahkan supaya tidak berdiam di kepala terlalu lama hingga akhirnya menginfeksi seluruh badan. aku cuma belum tau caranya. sekarang, aku mau nonton film yg banyak sampai ketiduran. sampai seluruh kesalku hilang.

selamat siang, semangat berakhir pekan.

Sunday, March 20, 2011

mesin penenun hujan




"kamu pulang aja duluan, aku mau nonton frau" itu kata yang kulontarkan pada tika ketika dia mengajakku pulang tadi malam.
sebuah alasan utk menutupi motif sebenarnya yg aku tau akan dipandang aneh olehnya. persoalannya hanya sesepele aku ingin jalan kaki pulang sendiri. aku perlu jalan kaki pulang sendiri. sama seperti malam2 lain yg sudah-sudah semenjak aku percaya bahwa jalan kaki bisa jadi semacam refleksi dan relaksasi yg berkemampuan seperti air dlm larutan gula.

aku ingat satu malam ketika aku berjalan berputar-putar sekitaran chow kit. mengira-ngira seperti apa cemasnya neng ana dan teman-teman lainnya ketika mendapati aku tiba-tiba menghilang begitu mereka siap keluar untuk makan. aku cuma tidak mau tika merasa cemas seperti itu. itu kecemasan yg tidak perlu.

bisa jadi kebiasaan ini, kebiasaan berjalan kaki seperti ini, berarti berlari dari pertanyaan-pertanyaan semacam "kamu kenapa?" yg memang aku hindari. pertanyaan yang bisa memiliki 2 jawaban sebaliknya jika ditanyakan di dua waktu berbeda.
pun begitu malam itu,
aku perlu menjauh sebentar agar bisa memberi jawaban "udah nggak kenapa2" dan bukannya "(akan) baik2 aja" untuk pertanyaan yg sama. aku perlu berjalan-jalan sendirian hanya agar aku bisa menggenapkan permohonan maaf yg orang itu lontarkan. aku perlu paham bahwa, seseorang yg pernah begitu hebat di mataku, yg pernah aku banggakan dulu2 itu juga tetap manusia yg tidak berbeda dgn manusia-manusia2 lainnya: selalu punya bakat alami berbuat dzalim terhadap manusia lain. entah sengaja atau tidak sengaja.

aku perlu menerima bahwa sedikit atau banyak, seseorang itu turut berkontribusi dalam kesengsaraan yg harus teman-temanku alami, yg suka atau tidak suka pada faktanya memang menguras hati.
aku perlu duduk di halte bis dekat UKM sambil memandangi plester di pergelangan tangan hanya untuk kemudian sadar bahwa kepada seseorang yg telah memberikannya, aku belum mengucapkan mengucapkan terima kasih.

pun seperti apa yg terjadi malam tadi.
ketika aku di pagar beton plaza duduk sendirian menyaksikan hujan. menggoyang2kan kakiku yg saat itu sedang kesemutan, melayang diatas tanah dan kehilangan kemampuannya untuk menopang, berharap kekuatannya cepat kembali sebelum hujan berhenti dan aku bisa berjalanan pulang kehujanan. sesuatu yg akhirnya tidak jadi kulakukan karena tiba2 disamperin tika, mbak eva dan neng ana dan tertahan oleh mereka sampai hujan berhenti pada akhirnya.

dan sehabis menonton frau malam tadi, aku kembali duduk di beton plaza menunggu hujan agar bisa pulang.
berharap hujan yg deras bisa memenuhkan hati -yg kata bang hilmy- sudah sedemikian terkuras ini.

tapi toh selama itu aku tetap terus menarik pipi, menciptakan senyum untuk diriku sendiri, salah satu cara merapal mantra bahwa aku akan baik-baik saja begitu sampai kosan setelah main hujan, senyuman untuk meredakan cemas tika, untuk mengelus gores yg diciptakan oleh orang yg sama.
saat itu aku tidak sedikitpun takut, tapi fakta bahwa kehilangan kendaliku atas mulut barangkali telah menciptakan semacam gores pembalasan, membuatku merasa menyesal.
makian yg dia lontarkan itu yg membuatku sadar.

aku ingat bagaimana aku pernah juga merasa sangat ingin memakinya saat mendengar rahma dan jeni berkata ingin nangis, di dalam taxi dalam perjalanan kembali sehabis dari asrama UKM untuk penampilan rampo yg tidak jadi. aku ingat sebesar apa muak dan bencinya aku atas orang itu. betapa ingin memakinya meski cuma di dalam hati saja. aku bersyukur keinginan itu memang cuma sampai di batas keinginan tapi tidak untuk dilakukan. setidaknya setelah ini, setelah makian yg dia lontarkan di sebelahku dengan cara seperti malam tadi, aku semakin paham bahwa betapapun kesalnya aku pada seseorang, memaki bukanlah tindakan yg pantas untuk dilakukan. untuk apa? hanya akan semakin merendahkan diri kita.




dan jeritan oscar pada lagu mesin penenun hujan yg dibelai frau di lapangan kampus td malam, yg memerindingkan sekujur badanku di tengah gerimis dan himpitan manusia yg membuatku pekak dgn tepuk tangan, memiliki kemampuan nyaris sama seperti hujan yg sampai saat ini masih begitu aku inginkan.

kepada oscar, kepada frau, terima kasih, untuk membuatku merasa terwakilkan.

ps: pelajaran yg aku dapatkan malam itu, dikritik itu nggak enak tapi mengkritik juga sama nggak enak. kalau ingin mengkritik, tolong karena orang itu memang perlu dikritik. jangan mengkritik karena kita dikritik, karena rasa nggak enak dari kritikan dengan motivasi semacam itu, sama seperti nggak enak keduanya digabungkan jadi satu. dan aku memang perlu belajar menyampaikan kritikan dengan cara yg tidak menyakitkan. membenarkan tanpa menyalahkan, supaya tidak perlu ada makian.

hari minggu di kamar 14 mahendra bayu
setengah jam lewat jam 1.
waktunya mandi, masih berharap hujan turun deras sore ini.

Wednesday, February 16, 2011

kabar

hulahulaa.. apakabar semua?
beberapa hari ini mood posting lagi nggak karuan, mungkin faktor internet di kamar yang belakangan suka ngap-ngap-an. banyak yang pengin kuceritakan, beberapa kata2 udah tersusun di kepala, tapi lihat internet yang buat load page aja susah kali aku jadi langsung esmosi sendiri.

jadilah, hari2 pertama di jogja aku lebih suka berkeliaran sendiri di sekitaran kosan tanpa tujuan kayak anak ilang. dari ujung selokan mataram hingga nyaris sampai pom bensin jakal. dan itu lewat jalanan perumahan yg berputar-putar macam ular.
menyenangkan juga bisa berjalan-jalan kaki sendiri sampai sejauh itu. paling2 cuma tatapan aneh dari penjual makanan keliling yang berkali-kali kutemui karena jalan perumahan yang tembus menembus tak karuan itu yang membuatku mau tak mau juga menganggap apa yang kulakukan ini agak tidak normal.

tapi biarlah, mumpung kuliah belum dimulai dan rutinitas menjadi semakin padat. lagipula bukankah setiap orang punya cara sendiri2 untuk menguapkan penat?

perjalanan makassar-jogja bisa dibilang sedikit tidak biasa. pesawatku gagal terbang, jadilah agenda kembali ke jogja tertunda satu hari.
dan sedikit perseteruan dengan papa membuat perjalanan kali ini menjadi lebih mudah. hambar dan tawar saja. barangkali memang mesti begini caranya supaya nanti2 aku nggak terlalu sering kangen rumah lagi. haha.. baiklah, mari lupakan saja.

satu hal yang pasti sekarang badanku pegal-pegal.
kemarin malam, kami tampil di pekan budaya tionghoa yogyakarta. jadi, ceritanya kami dirokemendasiin sama mas didik ninik thowok yang jadi salah satu juri di ajang university got talent kemarin. akhirnya, kami diminta tampil. tanpa fee awalnya. gakpapalah, mas didik yang ngereko soalnya. winking

harusnya, kalo aja aku dan mbak eva ikut tampil juga, ini bakal jadi penampilan dengan penari perempuan terbanyak setelah lebih dari 30 kali kami tampil dalam 14 bulan terakhir. 13 orang! tapi dikarenakan flightku yg kemarin itu batal dan menyebabkan aku nggak sempet ikut latihan serta sakitnya mbak eva, jadilah penampilan kali ini cuma 11 orang aja! dan jadilah juga, aku selaku koordinator tim bagian bendahara yang tidak ikut tampil jadi semacam official yang ngangkut2 air minum sama jatah makan dari panitia big grin.

prosesi sebelum tampil kali ini agak lebih ribet dari biasanya. untung ada mbak mexi yang dengan sukarela mendandani wajah-wajah para penari. beda sama pe-make up ondel2 macam aku yang karirnya mentok di nyangkutin peniti sama mita-in (bikin pita) tali di kepala aja karena ternyata, belum ada yang rela kugambari tsunami di mukanya. Rolling
haha... rasanya pengen nangis juga waktu liat temen2 lain pada sibuk kostuman dan makeup-an sementara aku sibuk bantuin masangin peniti di songket haroh tadi. setengah mati menahan iri liat muka tika yang jadi meriah sama warna merah meski biasanya aku suka kabur2an giliran make up-an. dan waktu berdiri di baris pertama para penonton tadi, kerjaku cuma teriak2 sama tepok tangan heboh liat penampilan mereka. ikut2an nyanyi sambil goyang2 setengah sadar dan langsung lari ke backstage begitu penampilan selesai. sad


poto sama mas didik. aku: satu2 nya perempuan yg ga ikut kostuman crying.

waktu evaluasi di backstage, ternyata eh ternyata, di tangan mbak cindy teremas amplop warna putih. isinya fee, 1.5 juta. yahaa.. makin berbinar2 lah wajah2 kami. penuh sama warna syukur dan terima kasih. dan saat itu juga, kami memutuskan untuk lanjut ngamen. mumpung make up belum luntur dan lokasinya di sekitaran alun-alun. akhirnya oh akhirnyaa.. aku ke sekaten juga! *di lempar pocong Idiot.

awalnya sempet bingung, nyari spot yg pewe. gehehee.. yg namanya pasar mana ada yg pewe. tapi akhirnya dengan perjuangan yogi minta izin sana sini, kita dapet tempat yg agak keringan. di dekat pintu masuk keraton. mantapslah. massa yang sedari tadi mengekori kami karena udah penasaran liat serombongan orang bling2 pake baju merah biru keemasan pun mulai membentuk lingkaran.

dan aku yang entah kerasukan jin apa waktu itu spontan aja teriak2 "saksikan....saksikan. penampilan tarian. ayooo saksikan..." ahhaa.. macam tim sukses sirkus keliling. Evil Grin. dan angga yg gak mau kalah ikut ngiter merayu orang2 juga. ahhaa.. dan langsunglah, kami jadi partner ngiterin kotak sambil terus menerus bilang "permisi mas, pak, buk, dek, mbak.. sumbangan untuk tari nyaa.." atau terkadang kata2 seperti "makasih banyak mas, pak, bu, dek. semoga nambah rejekinya".
gohoho.. aku baru tau hikmah pesawatku gagal terbang kemarin yang menyebabkan aku enggak bisa ikut penampilan. ternyata aku sudah dipersiapkan jauh2 hari untuk mengemban tugas mulia ini. ngiterin kotak sambil teriak2 macam tukang obat. hahahaii.. lumayanlah, sekali penampilan waktu itu bisa dapat 51an ribu.

tapi tetep aja, waktu rame orang merubung minta poto bareng. rasanya pengen jedukin kepala berkali kali ke dinding besi. teringat waktu pertama kali tampil di alkid, gimana banyak orang yg minta poto2 juga. tapi untunglah, dinding besinya nggak ada, jadinya nggak jadi jedukin kepala. *mana ada dinding dari besi. tongue

dan perolehan penghasilan pada ngamen malam itu ialah 80 ribu rupiah. wohoho.. alhamdulillah. lumayan buat nambah-nambah ongkos untuk tampil di festival colours of the world di UTP malaysia. gehehe..

by the way soal undangan tampil di malaysia itu. aku yang kemarin2 udah kehilangan selera untuk tampil disana karena besarnya biaya mendadak semangat lagi.
yah, setelah melihat kerja keras dan semangat teman2 tim dan juga faktor hal2 lain yang mau nggak mau bikin aku kesal juga.
secara ajaib aku dapetin lagi passion waktu pertama kami tampil di dies natalis dulu, yg sekaligus jadi awal lahirnya harapan untuk bisa tampil di fesco itu.
aku masih saja terheran-heran bagaimana perasaan disiakan bisa menjadi kekuatan untuk kita melawan lebih keras dari yang seharusnya.

dan yang ada di pikiranku sekarang bukan lagi soal jurusan, bukan soal fakultas, bukan universitas atau bahkan indonesia sekalipun.
belakangan aku sadar bahwa ini bukan lagi soal apapun atau siapapun yang nama mereka menunggangi pundak kami tapi bertindak tidak peduli. ini cuma soal kami dan mimpi kami. juga apa yang mesti kami usahakan untuk mimpi ini.

aku ingat beberapa bulan sebelum tampil di dies natalis waktu itu. latihan setiap hari, pulang malem terus2an sampe disebut iven wanita malam *untung bukan kupu2 malam big grin, patungan 50 ribu untuk bikin baju. hutang ke imaba, bayarnya nyicil pula. dicemooh-cemooh orang di belakang. dikatain f**k lah, apalah, kurang sakit apa?
dan yang terjadi sekarang tidak lebih sakit dari itu.

memang banyak yang mesti korbankan, dari tenaga, pikiran, waktu, sampai uang.
tapi sekarang aku tidak perlu lagi terlampau risau kalau ternyata banyak orang yang mempertanyakan 'apa untungnya?' toh sekarang aku sudah punya jawaban yang jauh lebih menenangkan.

bahwa mereka, tim ini adalah apa yang bisa dengan bangga kusebut keluarga, salah satu alasan yang dengan seringnya membuatku tertawa, yang meskipun terkadang menuntutku untuk sempurna tapi masih bisa melihatku sebagai manusia. yang meskipun kadang tidak selalu menyenangkan tapi tidak pernah merikuhkan.

yang seringkali menyita pikiran dengan sebegitu parah sampai aku merasa tidak ingin peduli lagi tapi toh, pada akhirnya, aku tetap kembali.
dan bukankah, mereka pun akan berkorban untung keluarga mereka tanpa perlu merasa perduli dengan apa untungnya?

11:10, di kamar 14 mahendra bayu.
sebelum bersiap ke kampus untuk rapat pukul 1.
sakit kepala, tidur 4 jam belum cukup membayar tenaga yang dikeluarkan semalam rupanya.

Monday, January 31, 2011

tentang saman, ratoh duk atau apapun namanya

aku baru aja baca postingan terbaru dian. dia salah satu anggota dalam tim tari aceh imaba sekaligus salah satu staff di medinfo juga. termasuk yg paling semangat latihan kukira.

sewaktu aku mengemis izin dari temen2 penari lain untuk nggak ikut tampil di tanggal 6 nanti yang berarti aku bisa tetep di rumah sampe lewat tanggal 31 sementara enggak dgn temen yg lainnya, aku tau dian yg paling kecewa. lewat diamnya, lewat gelengan kepalanya, lewat matanya. aku ini koordinator bagian bendahara tapi gimana bisa aku lepas tangan begitu aja. mengundurkan diri dengan tiba2.
sedikit banyak aku bisa baca apa yg ada dikepalanya. sedikit banyak aku punya gambaran seperti apa aku di matanya waktu itu. sama kayak gimana aku dulu di mata mbak cindy sewaktu menolak tampil di UIN tempo hari demi rihlah sm temen2ku yg lain lagi.
melyn yg ga punya komitmen, yg ga bisa berkorban, serta sejuta yang yang lainnya.

aku nggak akan bilang penilaian itu salah. aku sadar itu wajar. toh aku juga tau, semuanya juga pengen pulang. semuanya juga kangen rumah. enggak cuma aku aja. tapi gimana caranya kita bisa profesional, itu yg mesti dipikirkan. dan saat itu aku cuma pengen egois. sama kayak aku yg sekarang. egois gak ketulungan.

dan pada akhirnya, satu2nya hal yang aku bisa lakuin sekarang cuma minta maaf. yg bahkan udah aku lakuin berhari2 yang lalu dgn sangat di depan dian.
juga yg penuh di dadaku sekarang cuma rasa bersalah. sementara aku bisa enak2an di rumah sampe lama, tapi dian dan mungkin juga temen2 lainnya udah harus di jogja, berdiam di kosan mereka yg masih sepi. mengorbankan diri untuk latihan demi tanggal 6 nanti.

maaf sad benar2 maaf sad

ps: yah, dan aku masih juga seperti dulu. ngotot di awal, tapi selalu merasa bersalah setelah mendapatkan apa yg aku inginkan. teringat dulu perdebatan2ku dengan papa.
ya ampun melyyynnn.. apa gunanya mendapatkan semua kalau kemudian kau cuma akan merasa bersalah?
yah, ini pertanyaan lama. jawabannya sudah ada, hanya tidak mudah untuk selalu mengingatnya.

menuju tengah malam
beberapa puluh meter diatas tanah.

Friday, January 14, 2011

kamu ndak kangen rumah?

sms ini kuterima sehabis magrip tadi. dari bang hilmy.
ini otomatis bikin aku jadi kangen rumah lagi. bikin aku jadi nangis2 lagi.
mau nggak mau menggoyahkan keputusanku untuk menahan2 rindu sampai liburan semester depan.

faktanya aku memang udah rindu rumah sejak entah jaman kapan. bahkan ketika semester tiga baru kutapaki 3bulan.
barangkali karena libur panjang di rumah tempo hari, aku jadi lebih sering kangenan.
yahya.. aku tau kenapa bang hilmy reko banget aku pulang liburan ini. dia uda banyak jadi saksi kerewelan dan kecipratan omelan akibat ketidakstabilan emosiku yg merupakan efek lain dari penyakit kangen rumah itu.

aku bukannya enggak kangen rumah.
bukannya enggak pengen pulang, tapi emang ada banyak pertimbangan. soal pengen uda gak perlu ditanya, soal kangen cukuplah jejak-jejak basah di bantal-bantal kamar yang jadi saksinya. (sekarang aku jadi tau apa fungsi 4bantal yang menyesaki kamar yang kubeli dengan separuh sadar sementara sekarang aku enggak suka lagi tidur pake bantal)
uang buat booking tiket udah dikirim. tapi keputusanku masih ngetem di perempatan mikir-mikir.

tanggal 6 februari nampil. enggak mungkin aku ngabisin sekian juta cuma untuk di rumah 2 minggu aja.
gimana soal fesco di malaysia? proposal? sponsor? kostum? rapai? belum lagi persiapan latihan. aku memang bukan tim pengawal proposal karena waktu tim ini dibentuk aku sakit dan nggak bisa dateng. tapi aku ngerasa ikut bertanggung jawab disini karena aku tau bukan cuma aku sendiri yang mikirin soal ini. contoh proposal sama kriteria sponsor yang dikasih bang hengki masih di aku dan belum juga ada yang nanya-nanya buat minta.

dan seperti apa yang sudah diputuskan oleh hukum matematika, permasalahan duit ditambah waktu yang sempit dapat menciptakan situasi rumit yang akan berdampak pada ketidaklancaran komunikasi dan ketegangan pribadi. *jangan tanyakan saya ini hukum matematika yang mana tongue.

yah, yang pasti kalo inget soal yg satu ini jadinya malah semakin kepengen pulang.
males dan penat bgt sama apapun yang sekarang ada di sekitar. rasanya pengen pergi yg jauh buat segerin pikiran.

maen sama aditya, dengerin celotehannya, nemenin main sepeda, ke mini market beli es krim stroberi, nonton film the way home sama alvin and the chipmunks entah untuk keberapa ratus kali, jalan-jalan ke losari hari minggu pagi, diamukin mama karena ngerecokin dapur, maen sama bocah2 tetangga, beli roti 3ribuan yang masuk kompleks tiap sore, nemenin tio makan coto makassar di warung favoritnya yang aku nggak suka, ke warkop hotspotan sama dia, main ke mall ratu sama fitri.
ya ampuuunnn... mikirin ini aja mataku uda meleleh lagi. cryingcryingcrying

masalahnya, hari senin ini aku udah mesti berangkat ke jakarta buat acara rihlah ilmiah dan baru pulang tanggal 20, padahal tanggal 21 papa suruh aku udah mesti terbang dari jogja.
faktanya, aku masih belum juga tau mau putusin apa.

sekarang teringat lagi chatting tadi malam sama kak fahmi,
teringat sms bang hilmy,
disempet-sempetin pulang ya, itu di terakhir sms nya.

ah, aku kangen jalan muter-muter kota malem2 buat cari martabak terang bulan yang enak sama papa.

mahendra bayu kamar 14 pukul 10:18
postingan yang baru selesai sekarang setelah dongeng2 menakjubkan tadi malam

Tuesday, January 04, 2011

يغزو

ini kata yang kudapat di UAS morfo.
yah, kata yang pada akhirnya kutasrif dengan meraba dan terbata.
ketika awal menemukannya aku bahkan tidak tau bagaimana membacanya.
yughzu? yughazu?yaghzwa?yaghazwa?
yehe.. ternyata bacanya yaghzuu.

يغزو dari kata غزا, dengan alif pada za sehingga dibaca panjang yang artinya perang.

tadinya aku merasa sial mendapatkan kata itu.

يغزو - غزا

yeks, kenapa pula mesti dapat kata yang ada huruf illat nya?
sial benar.

yah, soal tasrifan aku memang sudah anti duluan. trauma, alergi, atau apapun lah namanya. yang jelas di kepalaku, segala macam hal buruk terkandung dalam tasrifan yang membikin mual itu.
kebebalan ku tak terkalahkan.

bisa jadi, ia adalah harga mati untuk kumusuhi.

يغزو - غزا

artinya berperang. PERANG!

dan disinilah baru aku merasa ditampar.
artinya perang. PERANG!
seperti Allah sedang bicara padaku lewat kata pada gulungan kertas yang kupilih itu.
يغزو dari kata غزا. benar-benar membuatku sadar bahwa,
hey melyn! kau pikir sedang melakukan apa dirimu sekarang? perang! berperang! kau kini berada di situasi perang!

dan tentu hukum dalam perang itu tidak perlu lagi ditanya-tanya.
kau harus berjuang.

ah, aku jadi ingat perkataan salah satu anak bu zulfa -salah satu dosen sastra arab yang incredibleadorable- yang disampaikannya sewaktu kuliah.
"buk, dalam hidup kita harus berjuang!"

teori sederhana yang sangat-sangat biasa yang baru akan berbeda efeknya jika disampaikan lewat mulut anak sekolah dasar macam dia.
dua pipiku ini jaminannya!

dan akhirnya, kata غزا - يغزو itu, menjadi salah satu kata yang turut menjejak di dinding kamarku.
seperti bara, seperti angin, seperti kata-kata bu zulfa yang kudapat setiap kelas telaah.
seperti apapun yang memiliki nama yang mampu menggebukan dada kita.

غزا - يغزو
lewat kata inilah akhirnya aku punya cukup banyak tekad untuk menyambut baik ujian percakapan arab. melakukan segala hal di titik maksimal. bukan sekedar bersantai dan melaksanakan apa yang orang-orang sebut 'bertawakal'.

dan ujian percakapan tadi, aku melewatinya dengan senang hati.
pada akhirnya memang hanya bernilai 79. tapi satu hal yang pasti, aku sudah memaksimalkan potensi.
sudah bersungguh2 belajar. mengikhlaskan kamarku berantakan oleh kertas2 yang berserakan. menimang-nimang munawwir sampai ketiduran.
tidak ada yang kusesalkan. tidak ada keterpaksaaan. tidak ada waktu yang sia-sia terbuang.

iya, kali ini aku sudah belajar dengan hati senang,
dan sama sekali tidak terpengaruh dengan nilai. happy

kamar 14 mahendra bayu
7 menit sebelum jam 10
bersiap untuk ujian PISU besok pagi pukul 07.30

Friday, December 31, 2010

UAS semester tiga

entah kenapa rasanya terlampau banyak tekanan pada UAS kali ini. Ahaa.. barangkali ini karena aku membandingkannya dengan UAS tahun lalu yang nyantai abis-abisan
iya, terlalu banyak tekanan.
bisa jadi karena ada banyak mata kuliah yang bagiku mengerikan.
di morfologi ada banyak materi yang aku belum paham. apalagi percakapan? ahaa.. tiap sesinya saja sudah seperti mimpi buruk dimana aku tidak punya pilihan untuk lari.
kalau di telaah, alhamdulillah mentalku pelan2 membaik untuk menyambutnya.

yah, mari kita anggap saja tekanan ini indikasi baik karena itu berarti aku peduli.
bukan seperti UAS semester dulu yang kulewati hambar tanpa hati.

Friday, December 24, 2010

yang tak terkata



sebelumnya mana mungkin terbayangkan!
bersaing dengan sendratari-sendratari dari UNY dan ISI.
berkompetisi dengan bermacam talenta yang dipunya mereka.
sulap, drama, monolog, musik akustik, biola, dan bermacam hal lainnya.

sebelumnya mana bisa kami mengira
penampilan kami bisa dikomentari oleh didik nini towo sebagai juri
apalagi diapresiasi lebih

sebelumnya, mana mampu kami berekspektasi tinggi
bahwa kami akan keluar sebagai juara pertama pilihan juri.
sementara berharap sebagai juara favorit pilihan penonton saja rasanya setengah putus asa

sebelumnya, kami cuma ingin menampilkan yang terbaik saja
menghibur mereka yang sudah mau menyisakan waktunya,
meriuhkan panggung, membanggakan karib-keluarga yang datang mendukung,
membuktikan pada diri kami sendiri bahwa perjuangan latihan berminggu2 ini tidaklah sia-sia. membuktikan pada mereka bahwa kami bisa melakukan sesuatu yang ada nilainya, untuk imaba.


mba cindy. ketua imaba. ketua imaba demisioner. sekjend. sekjend demisioner. kak fahmi
foto2 sama piala


ahaa... mana mau ketinggalan RollingRollingRolling


cowok2 rapa i-likok pulo sibuk berfoto dan memoto big grin


aku dan tika, narsis-ria di ruang ganti-rias wanita


dan inilah dia... foto bareng salah satu juri. silahkan lihat macam apa buncahnya kami.

yah, kalau dipikir2 semuanya memang masih belum seberapa. masih terlampau jauh bila dibanding dengan mimpi kami untuk bisa tampil di festival seni malaysia.
tapi ini tetaplah cambuk yang mau tak mau membuat kami menjadi berani menegaskan lagi mimpi-mimpi kami.
tepat seperti yang kak adin dengung-dengungkan tadi malam
never say no but say yes-because aal izz well !
ah iya, ini foto waktu diundang tampil di acara anak teknik waktu itu, dengan formasi sama di purna budaya juga.
tak ada hubungannya dengan tentacle sebenarnya.
yah, mari anggap saja ini akibat rasa narsis yang tidak dapat mengabaikan keinginan untuk mempublish blushing



ps (peringatan saja): ini baru session pertama,
aku masih akan berjuang mencari poto2 di panggung ketika menari dengan formasi lengkap-jali.
silahkan menanti. cool

kamar 14 mahendra bayu sekitar pukul setengah satu
masih belum mandi sejak malam tadi Ninja
UA-111698304-1