Tapi aku belum bisa seperti itu, Timur. Aku belum punya kesabaran yang macam begitu.
Untuk bersabar bagiku masih suatu hal yang perlu terus-menerus diingatkan. Sebab aku memang bukan orang yang sabar. Padaku, hal-hal yang berkemampuan membuat tidaksabar selalu datang begitu saja, seperti luka teriris pisau saat mengupas mangga, atau lecet pada kaki waktu jatuh dari sepeda, dan di titik itu aku mungkin akan kesal pada sebab tidak hati-hati atau mungkin menyalahkan gravitasi. Tapi yang seperti itu tidak bisa jadi obat. Padahal sabar itu obat.
Jadi, di titik ketika aku sadar aku mulai tidak sabar tapi harus bersabar, yang akan kulakukan ialah mengambil jeda sebentar untuk bicara ke diriku sendiri "kamu harus sabar, mel!".
Begitu.
jadi menurutmu sabar itu seperti melompat, yang kebisaannya tergantung pada kekuatan kaki?
ReplyDeletebukannya sabar itu seperti bermain biola, lihat avatar akunku, pria tampan yang bermain biola itu...
keren kan?
dari sisi mana kamu menarik garis bahwa menurutku sabar itu seperti melompat?
ReplyDeletememangnya pria tampan yang bermain biola itu kamu?
ya karena kamu bilang kamu belum bisa, nona.
ReplyDeletedan karena melompat meletakkan hampir segalanya tergantung kekuatan kaki, ketika kaki belum kuat, akan kita katakan "tidak bisa" atau sedikit lebih positif "belum bisa".
begitulah.
memangnya siapa lagi kalau bukan saya?
tapi aku juga belum bisa main biola, Timur. Atau katakan saja, tidak bisa. Aku masih belum paham bagaimana caranya kamu menganggap sabar menurutku itu seperti melompat, tapi sepertinya kita tidak sependapat.
ReplyDeleteoleh karena itu. Follow aku dulu
ReplyDelete