yehaaa.. akhirnya aku berhasil download video rapa'i geleng waktu tampil di alkid kemaren dari fesbuk mbak cindy. tentu saja setelah perjuangan menguras kesabaran dan lumuran darah (laron?)
aku baru tau, kalau download video dari facebook ternyata lumayan susah juga
kalau enggak tau caranya, berbeda sama sekali dibanding download dari youtube yang tinggal copas embed code dan langsung siap saji.
asal tahu saja, aku habiskan waktu seharian buat ngutak sana ngutak sini sampai akhirnya berhasil download video ini
untuk kemudian ku upload lagi
yah, jadi inilah dia, video rapa'i geleng waktu ngamen di alun2 yang pernah aku ceritain
disini. sengaja disetting gelap biar abang2 sePAt itu enggak kelihatan terlampau ganteng2 kali

.
aku ingat, malam ketika kami (aku, mbak eva, neng ana, pakde, hanip, irul, mbak cindy, bang zam-zam, rahman, kak fahmi, bang zaki, tika dan segenap kru sePAt lainnya) tampil di alun-alun kidul itu.
iya, aku anggap malam itu malam biru.
malam yang sampai di telingaku pertama kali lewat
postingan tika, malam yang disebut-sebut sandy sandhoro dalam
lagunya.
sebuah malam yang eksistensinya kuamini juga.
dan malam ini waktu aku nonton lagi entah untuk keberapa kali video ini, aku ingat malam biru-ku satu lagi.
waktu itu kami sekeluarga, formasi lengkap tanpa cela di sebuah dermaga di ujung pantai
bira. hening, menikmati angin.
aku saat itu merebahkan diri di atas sebuah batu, lapang menatapi bintang2, baru saja selesai menghabiskan cup es krim cokelat-vanilaku, menghayati jejak es krim yang setengah mati kuinginkan sejak pagi meninggalkan kerongkongan, mendengar celoteh aditya tentang alasan2 mengapa ia tidak boleh lagi makan es krim cokelat, mendengar mama terpekik kaget ketika melempar pandangan ke angkasa kemudian sayup2 menangkap lantunan tasbih dari mulutnya.
dan selanjutnya hening. kami semua hening.
menakjubi bintang2 yang hampir2 tidak muat ditampung malam. berhamburan. langit dengan bintang terbanyak yang sepanjang hidup baru kali ini kusaksikan.
sekarang, aku baru sadar benang birunya.
bahwa ternyata, bagiku malam biru, adalah malam bersama mereka yang kudaulat seperti saudara.
malam bersama keluarga.
21:50 di kamar 14 mahendra bayu
kala hujan besar, menunggu tika pulang